Jumat, 05 Juni 2020

Dody Usodo Hargo, Komut Baru Adhi Karya Pilihan Erick Thohir

Menteri BUMN Erick Thohir mencopot Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman dari posisi komisaris utama (komut) PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Kamis (4/6). Posisi Fadjroel digantikan oleh Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Dody Usodo Hargo.

Sebelum ditunjuk sebagai Komisaris Utama pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Adhi Karya, Dody menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Dody juga tercatat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bola Tangan Indonesia periode 2018-2023. Ia memimpin ABTI bersama mantan pebulutangkis, Icuk Sugiarto.

Semasa aktif di TNI, Dody sempat menjabat sebagai Staf Khusus KASAD tahun 2018. Ia juga pernah mengemban jabatan strategis lain seperti Wadanjen Akademi TNI dari 4 Januari-20 Desember 2018 menggantikan Mayjen TNI Benny Susianto.

Dody juga pernah mengemban tugas sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) kurang dari dua tahun. Ia bertugas dari 23 November 2016-4 Januari 2018.

Sebelum itu, pria berusia 59 tahun pernah menjadi Wakil Komandan Kodiklatad (2013-2014) dan Komandan Korps Siswa Seskoad (2011). Di Seskoad, pria kelahiran Kertosari pernah bertugas sebagai dosen.

Dody sendiri lahir di Kertosari, Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 59 tahun silam. Dody merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1984 yang berpengalaman dalam bidang infanteri.

Dody menjalani masa kecil hingga berusia 11 tahun di Sumatera Barat. Ia menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Trayu pada 1973 dan SMP Perkebunan Merbuh tahun 1976 di Kendal.

Selanjutnya, ia masuk SMAN 1 Kendal tahun 1979/1980 dan menyelesaikan S1 dalam bidang ilmu pemerintahan pada 2000 dan S2 bidang sumber daya manusia pada 2012.

Buka-bukaan Pengembang Pesawat R80 Habibie Usai Diganti Drone

PT Regio Aviasi Industri (RAI) pengembang pesawat R80 menganggap untuk mengembangkan industri penerbangan, pesawat terbang angkut (large transport airplane) masih menjadi penggerak utama industri, sementara drone hanya pelengkap industri.

Sebelumnya, pemerintah tidak memasukkan proyek pengembangan pesawat R80 dan N245 dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan menggantikan dengan drone.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan memasukkan tiga proyek pengembangan teknologi drone senilai Rp27,17 triliun dalam daftar PSN. Proyek itu menggantikan pengembangan pesawat R80 dan N245 peninggalan BJ Habibie yang sebelumnya masuk dalam PSN.


Dalam keterangan pers, RAI menyebut pengembangan drone merupakan pelengkap dari industri penerbangan. Alat ini juga akan menjadi arah pengembangan teknologi masa depan menggunakan prinsip otomasi dan sistem propulsi listrik.

Meski demikian, RAI tidak mempermasalahkan keputusan pemerintah untuk mengeluarkan proyek pengembangan pesawat terbang regional turboprop R80 dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Sebab, RAI meyakini pemerintah akan tetap mendukung pesawat R80 yang direncanakan oleh mantan presiden B.J. Habibie.

"Pemerintah akan tetap mendukung R80," kata Humas PT RAI Justin Djogo dalam keterangan tertulis kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/6).

PSN tahun ini didorong untuk pengembangan proyek-proyek infrastruktur dan pengembangan kawasan industri/pariwisata, serta proyek pendukung pemulihan ekonomi pasca Covid-19.

Kedua proyek pesawat itu, akan dialihkan ke Prioritas Riset Nasional (PRN) di bawah Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

Padahal menurut RAI, industri dirgantara bernilai strategis ekonomi yang sangat besar. Industri ini dinilai bisa membantu untuk mendukung visi Indonesia menjadi lima pelaku ekonomi terbesar dunia pada 2045.

Untuk menjadi lima besar ekonomi dunia perlu pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 5 persen per tahun.
http://kamumovie28.com/erotic-in-laws-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar