Sabtu, 27 Juni 2020

Tips Bisnis buat Milenial ala Putri Tanjung

Menjalankan usaha di tengah pandemi COVID-19 memang penuh tantangan. Dibutuhkan strategi khusus agar bisa bertahan dan tetap mengembangkan bisnis tersebut.

Founder dan CEO Creativepreneur Event Creator Putri Tanjung menjelaskan para pengusaha agar bisa bertahan dalam kondisi apapun harus mampu berinovasi.

"Entrepreneur itu harus bisa melihat peluang dan menciptakan peluang. Inovasinya juga harus luar biasa," kata Putri dalam diskusi online Kagama Inkubasi Bisnis, Sabtu (27/6/2020).

Dia mengungkapkan, pengusaha juga harus membuat produk yang mengikuti perkembangan zaman, jangan sampai ketinggalan. Karena kemauan dan kebutuhan pembeli selalu berubah.

Misalnya, saat ini pasar sedang digandrungi dengan gaya hidup sehat, maka pengusaha juga bisa mengembangkan inovasi minuman kopi dengan jamu.

"Ada teman saya karena dia tahu banyak pembeli yang suka dengan minuman sehat dan kopi, dia membuat produk baru jahe kopi, penjualannya naik 5 kali lipat karena dia berinovasi produk," ujarnya.

Kemudian inovasi pengepakan juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Karena banyak calon pembeli yang selalu melihat packing yang rapi dan bagus kemudian membeli produk tersebut.

Lalu inovasi jenis makanan, misalnya frozen food yakni makanan yang dimasukkan ke kulkas kemudian tinggal digoreng.

"Hal-hal seperti ini harus diperhatikan, apalagi makanan karena itu kebutuhan pokok namun juga harus ada inovasi baru," jelas dia.

BBM Kualitas Rendah Bisa Bikin Neraca Dagang RI Makin Jelek

Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin menyebut penggunaan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas rendah bisa menyebabkan defisit pada neraca perdagangan Indonesia. Alasannya, BBM berkualitas rendah rata-rata masih bergantung pada impor.
"Nah defisit neraca perdagangan itu kan kita alami terus ya dalam konteks pengadaan bahan bakar di mana sebelum diterapkan B30 atau B20 atau B15, impor solar kita itu mencapai kurang lebih 60%. Sekarang ini kita masih bergantung pada impor bensin yang kurang lebih 40-30%," kata Ahmad dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6/2020).

Penyebab defisit lainnya adalah karena bahan bakar berkualitas rendah memang cenderung boros. Sehingga untuk pengguna kendaraan yang terbiasa memakai bahan bakar berkualitas rendah akan lebih sering mengisi bahan bakarnya dan membuat aktivitas impor solar terus terjadi.

"Kalau kita menggunakan bahan bakar berkualitas rendah itu juga akan meningkatkan konsumsi BBM kita yang ujung-ujungnya meningkatkan ketergantungan kita pada impor BBM seperti yang kita alami saat ini," katanya.

Tak hanya merugikan dari segi neraca perdagangan, emisi gas buang dari bahan bakar berkualitas rendah tentunya berdampak pada pencemaran udara secara nasional. Kemudian dampak ini merembet pada faktor sosial dan ekonomi masyarakat secara menyeluruh mulai dari kesehatan hingga perubahan iklim.

"Semua ini tentu akan terkait dengan kualitas SDM, kesehatan yang buruk serta kesejahteraan masyarakat karena pendapatannya habis untuk biaya kesehatan. Di tahun 2010 ada Rp 38,5 triliun masyarakat Jakarta harus membayar biaya kesehatan. Kemudian juga meningkatkan intensitas bencana berkaitan dengan dampak perubahan iklim yang disumbang dari emisi kendaraan bermotor," sambungnya.
https://kamumovie28.com/cast/rosie-mac/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar