Senin, 01 Juni 2020

5 Fakta Social Distancing, Jarak Aman hingga Alternatif Jabat Tangan

Social distancing jadi cara yang disarankan agar penularan virus corona COVID-19 tidak meluas. Alasannya karena virus diketahui menular lewat kontak langsung dengan penderita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut orang-orang tertular ketika droplet atau percikan air liur dari pasien terinfeksi virus corona masuk ke dalam tubuh. Bisa dengan tidak sengaja menghirup droplet atau menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang kotor oleh virus.

Bagaimana social distancing yang baik dilakukan? Ini fakta-faktanya

1. Saling jaga jarak
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), virus corona bisa menyebar dalam radius sekitar 1,8 meter dari orang yang terinfeksi. Atas dasar tersebut beberapa instansi seperti misalnya Harvard Medical School menyarankan agar orang-orang saling menjaga jarak minimal 1,8 meter.

WHO sendiri menyarankan individu saling menjaga jarak minimal satu meter.

2. Ganti kebiasaan jabat tangan
Beberapa negara mengimbau warganya untuk mulai mengganti kebiasaan jabat tangan setiap bertemu orang lain. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko tertular dari tangan yang kotor.

China misalnya merekomendasikan gestur tradisional gong shou (tangan terkepal di telapak tangan lainnya), sementara Uni Emirat Arab menyarankan gestur sentuhan hidung diganti lambaian tangan, dan Australia mendorong gestur tepukan lembut di punggung.

3. Hindari keramaian
Menghindari keramaian di tempat umum jadi salah satu cara melakukan social distancing. Pemerintah dalam hal ini dapat melakukan penutupan sementara tempat-tempat umum seperti sekolah, restoran, hingga tempat wisata.

4. Kurangi bepergian
Para ahli menyarankan agar orang-orang mengurangi aktivitas bepergian bila tak diperlukan. Alasannya karena bepergian jadi salah satu aktivitas berisiko yang mendorong penyebaran virus lebih luas.

5. Kerja di rumah
Kerja di rumah atau work from home kini mulai diterapkan berbagai instansi di dunia. Tujuannya untuk melindungi para karyawan terhadap risiko paparan virus di tempat kerja.

Donald Trump Ketahuan Mau 'Bajak' Peneliti Vaksin Corona dari Jerman

Ramai dibicarakan soal Donald Trump yang ingin 'bajak' peneliti vaksin Jerman. Bahkan di media sosial tak sedikit yang menjadikan hal ini ke dalam sebuah 'meme'.
Mengutip NBC News, Berlin dilaporkan tengah berusaha menghentikan Washington yang sedang membujuk sebuah perusahaan di Jerman. Perusahaan tersebut diketahui sedang meneliti vaksin untuk virus corona COVID-19.

Namun pihak AS bersikeras untuk memindahkan penelitian tersebut ke negaranya. Pihaknya mendorong politisi Jerman untuk bersikeras bahwa tidak ada negara yang seharusnya memonopoli vaksin.

Pemerintah Jerman mengatakan pada Reuters, kalau pemerintah AS sedang mencari cara bagaimana mendapatkan akses vaksin yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Jerman, yaitu CureVac.

Sebelumnya, surat kabar Welt am Sonntag Jerman melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menawarkan sejumlah dana untuk memikat CureVac mengalihkan penelitian soal vaksinnya ke pihak Amerika Serikat. Namun pemerintah Jerman membuat penawaran balasan untuk membuat CureVac tetap tinggal.

"Pemerintah Jerman sangat tertarik untuk memastikan bahwa vaksin dan zat aktif melawan virus corona baru juga dikembangkan di Jerman dan Eropa," kata seorang juru bicara Kementerian Kesehatan, membenarkan kutipan di surat kabar itu.

"Dalam hal ini, pemerintah melakukan pertukaran intensif dengan perusahaan CureVac," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar