Rabu, 07 April 2021

DKI Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Keputusan di Orang Tua

 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI) resmi melakukan uji coba sekolah tatap muka mulai hari ini, Rabu (7/4/2021), dan akan berlangsung hingga 29 April 2021 mendatang.

Uji coba sekolah tatap muka dilakukan oleh 85 sekolah yang sudah lolos penilaian Dinas Pendidikan DKI Jakarta, baik dari sisi kesiapan sarana prasarana protokol kesehatan sekolah maupun kesehatan guru dan tenaga pendidik.


Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana, mengatakan bahwa Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyiapkan rencana sekolah tatap muka. Serta memberikan gambaran sekolah tatap muka di Jakarta akan berlangsung seminggu sekali untuk satu jenjang kelas tertentu.


Keputusan di tangan ortu

Dalam penerapan pembelajaran campuran, para orang tua tetap memiliki hak penuh untuk menentukan apakah anaknya diberikan izin untuk mengikuti pembelajaran campuran atau belajar dari rumah.


Dengan demikian, pihak satuan pendidikan tetap melaksanakan belajar dari rumah terlebih bagi satuan pendidikan yang tidak lolos asesmen dan belum menjadi peserta uji coba terbatas.


Selain itu, dalam hal sekolah tetap muka jika ditemukan gejala-gejala terpapar COVID-19 pada peserta didik dan pendidik, pihak sekolah dengan segera mungkin melakukan koordinasi dengan puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.


Jika terdapat kasus positif terpapar COVID-19, maka satuan pendidikan ditutup selama 3x24 jam untuk dilakukan disinfektan serta dilakukan tracing lebih lanjut oleh pihak Dinas Kesehatan.


Kemudian, satuan pendidikan dibuka kembali, setelah pihak berwenang menyatakan sekolah dalam kondisi aman dari penularan COVID-19.

https://indomovie28.net/movies/traffic-4/


Tahap 2 Vaksinasi Masih 22 Persen, Vaksinator Tak Bisa Sembarang Suntik


 Dalam rangka penanganan pandemi, pemerintah menggencarkan vaksinasi COVID-19, berlangsung sejak 13 Januari 2021. Akan tetapi hingga kini, vaksinasi masih berada pada tahap 2, diperuntukkan tenaga kesehatan (nakes), petugas publik, dan lansia.

Laporan terakhir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Selasa (6/4/2021) hingga pukul 12.00 WIB, vaksin COVID-19 telah disuntikkan ke 8.912.055 orang, mencakup 22,09 persen dari total sasaran di tahap 2.


Kepala Pusat Pelatihan Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta dr Nisma Hiddin, SH, MH menjelaskan, kendala vaksinasi COVID-19 di Indonesia bukan hanya terbatasnya ketersediaan vaksin, melainkan pula jumlah vaksinator.


Pasalnya, penyuntikan vaksin COVID-19 ini berbeda dengan imunisasi pada umumnya. Tak hanya karena vaksin COVID-19 ini amat baru, pula karena vaksinasi diberikan pada orang banyak melalui tahap-tahap skrining khusus. Walhasil, nakes yang akan menjadi vaksinator perlu dibekali pelatihan lebih dulu.


"Kenapa perlu dilatih? Vaksin COVID-19 bukan vaksin biasa. Yang kita hadapi ini orang banyak sehingga perlu stimulus yang baik. Ada meja 1, 2, 3, 4 (di tahap vaksinasi), itu nakes betul-betul kita latih," ujarnya dalam webinar, Rabu (7/4/2021).


Turut hadir dalam webinar, Sektretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah DKI Jakarta dr Ferry Rahman, MKM menjelaskan, penyuntikan memang merupakan ilmu teknik dasar yang pasti dikuasai dokter apa pun spesialisasinya. Jika dilihat secara umum, anggota IDI di Indonesia sebenarnya mencapai hampir 180 ribu.


Akan tetapi, tak semua dokter bisa langsung menyuntikkan vaksin COVID-19. Sejalan dengan paparan dr Nisma, tahap-tahap penting yang ada dalam proses vaksinasi COVID-19 membuat setiap dokter memerlukan pelatihan lebih dulu.


Mengingat bahan vaksin COVID-19 ini baru, dokter-dokter memerlukan pelatihan agar risiko efek samping pun bisa terantisipasi.


"Ada meja 1, 2, 3, dan 3, artinya dokter-dokter kita saat ini perlu diberikan penguatan. Pelatihan dan pemahaman pasca vaksinasi itu sendiri. Vaksin ini hal yang baru, tidak biasa seperti vaksin-vaksin lainnya," ujar dr Ferry.

https://indomovie28.net/movies/bleeding-heart/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar