Kamis, 22 April 2021

KSAD Sindir Klaim 'Buatan Anak Bangsa' Vaksin Nusantara

  Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik yang kini dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto tak untuk dimintakan izin edar. Tak lagi di bawah pengawasan BPOM, kini yang mengawasi penelitian uji vaksin Nusantara agar sesuai kaidah ilmiah adalah Kementerian Kesehatan.

Sebelumnya, vaksin dendritik besutan eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kerap menuai polemik, terlebih soal klaim buatan anak bangsa yang belakangan ditepis BPOM karena komponen utama vaksin rupanya berasal dari Amerika Serikat.


Menurut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, tak ada yang perlu ditinggikan soal nasionalisme terkait pengembangan vaksin dendritik dr Terawan. Ia mengatakan sangat terbuka terkait fakta di luar klaim tersebut.


"Iya kalau bagi saya kita jujur saja, nggak perlu meninggi-ninggikan nasionalisme atau apakah ini terkait dengan luar atau tidak, apa adanya, kalau memang faktanya ada peneliti dari luar atau bahkan misalnya informasi yang diberikan dari luar ya apa adanya," tegas Andika dalam program Mata Najwa Rabu (21/4/2021).


Andika yang menegaskan uji vaksin Nusantara bukan termasuk dalam program TNI, ingin masyarakat tahu soal data uji vaksin agar hal tersebut bisa menjadi evaluasi bersama termasuk bagi para peneliti lainnya.


"Biarkan masyarakat tahu dan mereka juga berhak tahu dan itu semua kan lebih baik jujur dari depan," bebernya.


Usai menyetujui nota kesepahaman vaksin Nusantara, Andika menyebut TNI kini mendukung penuh penelitian berbasis sel dendritik. Terlebih, TNI AD disebutnya sudah menggunakan teknologi tersebut sejak 2017 silam, baik untuk pengobatan kanker, penyakit autoimun, hingga stroke dengan sekitar lebih dari 200 kasus.


"Kita akan terbuka, nggak ada yang diumpet-umpetin," pungkasnya.


Persoalan vaksin Nusantara yang disebut karya anak bangsa juga sempat dikomentari juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito. Ia menjelaskan vaksin Nusantara sebenarnya dikembangkan di Amerika.


"Vaksin Nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika, dan diujicobakan di Indonesia," tegas juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers Kamis (15/4/2021).


Selain itu, BPOM juga mengungkap beberapa catatan yang tak kunjung diperbaiki para peneliti. Salah satunya terkait dengan kejadian tidak diinginkan yang terjadi pada 20 dari total 28 relawan.

Beberapa di antaranya bahkan ada yang mengalami peningkatan kolesterol, masuk dalam efek samping kategori 3, yang seharusnya memberi 'warning' penelitian vaksin perlu dihentikan.


"Kejadian yang tidak diinginkan pada grade 3 merupakan salah satu kriteria penghentian pelaksanaan uji klinik yang tercantum pada protokol uji klinik," sebut Penny dalam rilis yang diterima detikcom, Rabu (14/4/2021).

https://tendabiru21.net/movies/wife-for-rent/


Studi Ini Ungkap Cara yang Benar Gunakan Masker Dobel


 Sebagian orang masih memilih menggunakan masker dobel atau rangkap untuk mencegah penularan virus Corona. Tapi, tahu nggak sih cara pakai yang tepat agar bisa meningkatkan perlindungan dari virus?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Jama Internal Medicine mengungkapkan, penggunaan masker dobel bukan hanya menambah lapisannya saja. Tetapi, itu juga menghilangkan celah-celah terbuka atau area masker yang memang kurang pas.


"Kami telah menemukan bahwa memakai dua masker yang longgar tidak akan memberikan perlindungan yang pas," kata penulis utama studi, Emily Sickbert-Bennett yang dikutip dari CNN, Kamis (22/4/2021).


Biasanya masker dobel itu menggunakan masker berbahan kain dan masker medis sekali pakai. Umumnya, masker medis ini dilengkapi kawat hidung yang bisa membuat masker lebih pas di wajah.

https://tendabiru21.net/movies/the-accountant-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar