Rabu, 17 Juni 2020

Simulasi Penanganan Corona di RSUD Seoselo Tegal

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soeselo Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menggelar simulasi penanganan pasien yang terserang virus corona, Rabu (4/3/2020) siang. Simulasi ini sebagai langkah antisipasi jika terjadi lonjakan penderita yang tertular virus corona dari kalangan Tenaga Kerja Indonesia.
Simulasi ini dihadiri Wakil Bupati Tegal, Sabililah Ardi, Dirut dan jajaran medis RSUD Soeselo, Kepala Dinas Kesehatan, serta anggota Komisi IX DPRRI, Dewi Aryani. Kegiatan simulasi ini sekaligus melakukan pengecekan kesiapan RSUD Soeselo sebagai rumah sakit rujukan pasien virus corona yang meng-cover empat kabupaten dan kota di wilayah pantura barat.

Simulasi menggunakan skenario pasien datang sendiri tanpa rujukan dari Faskes lain. Diperankan, pasien dengan kondisi batuk, pilek, sesak nafas, datang ke IGD dan diterima oleh satpam. Kemudian di screening oleh satpam, selanjutnya diberi masker, dan diantar ke ruang Triase IGD.

Proses berikutnya dilakukan sampai pasien ini ditempatkan di ruang isolasi dan diperiksa laboratorium. Selama di ruang perawatan isolasi, pasien diawasi secara ketat dan tidak boleh melakukan kontak dengan siapapun.

Dirut RSUD Soeselo dr Guntur MT mengatakan, saat ini pihaknya sudah siap dalam menangani pasien virus corona. Termasuk ketersediaan tenaga medis dan fasilitas lainnya.

"Kebetulan hari ini dapat undangan work shop untuk penanganan terbaru covid 19 di kementeriabn kesehatan," ujar dr Guntur MT kepada wartawan.

Dirut RSUD Soeselo menambahkan, meski secara umum sudah siap, namun ada hal yang masih dianggap kurang, yakni ketersediaan APD. Alat pelindung diri yang ada di rumah sakit ini masih belum mencukupi jika terjadi lonjakan pasien.

"Alatnya ini kan disposible atau sekali pakai. Kami perlu antisipasi jika terjadi lonjakan pasien," imbuhnya.

Tidak menutup kemungkinan, lanjut dr Guntur, ke depan akan ada lonjakan pasien yang terkena virus corona. Perkiraan lonjakan pasien corona ini didasari banyaknya warga Kabupaten Tegal yang bekerja di luar negeri sebagai TKI.

"Dengan jumlah TKI asal Kabupaten Tegal sekitar 50 ribu orang, kita harus antisipasi. Makanya kita butuh dukungan pemerintah untuk APD. Kita pesen (APD) dimanapun sudah tidak ada," tuturnya.

Soal kekhawatiran terjadinya lonjakan pasien dari kalangan TKI dan minimnya APD, Anggota Komisi IX, Dewi Aryani akan menyampaikan masalah ini langsung ke Kementerian Kesehatan. Masalah ini, menurut Dewi Aryani mendesak harus diperhatikan karena wilayah pantura barat baik Kabupaten Tegal, dan Brebes memiliki jumlah TKI yang cukup besar.

"Kita harus antisipasi barangkali ada serbuan pasien. Terutama di Kabupaten Tegal dan Brebes, banyak warga yang bekerja di negara negara yang terkena corona. Contohnya ABK baik kapal nelayan maupun niaga juga berlayarnya di Eropa, Hongkong, Taiwan, dan bahkan China. TKI perempuan banyak yang kerja di Hongkong Malaysia, China dan Singapura," bebernya.

Saat ini, tandas Dewi, mungkin belum terlihat adanya lonjakan, namun menjelang puasa dan lebaran akan banyak yang pulang kampung, sehingga harus antisipasi.

"Untuk saat saat ini sih cukup. Tapi nanti kalau terjadi lonjakan, rumah sakit jangan sampai tidak siap dalam menangani," tambahnya.

Mengenai banyaknya warga yang menjadi TKI dan berpotensi terpapar virus corona, Wakil Bupati Tegal, Sabililah Ardi menyatakan akan memberitahu camat camat agar berkoordinasi dengan para kades. Terutama camat atau desa yang warganya banyak menjadi TKI seperti di Kecamatan Surodadi dan Warureja.

"Jadi para lurah dan kades yang warganya ada ABK pulang kampung, wajib memberitahu kecamatan supaya bisa kita pantau. Apabila nanti dalam masa inkubasi ada keluhan bisa segera kita tindaklanjuti," papar Wakil Bupati Tegal.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Hendadi Setiaji menegaskan, pada prinsipnya, untuk menghindari penularan virus yang dibawa para TKI, harus diwaspadai kontak dengan orang yang pernah ke luar negeri. Artinya bila ada warga desa yang baru pulang dari luar negeri, dalam waktu 14 hari harus dipantau. Namun bila dalam waktu setelah 14 hari tidak sakit artinya tidak terkena virus.

"Kalau dari luar negeri ada panas batuk dan sesak nafas dalam waktu sebelum 14 hari, ini harus diperhatikan," terusnya.

Hendadi Setiaji meminta jajaran puskesmas di Kabupaten Tegal agar mengawasi warga yang baru pulang dari luar negeri atau warga yany melakukan kontak dengan orang yang baru pulang dari luar negeri.
https://nonton08.com/lights-out/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar