Kamis, 15 April 2021

Nggak Boleh Bandel! Satgas COVID-19 Minta Vaksin Nusantara Ikuti Aturan BPOM

 Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito angkat bicara soal polemik vaksin Nusantara yang tetap lanjut Fase II meski tak direstui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ia mendesak peneliti vaksin Nusantara untuk menjalani aturan yang ditetapkan BPOM.

"Vaksin Nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika dan diujicobakan di Indonesia," beber Prof Wiku saat live di YouTube BNPB Kamis (15/4/2021).


Wiku menegaskan tak ada vaksin COVID-19 yang bisa digunakan publik atau masyarakat umum tanpa pengawasan BPOM. Pasalnya, peran BPOM dalam pengawasan keamanan hingga efikasi vaksin COVID-19 menjadi acuan utama dalam vaksinasi COVID-19.


"Pada prinsipnya semua vaksin harus mendapat izin dari BPOM terutama soal aspek keamanan, efikasi, dan kelayakan. Selama memenuhi kriteria, pemerintah akan memberikan dukungan," lanjutnya.


Maka dari itu, Wiku mendesak para peneliti vaksin Nusantara untuk menjalin komunikasi yang baik dengan pihak BPOM. Hal ini ditujukan agar polemik vaksin Nusantara segera selesai.


"Diharapkan tim pengembang vaksin Nusantara dapat berkoordinasi dengan baik dengan BPOM agar isu yang ada terkait vaksin ini dapa segera terselesaikan," pungkasnya.

https://trimay98.com/movies/penance-lane/


Satgas Prediksi Vaksin Sinovac 'Tersertifikasi' WHO Akhir Mei, Bisa Buat Umroh?


Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut kemungkinan vaksin Sinovac akan tersertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir Mei 2021.

"Vaksin Sinovac telah mengikuti prosedur pengurusan EUL (emergency use listing) dan prediksi pemberian EUL, yaitu pada akhir bulan Mei 2021," kata Wiku dalam konferensi pers BNPB, Kamis (15/4/2021).


Sebelumnya beredar isu tentang vaksin Sinovac belum bisa menjadi syarat umroh karena belum tersertifikasi WHO. Pasalnya, Arab Saudi hanya mengizinkan warga negara asing masuk ke wilayahnya apabila sudah divaksinasi dengan vaksin Corona yang telah terdaftar dalam EUL WHO.


Dikutip dari laman resmi WHO, saat ini baru ada tiga jenis vaksin Corona yang sudah mendapat EUL, sebagai berikut.


Vaksin mRNA Pfizer mendapat EUL di 31 Desember

Vaksin adenovirus AstraZeneca mendapat EUL di 15 Februari 2021 (buatan SKBio Korsel dan the Serum Institute India)

Vaksin Corona dosis tunggal Johnson & Johnson mendapat EUL di 12 Maret 2021.

Apabila sudah tersertifikasi WHO, maka akan memudahkan pihak otoritas pengawasan obat dan makanan dari masing-masing negara untuk mengkaji keamanan dan mutu vaksin Corona yang akan diberikan kepada warganya.


RI Kedatangan Varian Baru, Kasus Corona B1525 Diimpor dari Malaysia


- Corona B1525 ditemukan di Indonesia. Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyebut kasus Corona B1525 adalah kasus impor dari Malaysia.

"Satu kasus Corona B1525 di Batam itu dari Malaysia ya," beber dr Nadia kepada detikcom Kamis (15/4/2021).


Corona B1525 diketahui sudah masuk Indonesia sejak Februari lalu, tetapi karena beragam proses hingga hasil genome sequencing yang dilakukan di laboratorium, baru terungkap jika infeksi pasien merupakan varian baru.


dr Nadia menegaskan Corona B1525 tak termasuk variant of concern (VOC) atau jenis Corona yang diwaspadai seperti Corona B117 yang lebih dulu masuk Indonesia. Meski begitu, sejumlah pakar mengkhawatirkan varian Corona B1525 ini lantaran mengandung mutasi E484K atau 'Eek'.


Pasalnya, mutasi Eek dikhawatirkan bisa mengelabui antibodi yang muncul pasca vaksinasi COVID-19 sehingga dikhawatirkan tak lagi efektif melawan COVID-19. Namun, dr Nadia menegaskan varian Corona B1525 tak mempengaruhi efikasi vaksin Corona.


"Untuk sampai saat ini WHO mengatakan vaksin masih efektif," jelas Nadia, dikutip dari CNNIndonesia.


Lantas varian Corona apa saja sih yang diwaspadai WHO sudah masuk RI?

https://trimay98.com/movies/the-descent/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar