Kamis, 05 November 2020

Bagaimana Jika Relawan Vaksin COVID-19 Mengalami Efek Samping? Ini Kata Pakar

 Uji klinis vaksin Corona dari Sinovac di Indonesia sampai saat ini masih terus berjalan. Menurut peneliti, proses ini berjalan dengan baik dan diperkirakan bisa selesai pada Maret 2021 mendatang.

Terkait uji klinis ini, masyarakat banyak yang masih bertanya-tanya apakah ada efek samping ataupun KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang akan muncul pasca disuntik vaksin. Tetapi, ini dipandang hal yang bisa saja terjadi.


"KIPI bisa saja kalau memang orangnya nggak kuat sama vaksin. Begitu divaksin, dia itu gatal, atau merah-merah, atau pingsan itu memang ada," ujar Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil dalam konferensi pers yang disiarkan Kemkominfo pada Selasa (3/11/2020).


Menurut Prof Kusnandi, hal ini bisa saja terjadi karena orang yang divaksin itu sensitif terhadap kandungan yang ada di dalam vaksin. Ia menjelaskan, vaksin itu terdiri dari berbagai macam isi, mulai dari bahan vaksin hingga pengawet.


"Vaksin kan isinya macam-macam. Selain bahan vaksin, ada juga untuk pengawet, antibiotik, ada macam-macam zat, ada 5 macam yang kita masukkan. Mungkin ada yang nggak kuat sama zat tersebut. Ada juga yang nggak kuat sama zat campuran vaksin, dan sebagainya, dan itu hal yang biasa," jelasnya.


Mengenai uji klinis vaksin Sinovac, sampai saat ini masih berjalan cukup baik. Prof Kusnandi mengatakan sudah ada 1.620 warga Indonesia yang ikut serta, dan sampai saat ini tidak ada terjadi hal yang mengkhawatirkan.


"Selama ini tidak ditemukan adanya hal yang menakutkan, paling demam dan akan hilang dalam 2 hari. Ada yang sakit, tapi bukan karena vaksin," kata Prof Kusnandi.

https://cinemamovie28.com/rocknrolla-2008/


Orang Inggris Pertama yang Terinfeksi COVID-19 Meninggal Dunia


Connor Reed, warga Inggris pertama yang diketahui terkena virus Corona COVID-19 meninggal dunia di usia 26 tahun. Dilaporkan, ia meninggal saat berada di kediamannya, asrama Universitas Bangor.

Dikutip dari Sky News, Connor pertama kali dinyatakan positif COVID-19 pada Desember tahun lalu. Kala itu ia sedang jadi pengajar bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi di Wuhan, China.


Ibunya, Hayley, sangat berduka atas kepergian Connor. "Saya sangat sedih saat mengumumkan putra kami Connor Reed meninggal dalam keadaan yang tragis di Universitas Bangor pada akhir pekan," tulis Hayley dalam postingan Facebook.


Hayley yang tinggal di Brisbane, Australia, mengatakan bahwa Connor mengalami masa-masa sulit selama pandemi COVID-19. Ia harus merasakan penguncian atau lockdown di tiga negara berbeda.


"Dia mengalami banyak sekali penguncian daripada siapa pun yang kami kenal. 16 minggu penguncian ketat di Wuhan, dua minggu di Australia, dan tiga minggu di Inggris," jelas Hayley.


Menurut keterangan kepolisian setempat, Connor meninggal pada 25 Oktober 2020 di asrama Universitas Bangor. Ia tidak berhasil diselamatkan setelah mendapatkan penanganan dari paramedis, karena penyebab kematian yang tidak disebutkan.


Apa gejala COVID-19 yang dialami Connor saat itu?

Saat terinfeksi virus Corona, Connor mengalami gejala berupa batuk dan sesak napas. Namun, setelah beberapa minggu menjalani perawatan, ia pun dinyatakan sembuh dari COVID-19.


"Saat paru-parumu terpengaruh, di situlah aku takut. Aku tidak bisa bernapas secara penuh dan napas yang aku ambil terdengar seperti aku sedang bernapas menggunakan kantong," keluh Connor.


"Aku hanya bisa bernapas setengah. Jika saya berjalan ke dapur, misalnya, saya merasa napas saya sangat dangkal dan cepat," tambahnya.

https://cinemamovie28.com/red-flag-2012/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar