Minggu, 21 Juni 2020

CFD Jakarta Dibuka, Netizen Sindir Corona Free Day

Pembukaan kembali Car Free Day (CFD) Jakarta Minggu pagi tadi (21/6) memancing komentar. Meski sebagian menyambutnya dengan antusias, sebagian lainnya menyindir pedas dengan memplesetkannya menjadi Corona Free Day.
Suasana CFD tadi pagi memang terlihat ramai. Sepanjang Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, Jakarta, didominasi warga yang berlari, namun tidak sedikit juga masyarakat yang bersepeda.

Karena ramai, warga terus diingatkan untuk tetap menerapkan pedoman protokol kesehatan selama berkegiatan CFD. Kondisi ini memancing sebagian masyarakat khawatir akan penyebaran virus Corona di kegiatan tersebut. Corona Free Day pun bertengger di deretan trending topic Twitter sejak pagi.

CFD Sudirman-Thamrin mulai berlaku kembali berlaku hari ini (21/6). Namun, para pedagang belum diperbolehkan berjualan di CFD untuk meminimalkan kerumunan.

Sebanyak 500 personel Satpol PP dikerahkan untuk memantau kegiatan CFD. Personel Satpol PP juga disiagakan untuk warga yang membandel tak menerapkan pedoman protokol kesehatan.

Tafsir Kalender Suku Maya soal Kiamat 21 Juni, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Jagat media sosial digemparkan dengan isu kiamat. Bahkan, tagar #kiamat dan topik Maya jadi trending topic di Twitter. Begini penjelasan ilmiah dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Informasi terjadinya kiamat ini dikaitkan dengan dengan tafsir kalender Suku Maya di mana menurut kalender Suku Maya, usia Bumi akan berakhir pada 21 Juni 2020. Kebetulan pula, di hari ini terjadi fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) sehingga dugaan mengenai kabar ini kian liar.

Ramalan kiamat berdasarkan kalender Suku Maya ini pun pernah viral dan menggegerkan di tahun 2012. Saat itu, kalender Suku Maya disebut-sebut memprediksi umur dunia berakhir pada 21 Desember 2012.

"Tidak ada isu kiamat dari Suku Maya. Yang ada hanya akhir siklus panjang sistem kalender mereka. Artinya, setelah berakhir siklus itu, ya memulai siklus baru. Bukan berarti kiamat," ungkap Kepala Lapan Thomas Djamaluddin saat dihubungi detikINET, Minggu (21/6/2020).

Masyarakat pun diimbau agar tidak panik dengan isu yang beredar di media sosial ini. Ditegaskan Djamal yang merupakan profesor astronomi ini, siklus kalender tidak terkait dengan ramalan kiamat.

"Siklus kalender tidak terkait dengan ramalan kiamat. Kalau ada yang mengaitkan, abaikan saja. Sistem kalender mana pun, bila telah berakhir berarti memulai siklus baru. Tidak bisa ditafsirkan sebagai kiamat," ujarnya.

Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menegaskan sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan kemunculan kiamat.

Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abas menguraikan penjelasan terkait tanda-tanda akan datangnya kiamat. Penjelasan itu termuat dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.

"Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, nabi menyebutkan ada beberapa tanda bahwa kiamat itu akan tiba yaitu: asap, Dajjal, binatang besar, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam Alaihissalam, Ya'juj dan Ma'juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat, dan yang ketiga di Semenanjung Arab, yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia ke Padang Mahsyar mereka," tulisnya.

Untuk itu dia meminta agar masyarakat tidak terpengaruh dengan adanya informasi yang tidak jelas kebenarannya. "Karena tanda seperti yang ada dalam hadis nabi tersebut belum ada maka umat Islam diharap untuk tidak terpengaruh oleh berita-berita tersebut," ujar Anwar.
https://nonton08.com/cast/stephen-todt/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar