Selasa, 20 April 2021

Australia Deg-degan Didatangi Siklon Seroja dari NTT

 Usai menghancurkan wilayah NTT, Indonesia, Siklon Tropis Seroja menuju ke wilayah Australia. Pemerintah Negeri Kanguru pasang kuda-kuda, karena topan ini justru malah semakin kuat.

Kejadian di NTT rupanya dipantau betul oleh Australia, mereka tidak mau kerusakan yang sama terjadi di negara mereka. Apalagi dipastikan kalau Siklon Tropis Seroja menuju ke Australia Barat.


Biro Meteorologi Australia (BOM) dan badan tanggap bencana Western Australia sudah mengeluarkan peringatan siaga biru untuk masyarakat dari Coral Bay sampai Lancelin. Dilansir News.com Australia, Sabtu (10/4/2021) Siklon Tropis Seroja akan naik ke daratan Australia.


Siklon ini akan menyebabkan angin ribut, hujan lebat dan banjir bandang. Zoom.earth memperkirakan badai ini akan masuk ke daratan pada Minggu (11/4) sore waktu Australia.


Yang makin bikin deg-degan adalah, ada topan kedua yang muncul namanya Siklon Tropis Odette di laut lepas Australia Barat. Siklon Odette dan Seroja sempat bertemu jalurnya, namun Odette akhirnya menjauh dari daratan Australia.


Ahli Meteorologi Jonathan How mengatakan interaksi dua topan ini sangat jarang dan sudah lama tidak terjadi di wilayah Australia. Dia berharap Siklon Tropis Seroja akan melemah kekuatannya saat naik ke daratan Australia.


"Seroja akan menguat dan kondisinya akan memburuk di hari Minggu," kata How.


Siklon Tropis Seroja diprediksi akan menerjang Australia dengan kecepatan 125 km/jam, membawa hujan lebat dan gelombang pasang berbahaya. 125 km/jam artinya topan ini lebih kencang daripada mobil di jalan tol. Sungguh mengerikan!


"Hujan dan angin kencang bisa mencapai paling jauh ke selatan sampai Kota Perth," kata How.

https://cinemamovie28.com/movies/wild-city/


Hujan di Planet Tetangga Ternyata Mirip dengan di Bumi


- Planet asing dan Bulan, diketahui mengalami hujan sama seperti di Bumi. Tetap saja, para ilmuwan terkejut mengetahui bahwa tetesan air hujan di planet-planet lain mirip dengan di Bumi, meski lingkungan mereka sangat berbeda.

Di seluruh tata surya kita, ada beberapa dunia berbeda di mana kita dapat menemukan hujan. Di Bumi, curah hujan biasa terjadi. Namun, penelitian juga memberitahu kita bahwa ada hujan asam sulfat di Venus, dan hujan presipitasi (hasil dari kondensasi uap air di atmosfer) terdiri dari helium dan berlian di Jupiter dan Saturnus.


Selain itu, ada pula hujan metana cair di bulan-nya Saturnus, Titan. Di Mars pun sebenarnya ada hujan, tetapi kita tidak akan melihat tetesan hujan di Planet Merah tersebut di masa sekarang. Uap air membentuk awan kristal es yang tinggi di atmosfer, tetapi terlalu dingin dan kering untuk menghasilkan tetesan hujan. Mars zaman kuno lebih hangat dan lebih basah, dan curah hujannya mungkin sebanyak yang ada di Bumi saat ini.


Bahkan, seperti dikutip dari The Weather Network, beberapa exoplanet yang mengorbit bintang selain Matahari kita juga diketahui punya hujan, meski hujannya mungkin berupa material besi atau batuan cair.


Dalam sebuah studi terbaru, dua ilmuwan Harvard University, Kaitlyn Loftus dan Robin Wordsworth, meneliti bagaimana perilaku tetesan hujan di planet lain, dibandingkan dengan perilaku mereka di lingkungan Bumi. Ternyata hasil temuannya sangat mengejutkan.


Terlepas dari betapa berbedanya sebuah planet dibandingkan Bumi, atau dari bahan apa hujan itu terbuat, ukuran maksimum tetesan hujan tidak jauh berbeda dari tetesan hujan yang kita lihat di Bumi.


"Ada kisaran yang cukup kecil dari ukuran stabil tetesan hujan dengan komposisi berbeda ini. Semuanya pada dasarnya terbatas pada ukuran maksimum yang sama," kata Loftus, penulis utama studi tersebut, dalam laporannya yang diterbitkan di American Geophysical Union (AGU).


Faktor pembatas seberapa besar tetesan hujan dapat tumbuh di planet yang beragam ini, tampaknya dipengaruhi tarikan gravitasi planet atau Bulan. Secara khusus, semakin kuat gravitasinya, semakin kecil tetesan hujannya.

https://cinemamovie28.com/movies/top-fighter-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar