Sabtu, 10 April 2021

Zona Merah COVID-19 Sempat Turun, Jelang Ramadhan Naik Dua Kali Lipat

  - Zona merah risiko COVID-19 di Indonesia selama beberapa minggu sempat turun, hingga tinggal 5 wilayah pada akhir Maret lalu. Namun, Satgas COVID-19 melaporkan kondisinya memburuk jelang Ramadhan karena terjadi peningkatan zona merah sampai dua kali lipat.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan dalam sepekan terakhir zona merah meningkat dari 5 kabupaten/kota menjadi 10 kabupaten/kota.


Kenaikan terjadi karena ada 8 wilayah yang bergeser dari zona oranye jadi merah, yaitu Badung dan Gianyar di Bali, Kota Tangerang Selatan di Banten, Tanah Laut di Kalimantan Selatan, Barito dan Kapuas di Kalimantan Timur, Belitung di Bangka Belitung serta Mataram di Nusa Tenggara Barat.


Sangat disayangkan terjadi kenaikan jumlah kabupaten kota yang zona merah atau berisiko tinggi... Ini merupakan alarm bagi kita untuk mawas diri meskipun di minggu lalu trennya mengalami penurunan," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Kamis (8/4/2021).


"Zonasi yang tadinya berkembang ke arah cukup baik dapat kembali memburuk apabila tidak dijaga dengan baik," lanjutnya.


Lebih jauh Wiku menjelaskan kenaikan zona merah ini terjadi dalam periode libur paskah. Saat itu mobilitas warga juga disebut mengalami peningkatan sampai 60 persen.


Wiku mengingatkan agar hal yang sama tidak terulang menjelang bulan Ramadhan. Pemerintah sendiri telah meresmikan aturan yang melarang warga melakukan mudik atau perjalanan ke luar kota saat Idul Fitri.


"Jadi pengingat bagi masyarakat untuk terus mengetatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Terutama memasuki masa bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri agar keselamatan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga," pungkas Wiku.

https://kamumovie28.com/movies/indignation/


1 Dari 3 Anak Indonesia Mengidap Stunting, Dampaknya Jadi Begini


 Stunting alias gagal tumbuh rupanya tak melulu disebabkan kemiskinan. Nyatanya stunting kerap pula dialami anak yang lahir dari keluarga berada. Akan tetapi, kaya atau miskin tak menghalangi sederetan masalah besar pada anak stunting, bahkan yang terseret hingga dewasa.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menyebut, stunting kini dialami 26,67 persen anak Indonesia.


Tak melulu disebabkan keterbatasan finansial, stunting juga dialami anak-anak dengan latar belakang finansial keluarga yang mencukupi. Sayangnya, para ibu sering cuek soal asupan sehingga anak menjadi pengidap stunting.


"Banyak orang tidak kekurangan nutrisi, tapi mindset-nya punya. Banyak bisa beli ikan, tapi tidak merasa ikan bermanfaat besar. Ada ibu yang makan nasi lauknya mie dan kerupuk. Aneh karbohidrat semua. Ini mindset," ujar dr Hasto saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/4/2021).


Yang amat dikhawatirkan, masalah pada anak stunting bukan hanya tubuh pendek, melainkan pula keterbatasan intelektual, serta risiko tinggi penyakit kardiovaskular saat dewasa.


Menurut dr Hasto, jika jumlah anak stunting di Indonesia tak kunjung berhasil ditekan, imbasnya pasti merembet ke mana-mana.


Dengan kondisi 1 dari 3 anak Indonesia kini mengidap stunting, Indonesia punya risiko besar akan menanggung masa depan suram masyarakat dengan kecerdasan jongkok.


"Orang stunting pasti pendek, tapi orang pendek belum tentu stunting. Anak yang pendek tapi cerdas, itu jelas tidak stunting. 3 dampak tidak menguntungkan pada anak stunting, pertama pendek. Kedua, kemampuan intelektualnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lebih rendah daripada orang rata-rata," imbuh dr Hasto.


Kini Indonesia punya target menurunkan angka stunting hingga menyentuh 14 persen di 2021. Menurut dr Hasto, satu-satunya cara untuk memangkas peningkatan angka stunting adalah persiapan yang matang sebelum menikah dan memutuskan punya anak baik dari istri maupun suami.

https://kamumovie28.com/movies/the-dawn/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar