Jumat, 27 Maret 2020

Begini Kondisi Malioboro yang Sepi Pengunjung

Wabah Corona atau COVID-19 berdampak kepada semua sektor, khususnya pariwisata. Seperti halnya kawasan Malioboro yang biasanya ramai, kini sepi dari pengunjung dan pedagang.
Pantauan detikcom, suasana di Malioboro sangat sepi dan hanya beberapa toko saja yang beroperasi. Sedangkan untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) yang beroperasi juga sangat sedikit.

Meski sepi, beberapa orang tampak lalu lalang di kawasan Malioboro. Sesekali, tampak pula baik pegawai toko maupun pengunjung mencuci tangan di sebuah wastafel yang tersedia di sepanjang pedestarian Malioboro.

Selain itu, lalu lintas di kawasan tersebut juga terbilang sangat lancar. Pasalnya pada hari-hari biasa lalu lintas di kawasan tersebut terbilang cukup padat.

Salah seorang tukang becak di Malioboro, Rubiyat (52) menyebut, kondisi ini sudah berlangsung sejak pekan lalu. Bahkan, saat ini banyak PKL yang memilih tidak berjualan, atau beberapa toko hanya buka sampai sore hari.

"Ya pokoknya mulai seminggu ini sepi, kemarin-kemarin juga sepi tapi tidak sesepi ini," katanya saat ditemui di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (26/3/2020).

Pria yang sudah 27 tahun berprofesi sebagai tukang becak ini melanjutkan, bahwa sepinya Malioboro berdampak pada pemasukannya. Bahkan, dia menyebut penghasilannya turun drastis.

"Biasanya sehari itu minimal saya bisa dapat Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Nah, terus ada Corona ini penghasilan harian saya turun drastis," katanya.

Kendati demikian, warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul ini mengaku tetap bekerja di sekitar Malioboro. Bukan tanpa alasan, hal itu semata-mata untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

"Saya masih di luar (narik becak) karena belum ada sosialisasi dan jaminan dapat uang dari Pemerintah. Jadi ya saya modal nekat dan badan sehat saja, kerja ya kerja, masalah lainnya kan sudah ada Allah yang mengatur," ucapnya.

Rubiyat menambahkan, bahwa seumur hidup dia baru mengalami kejadian seperti ini. Karena itu, dia berharap wabah ini segera berakhir. "Mudah-mudahan Corona ini bisa segera berakhir, karena saat ini bisa dibilang sudah paceklik mas," ucapnya.

Alami Kerugian Besar, Pengusaha Hotel dan Restoran Menjerit

Pengusaha hotel dan restoran di Jawa Barat semakin menjerit di tengah pandemi Corona (Covid-19). Kerugian besar semakin dirasakan.
"Hotel sekarang ini okupansinya sudah di bawah satu digit, atau di bawah 10 persen," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar Herman Muchtar via sambungan telepon, Kamis (26/3/2020).

Ia berujar, saat ini ada hotel yang sudah tidak memiliki pengunjung, bahkan ditutup sementara. Sehingga keuntungan pun tak bisa didapat. "Di Bandung ada yang nol, saya katakan di bawah satu digit karena ada yang masih isi, satu, dua, tiga," ujarnya

Ia mengungkapkan, imbas dari penutupan ini, ada hotel yang merumahkan bahkan memecat karyawannya. "Kondisinya seperti itu dan sudah banyak hotel yang terpaksa merumahkan karyawan. Ada juga, sudah mem-PHK dan menutup sementara hotelnya," ungkapnya.

Hal serupa dirasakan oleh pengusaha restoran. Banyak restoran yang tutup di Jawa Barat. "Rumah makan apalagi, tiga hari lalu di Bandung saja sudah 250 rumah makan yang tutup. Mungkin hari ini sudah hampir 600, 250 itu yang baru tercatat, banyak yang belum tercatat," jelasnya.

Begitupun dengan obyek wisata. Obyek wisata sudah banyak yang tutup untuk mencegah penyebaran virus corona. "Tempat wisata sudah tidak ada yang buka. Kalau dibuka juga mau siapa yang datangnya," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar