Rabu, 11 Maret 2020

Bertualang Menyusuri 5 Kota di Taiwan (2)

Pada hari berikutnya, petualangan dilanjutkan menuju sebuah danau yang menjadi ikon nasional yaitu Sun Moon Lake, dapat ditempuh dari Taichung Main Station menggunakan bus selama 1,5 jam. Di kawasan ini, kita dapat bertemu dengan suku asli penghuni Pulau Taiwan yang memiliki garis keturunan yang sama dengan suku-suku yang tersebar di kepulauan Polinesia. Ciri unik yang melekat pada mereka mengingatkan kita pada suku Dayak di Kalimantan, dengan ornamen perisai dan bahan pakaian rajutan tangan. Spot foto terbaik dapat diambil dari tengah danau menggunakan kapal ferry atau dari ketinggian menggunakan kereta gantung.

Berikutnya, perjalanan berlanjut melalui wilayah tengah Pulau Taiwan yang merupakan wilayah pedesaan. Jika masih ada waktu, kita dapat singgah di kota kecil seperti Chiayi. Di kota ini, kita akan bernostalgia dengan drama Meteor Garden yang sempat booming di awal 2000-an. Lokasi memorable drama tersebut ada di National Chung-Cheng University. Penggemar serial ini wajib singgah sambari mengenang beberapa adegan ikonik seperti jembatan San Chai dan loker Dao Ming Si. Untuk mengisi perut, kita bisa mampir di Pineapple Hill di dekat kampus yang memproduksi kue nastar nanas terlezat se-Taiwan. Setelah perut terisi penuh, perjalanan dapat berlanjut ke kota bersejarah Tainan menggunakan bus selama 1 jam atau dengan HSR selama 30 menit. Kota ini merupakan kota tertua di Taiwan dengan ikon utama Port Zeelandia yang dibangun oleh Belanda dan Museum Chimei. Jika lelah, kita dapat menginap di kota ini dengan biaya 400 ribu per malam, sebelum melanjutkan perjalanan di keesokan hari.

Kota terakhir dari marathon perjalanan kita adalah Kaohsiung yang merupakan kota terbesar kedua setelah Taipei. Perjalanan pulang dapat dilakukan dari kota ini, tentunya setelah membeli buah tangan di Liuhe Night Market. Makanan yang menjadi ciri khas negeri ini adalah teh olong, nastar, tea egg dan giok. Bagi wisatawan muslim, jangan khawatir. Di setiap kota besar sepanjang pulau Taiwan, kita dapat menemukan tempat ibadah. Makanan halal bersertifikat pun sudah cukup banyak tersedia, mulai dari masakan Indonesia, Timur Tengah, Chinese (beef noodle dan dumpling) hingga makanan vegetarian. Hal yang menarik dari persinggahan kita di tiap kota adalah banyaknya supermarket ASEAN yang menjual produk impor dari Indonesia, salah satunya adalah Tolak Angin. Produk ini bermanfaat menjaga daya tahan tubuh kami selama seminggu perjalanan menjelajah Pulau Taiwan.

Dari pengalaman kami, tidak salah jika penjelajah Portugis yang menginjakan kaki di pulau ini memberikan nama Isla Formosa. Taiwan menawarkan pengalaman yang mengesankan dengan keunikan dan keindahan yang menyertainya. Bagi kami pribadi, walaupun hanya ada 23 negara yang mengakui negeri ini, Taiwan tetap merupakan adik kecil yang cantik yang bersaing tidak mau kalah dengan saudara tuanya di seberang.

Kota kedua yang kami kunjungi adalah Taichung yang dapat diakses dari Taipei menggunakan bus atau kereta api dengan waktu tempuh 2,5 jam. Waktu perjalanan dapat disingkat menjadi hanya 50 menit menggunakan HSR. Taichung menawarkan taman-taman indah yang tersebar di pusat kota disertai angkutan bus umum yang bisa diakses secara gratis selama jarak tempuh masih di bawah 10 km. Ikon utama kota ini adalah National Taichung Theater, Maple Garden dan Feng Chia Night Market. Ketiga lokasi ini terletak dalam kawasan yang berdekatan dan dapat dijelajahi dalam satu hari. Jika tertarik untuk mengeksplorasi kota ini lebih jauh, kita dapat bermalam di sini dengan biaya sekitar Rp 500 ribu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar