Kamis, 26 November 2020

Payudara Bengkak di Awal Menyusui? Begini Mengatasinya

 Awal pasca kelahiran, wanita kerap mengalami masalah yaitu payudara bengkak. Saat menyusui, payudara bengkak biasanya terjadi karena produksi ASI terlalu banyak.

Payudara bengkak normal terjadi dalam satu sampai dua minggu pertama setelah melahirkan. Tidak perlu khawatir, jika ASI sudah menyesuaikan dengan kebutuhan bayi, lama kelamaan pembengkakan payudara akan membaik.


"Pembengkakan bisa sampai ketiak dan pembuluh darah di permukaan payudara bisa menjadi lebih terlihat bahkan menonjol," kata Meredith Shur, MD, FACOG, ahli di bidang obgyn, dikutip Very Well Family.


Payudara bengkak menyebabkan kondisi puting jadi rata. Hal ini akan membuat bayi kesulitan menyesap dan tidak mendapatkan ASI yang cukup.


Produksi ASI akan terganggu jika payudara bengkak tidak kunjung membaik. ASI akan menetap di payudara sehingga rangsangan untuk memproduksi ASI jadi menurun.


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA

https://cinemamovie28.com/movies/pariban-idola-dari-tanah-jawa/


Seberapa Sering Harus Tes Corona? Tergantung, Ini Penjelasan Satgas COVID-19


 Tidak sedikit warga Indonesia yang ragu untuk melakukan tes COVID-19 memastikan dirinya aman dari Corona. Bahkan, salah satu alasan masyarakat enggan melakukan testing berkaitan dengan masalah ekonomi.

"Bisa jadi dia nggak bisa masuk kantor (setelah tahu positif COVID-19), ini khususnya untuk mereka di kalangan bawah, sosial ekonomi yang di bawah, mereka jadinya nggak bisa misalnya dapat uang makan," jelas Turo Wongkaren PhD, Tim Pakar Satgas COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube Selasa (24/11/2020).


Alasan lainnya juga disebut Turo berkaitan dengan pemahaman warga yang belum cukup baik terkait tes COVID-19. Seberapa sering seharusnya kita melakukan tes COVID-19?


dr Kusmedi Priharto SpOT MKes Kusubbid Tracking Satgas COVID-19 menjelaskan setidaknya perlu menjalani tes COVID-19 minimal satu minggu sekali. Baik saat menunjukkan gejala COVID-19 maupun tidak bergejala.


"Satu minggu sekali kita harus testing bergejala atau tidak bergejala, susah ditebak kan gejalanya," sebut drKusmedi dalam acara yang sama.


Terlebih risiko penularan COVID-19 tinggi saat aktivitas sehari-hari, dalam contoh di ruangan dengan AC central dengan padat orang. dr Kusmedi menyebut saran testing 1 minggu sekali juga berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


Adapun paramedis yang sehari-harinya berada di zona risiko tinggi COVID-19, melakukan kontak dekat dengan pasien positif, disarankan untuk menjalani tes COVID-19 minimal 2 kali seminggu.


"Paramedis minimal 2 kali seminggu," lanjutnya.


dr Kusmedi menyebut masalah biaya seharusnya bukan menjadi alasan untuk tes COVID-19. Pasalnya, menurutnya sudah banyak ketersediaan pelayanan fasilitas di puskesmas untuk tes gratis dan adapula swab antigen yang memiliki akurasi cukup tinggi.


"Swab antigen itu akurasinya 81 82 persen, sudah bisa keluar dalam waktu 10-15 menit, tetapi kalau kita positif kita akan diteruskan dengan PCR," jelas dr Kusmedi.


"Tetapi paling tidak orang sudah tahu ini orang positif sehingga harus isolasi mandiri," pungkasnya.

https://cinemamovie28.com/movies/suddenly-become-rich/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar