Rabu, 03 Juni 2020

Deretan Perusahaan Teknologi yang Mengutuk Kematian George Floyd

 Facebook dan Snap -- pengembang Snapchat -- adalah dua perusahaan teknologi yang bergabung dengan sejumlah perusahaan lain mengutuk kematian George Floyd yang dicekik polisi.
Keduanya mengutuk aksi rasisme yang terjadi di Amerika Serikat, sejalan dengan terjadinya banyak aksi demonstrasi di berbagai kota di Negeri Paman Sam tersebut. Semuanya itu memprotes kematian Floyd akibat dicekik polisi di Minneapolis.

"Kita tidak bisa mengakhiri rasisme yang sistemis tanpa memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang tanpa mempedulikan asal mereka," ujar Evan Spiegel, CEO Snap dalam email yang dikirimkan ke para karyawannya.

Facebook dan Snap bergabung dengan sejumlah perusahaan seperti Intel, Netflix, Google, dan International Business Machines (IBM), yang sudah mengambil sikap publik terhadap kematian Floyd, dan soal diskriminasi terhadap warga kulit hitam di AS.

Twitter misalnya, yang menambahkan tagar #BlackLivesMatter ke dalam biodatanya di akun resmi mereka. Sementara Google dan YouTube secara gamblang menyatakan dukungannya terhadap kesetaraan rasial di situs mereka.

Kemudian YouTube pun menjanjikan akan memberi sumbangan senilai USD 1 juta untuk mengatasi aksi ketidaksetaraan sosial, tepatnya ke organisasi 'Center for Policing Equity', sebuah organisasi nonprofit yang bertujuan salah satunya untuk menghilangkan bias terhadap ras yang berbeda.

Khusus soal Facebook, langkahnya ini terlihat tak sepenuh hati, terutama setelah Mark Zuckerberg membiarkan postingan Presiden Donald Trump yang kontroversial. Sikap Zuck ini membuat ratusan pegawai Facebook melakukan mogok kerja virtual pada Senin (1/6/2020).

Mogok kerja ini terjadi setelah sejumlah pegawai Facebook mengkritik perusahaannya secara publik karena kebijakannya yang tidak memoderasi sejumlah unggahan kontroversial milik Trump setelah kematian George Floyd.

Namun Zuck juga menyebut Facebook akan mendonasikan USD 10 juta ke organisasi yang bekerja untuk keadilan rasial, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (3/6/2020).

Karena Corona, Spanyol Susun Protokol 'Asyik' untuk Pesta

Spanyol akan membuka wisatanya pada musim panas ini. Industri kelab malam Spanyol menyusun beberapa protokol untuk pesta yang aman.

Kelub malam di Spanyol ditutup semenjak diterapkannya pembatasan sosial karena pandemi virus Corona sejak Maret lalu. Sejak dilonggarkannya lockdown, National Federation of Leisure and Entertainment Businesses (FNEOE), sebuah kelompok industri dan Institute for Quality Tourism, menyusun protokol keselamatan untuk kelab agar siap beroperasi andai mendapatkan lampu hijau untuk buka lagi.

Merekan pun berencana merekomendasikan sejumlah protokol kesehatan, di antaranya wajib menggunakan masker wajah saat berada di lantai dansa. Selain itu, pengunjung diharuskan mencuci tangan sebelum masuk dan saat keluar dari ruangan pesta.

Di samping itu, pengelola akan menandai lantai dansa dengan harapan pengunjung tetap memperhatikan batasan sosial sehingga tidak bergaul sembarangan. Nantinya, minuman juga akan disajikan dengan menggunakan sedotan sekali pakai.

Deretan protokol itu disusun dengan harapan siap menyambut pelonggaran lockdown pada musim panas ini. Sejumlah wilayah disasar untuk menerapkan protokol itu, di antaranya sektor kehidupan malam di Pulau Ibiza seperti Pacha, Amnesia, dan Eden yang sangat populer di kalangan wisatawan. Kawasan itu saja bisa menghasilkan pendapatan tahunan sekitar 20 miliar euro (USD 22 miliar), menurut FNEOE.

"Pedoman ini disusun oleh dokter untuk memastikan orang-orang dapat menikmati bagian paling penting di Spanyol (kehidupan malam) dengan cara yang aman," ujar juru bicara FNEOE Vicente Pizcueta.

Mereka akan memulai protokol ini tergantung dari persetujuan pemerintah. Saat ini pemerintah hanya mengizinkan bar-bar yang punya teras terbuka dengan kapasitas pengunjung yang terbatas.

Belum ada kabar kapan klub malam akan diizinkan untuk buka.
http://indomovie28.com/the-rhythm-section/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar