Rabu, 04 November 2020

WHO Soroti Data Kematian Terkait COVID-19 di Indonesia

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan catatan terkait penanganan COVID-19 di Indonesia. Saat ini ada 412.784 kasus COVID-19 yang dikonfimasi dengan 341.942 sembuh dan 13.943 kematian.

Berdasarkan ketersediaan data yang dihimpun WHO, hanya kematian COVID-19 yang dikonfirmasi yang dimasukkan.


"Sesuai definisi WHO, kematian akibat penyakit yang kompatibel secara klinis dalam kasus COVID-19 yang mungkin atau terkonfirmasi adalah kematian terkait COVID-19," kata WHO dalam Situation Report Indonesia yang diterbitkan 28 Oktober.


"Kecuali ada penyebab kematian alternatif yang jelas yang tidak dapat dikaitkan dengan COVID-19 (misalnya trauma)," lanjutnya.


Selain itu, dari hasil pengamatan WHO selama tiga pekan disebutkan ada empat provinsi di Jawa dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak yang dikonfirmasi atau menempati porsi 58,9 persen dari total kasus, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.


"Sampai 28 Oktober, angka kematian akibat COVID-19 di DKI Jakarta per satu juta penduduk dipastikan tertinggi di negara ini, disusul Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Utara," sebut WHO.

https://cinemamovie28.com/a-dogs-purpose-2017/


COVID-19 Mengganas di Eropa, Total Kasus Tembus 10 Juta


Jumlah kasus virus Corona COVID-19 di Eropa melonjak tajam dalam 5 pekan. Jumlah kasusnya saat ini telah menembus angka 10 juta secara akumulatif, Rusia dan Prancis di urutan paling atas.

Dikutip dari Reuters, Eropa butuh waktu 9 bulan untuk mencatatkan total 5 juta kasus pertamanya. Tambahan 5 juta kasus berikutnya didapatkan hanya dalam waktu sebulan lebih.


Dengan populasi 10 persen dari penduduk dunia, Eropa meyumbang 22 persen jumlah kasus COVID-19 global yang totalnya mencapai 46,3 juta. Dengan 269 ribu kematian, Eropa juga menyumbang 23 persen kematian global yang totalnya 1,2 juta.


Di tengah lonjakan kasus, beberapa negara seperti Prancis, Jerman, dan Inggris mengumumkan lockdown selama sedikitnya sebulan ke depan. Portugal menerapkan lockdown parsial, sedangkan Spanyol dan Italia memperketat pembatasan.


Dalam sepekan terakhir, Eropa melaporkan 1,6 juta kasus baru dengan 16.100 kematian.


Berat Badan Turun, BAB Berubah? Ini 4 Kemungkinan Dampak yang Terjadi


Ada beragam strategi menurunkan berat badan, mulai dari olahraga teratur hingga menyeimbangkan pola makan. Berbagai strategi itu bisa berdampak pada perubahan rutinitas buang air besar (BAB).

Turunnya berat badan tentu saja terjadi tidak semata-mata karena lebih sering BAB. Beberapa orang justru mengalami sembelit atau susah BAB ketika tubuhnya semakin singset.


Tidak secara langsung berhubungan, tetapi berat badan yang turun bisa saja disertai berbagai perubahan BAB sebagai berikut.


1. Lebih sering BAB

Salah satu strategi menurunkan berat badan adalah dengan menerapkan pola makan yang sehat, yakni lebih banyak sayur dan buah-buahan. Keduanya adalah sumber serat utama yang membuat BAB jadi lebih lancar. Meningkatkan frekuensi BAB karena pola makan yang sehat tentu adalah hal yang baik.


2. Susah BAB

Sebaliknya, turunnya berat badan bisa juga disertai dengan konstipasi atau susah BAB. Biasanya dialami ketika diet yang diterapkan tidak seimbang, yakni memangkas terlalu banyak karbohidrat dan terlalu banyak mengonsumsi protein. Kurangnya asupan serat membuat BAB jadi tidak lancar.


3. Diare

Seseorang yang menurunkan berat badan dengan diet keto misalnya, cenderung menggantikan gula dengan pemanis buatan. Pengaruhnya pada sistem pencernaan seringkali memicu diare karena beberapa bahan aditif punya efek pencahar atau laksatif.


4. Warna feses berubah

Variasi menu makan berpengaruh pada warna feses saat BAB, karena pigmen atau zat warna yang dibawa oleh sayur dan buah akan dikeluarkan bersama feses. Perubahan warna feses perlu diwaspadai jika terjadi karena bercampur bercak darah, karena itu menandakan ada masalah dengan sistem pencernaan.

https://cinemamovie28.com/the-pale-door-2020/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar