Sabtu, 17 April 2021

RSUP Dr Sardjito Teliti Penggunaan Stem Cell untuk Terapi Pasien COVID-19

 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta melakukan penelitian penggunaan stem cell atau sel punca untuk terapi pasien COVID-19 dengan dejarat berat. Penelitian ini bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK UGM). Stem cell ini disebut dapat mengontrol peradangan dan memperbaiki kerusakan sel paru.

Ketua Pokja Tim Stem Cell RSUP Dr Sardjito Prof. Dr. dr. Samekto Wibowo menjelaskan stem cell ini bisa digunakan untuk kasus penyakit lain. Namun, pada penelitian kali ini difokuskan untuk COVID-19.


"Jadi kita lakukan penelitian ini untuk khususnya untuk COVID-19. Jadi sebetulnya bisa juga untuk kasus-kasus yang lain. Misalnya untuk cedera medula spinalis bisa untuk parkinson, storke, dan sebagainnya. Bisa juga untuk penyakit jantung," kata Samekto ditemui di RSUP Dr Sardjito Jumat (16/4/2021).


Ia menjelaskan penelitian ini dilakukan bersama 3 rumah sakit lain. Yakni RSUD Moewardi (Solo), RSUP Dr Hasan Sadikin (Bandung) dan RSPAD Gatot Soebroto (Jakarta). Targetnya selesai bulan September 2021. Hingga saat ini penelitian ini telah merekrut 9 pasien, dengan hasil yang masih dalam tahap evaluasi.


"Jadi ini penelitian bersama dengan rumah sakit di Solo, Sardjito, Jakarta dan Bandung. Di Sardjito baru mendapatkan 9 kasus, targetnya sampai bulan September akan melakukan studi ini," ucapnya.

https://maymovie98.com/movies/the-last-big-save/


Penelitian ini menggunakan metode Uji Klinik Acak Buta Ganda Terkontrol (Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Trial), yang merupakan standar tertinggi untuk penelitian obat pada manusia.


Sementara itu, Sekretaris Pokja Tim Stem Cell RSUP Dr Sardjito dr Rusdy Ghazali Malueka menjelaskan stem cell yang digunakan berasal dari tali pusat bayi yang didonorkan.


"Stem cell yang berasal dari tali pusat terkenal memiliki keunggulan karena jarang menimbulkan reaksi alergi disamping memiliki kemampuan yang baik dalam mengontrol peradangan di tubuh dan memperbaiki kerusakan sel," kata Rusdy.


"Kemampuan stem cell dalam mengontrol peradangan dan memperbaiki kerusakan sel paru ini yang diduga berperan dalam pengobatan stem cell pada pasien COVID-19," sambungnya.


Ia menjelaskan praktik stem cell pada COVID-19 saat ini masih dalam penelitian. Sehingga disebut sebagai pelayanan berbasis penelitian.


"Penelitian di luar negeri menunjukkan ada peningkatan survival. Jadi pasien lebih mungkin hidup apabila di terapi stem sel sebanyak 2,2 kali lipat. Kemudian pasien juga bisa lebih cepat pulih," jelasnya.


Ia menjelaskan terapi stem cell berbeda dengan terapi plasma kovalesen. Jika dalam terapi plasma konvalesen yang diambil adalah plasma dari orang yang sudah terinfeksi maka Dalam terapi stem cell mengambil dari orang normal.

"Jadi ada donor. Bayi begitu, punya tali pusat, terus didonorkan. Donornya normal, artinya tidak ada penyakit-penyakit yang signifikan pada pasien tersebut apalagi penyakit COVID-19 tidak ada," urainya.


"Ada syaratnya, antara lain harus bebas dari beberapa penyakit. Ada mekanisme skriningnya jadi harus bebas dari infeksi-infeksi, seperti HIV, hepatitis, tuberkolosis dan sebagainya," sambungnya.


Selain donor, penerima terapi stem cell ini juga harus memenuhi beberapa persyaratan.


"Yang kita pastikan pasien fungsi ginjal dan hatinya baik. Tidak boleh punya riwayat kanker. Lalu mereka yang kena COVID-19 derajat berat. (Derajat) Ringan hingga sedang tidak kita masukkan. Tujuannya agar yang sudah berat tidak sampai masuk ke kritis," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/the-mummy-tomb-of-the-dragon-emperor/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar