Sabtu, 27 Juni 2020

Pertamina Beberkan Kerugian Masih Pakai BBM Premium

Memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium (RON 88), lebih banyak ruginya meskipun harganya relatif lebih murah daripada pertalite (RON 90) maupun pertamax (RON 92). Region Manager Retail Sales VII, Remigius Choerniadi Tomo menjelaskan sejumlah kerugian yang didapat konsumen bila masih terus memakai bahan bakar premium.
"Premium secara ilmiah jika kita gunakan terus-menerus akan lebih banyak menghasilkan kerugian," kata Tomo dalam diskusi virtual dengan YLKI, Sabtu (27/6/2020).

Alasan mendasar premium merugikan buat konsumen karena saat ini produsen mobil jarang memproduksi mobil dengan compression ratio atau rasio kompresi mesin yang sesuai dengan bahan bakar premium. Sehingga bila dipaksakan malah membuat kendaraan tersebut menghasilkan emisi gas buang yang lebih polutif.

"Premium hanya bisa digunakan untuk mesin bensin dengan compression ratio yang rendah. Sedangkan kita tahu, pabrikan mobil saat ini menggunakan compression ratio yang sudah tinggi," katanya.

"Nah oleh karena itu sudah jarang mobil-mobil modern yang memasang compression ratio yang rendah pada mobilnya. Karena kalau pakai compression ratio yang rendah otomatis power density mesin itu ikut rendah akibatnya fuel ekonomi yang dinyatakan dalam satuan kilometer/liter BBM juga rendah kemudian juga emisi gas buang lebih polutif," lanjut Tomo.

Tak hanya itu, bila tetap dipaksakan lama kelamaan akan merusak mesin mobil.

"Gejala yang kita rasakan adalah detonasi. Detonasi adalah 2 tumbukan di dalam ruang bakar sehingga menyebabkan penurunan power dalam mesin mobil. Akibat yang lain adalah emisinya semakin tinggi polusinya dalam jangka panjang piston mobil akan mengalami kerusakan," ucapnya.

Terakhir, bila mesin mobil mulai mengalami kerusakan otomatis penumpang tidak akan nyaman berada di dalam mobil tersebut.

"Yang jelas penumpang merasa tidak nyaman," jelasnya.

Jaga Daya Beli di Tengah Corona, Penggunaan Alat Berat Disetop

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono akan menghentikan penggunaan alat berat pada program pembangunan infrastruktur selama dua sampai tiga bulan ke depan. Selanjutnya, proyek infrastruktur yang bisa dikerjakan dengan tenaga manusia, akan menjadi prioritas.

Tujuannya demi menjaga daya beli masyarakat tidak merosot tajam selama pandemi Corona. Basuki menceritakan, perekonomian Indonesia tengah terdampak Corona yang menyebabkan pertumbuhannya bakal negatif di tahun 2020.

Corona, kata Basuki, juga membuat ekspor, investasi, dan daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga di Indonesia menurun. Padahal, ketiga sektor itu merupakan kontributor terbesar bagi ekonomi nasional.

"Kami dari PUPR dalam pembangunan infrastruktur membuat program padat karya tunai, dan juga kami tambahkan untuk program-program reguler dalam 2-3 bulan ini saya minta untuk tidak pakai alat berat dulu kecuali yang harus. Tapi kalau yang bisa dikerjakan manusia, dikerjakan manusia," kata Basuki dalam video conference, Sabtu (27/6/2020).

Dia mencontohkan, seperti proyek rehabilitasi irigasi Rentang di Indramayu. Proyek yang menelan biaya Rp 3,1 triliun ini tidak menggunakan alat berat, melainkan tenaga manusia.

"Itu saya minta 2-3 bulan ini nggak pakai alat dulu, pakai manusia, belikan pacul dan sebagainya yang penting orang bekerja dulu untuk mendapatkan, mempertahankan daya beli," jelas Basuki.

Lebih lanjut Basuki mengungkapkan, pemanfaatan tenaga manusia dalam proyek infrastruktur ini juga bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang ada di Kementerian PUPR, selain program padat karya tunai yang anggarannya sekitar Rp 11 triliun dan bisa menyerap 614 ribu tenaga kerja.

Selain itu, dikatakan Basuki, anggaran Kementerian PUPR di tahun 2020 pun sudah terpotong Rp 44 triliun dari alokasi awal sebesar Rp 120 triliun. Pemotongan itu bagian dari program penghematan pemerintah untuk PEN.

"Kami sepakat dengan teman dirjen berapapun yang diminta negara, masih kurang potong lagi," tutur Basuki.
https://kamumovie28.com/star/alexa-penavega/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar