Rabu, 11 November 2020

Rossi Negatif COVID-19, Berpeluang Ikut Balapan

 Pembalap Valentino Rossi dinyatakan negatif COVID-19. Tim Rossi mengatakan hasil tes ini membuatnya bisa mengakhiri masa isolasi dan diizinkan melakukan perjalanan.

Dikutip dari Reuters, pembalap MotoGP ini bertolak ke Spanyol untuk bertanding di ajang Grand Prix Eropa di Valencia akhir pekan ini.


"Rossi akan memanfaatkan kesempatan ini untuk terbang ke Valencia malam ini. Besok dia akan melakukan tes PCR kedua dan jika hasilnya negatif lagi, dia akan bisa bersatu kembali dengan tim Yamaha MotoGP dan mengikuti MotoGP Eropa akhir pekan ini," tulis pernyataan Yamaha.


Rossi dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah lebih dari tiga pekan diisolasi. Sebelumnya, pada Selasa (3/11), Rossi masih dinyatakan positif. Namun ia mencoba lagi pada keesokan harinya dan pada Kamis (5/11).


"Untungnya saya masih memiliki dua peluang lagi untuk kembali ke trek pada hari Jumat atau Sabtu," tutur The Doctor.


Pembalab yang dijuluki The Doctor ini mengakui bahwa infeksi COVID-19 cukup merepotkan. Sebab meski ia sudah mengikuti anjuran dokter, dirinya tetap saja dinyatakan positif.


Virus ini sangat rumit dan serius. Saya merasa tidak enak selama dua hari, kemudian dalam beberapa hari saya kembali fit sepenuhnya, mencapai 100%," kata Rossi, dilansir di situs resmi MotoGP beberapa waktu lalu.


"Saya mengisolasi diri sendiri di rumah sepanjang waktu. Saya juga mengikuti nasihat medis dengan cermat. Ini sangat menyedihkan dan situasi yang sulit, tapi begitulah adanya," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/chennai-express/


Studi Ungkap Tanda Awal Infeksi COVID-19 pada Lansia, Ini Gejalanya


Studi terbaru menemukan delirium menjadi salah satu gejala awal infeksi virus Corona COVID-19, khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia). Penyakit delirium adalah gejala mental serius yang membuat penderitanya mengalami kebingungan berat dengan kesadaran yang berkurang.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC) ini menyoroti fakta bahwa, bersamaan dengan hilangnya indera perasa dan penciuman serta sakit kepala yang terjadi sebelum timbulnya gejala batuk dan sesak napas, beberapa pasien juga mengalami delirium.


"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi. Kita perlu waspada, karena seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan mungkin merupakan indikasi infeksi," jelas peneliti UOC Javier Correa, yang melakukan penelitian ini di Universitas Bordeaux (Prancis), seperti dikutip dari laman Eurekalert.


Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy ini menyoroti kaitan virus Corona COVID-19 dengan otak sebagai sistem saraf pusat. Hasilnya, peneliti menemukan adanya indikasi bahwa virus COVID-19 juga mempengaruhi sistem saraf pusat dan mengakibatkan perubahan neurokognitif seperti sakit kepala dan delirium.


"Penyebabnya mungkin di antara tiga hal. Kurangnya pasokan oksigen pada otak, peradangan jaringan otak akibat badai sitokin, dan fakta bahwa virus memiliki kemampuan untuk mengalir di dalam darah yang bisa menuju otak," papar Correa. Satu dari tiga faktor tersebut, lanjutnya, berpotensi menyebabkan delirium.


Apa itu penyakit delirium?

Dikutip dari laman Healthline, delirium adalah perubahan mendadak di otak yang memicu kebingungan dan berkurangnya kesadaran. Delirium kerap membuat penderitanya kesulitan dalam berpikir, mengingat, tidur, dan memperhatikan banyak hal.

https://kamumovie28.com/movies/the-discovery/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar