Senin, 23 Maret 2020

Catat! 6 Museum Dunia yang Bisa Dilihat Secara Virtual

 Tak sedikit museum dunia yang mengalihkan koleksinya ke dunia maya untuk memerangi virus corona. Berikut 6 museum dunia yang menggelar pameran virtual.
Pandemi corona memaksa banyak museum dunia untuk tutup sementara waktu sebagai bentuk perlawanan ke virus corona. Trendnya, isi museum pun dipindahkan ke dunia maya dan tetap bisa diakses oleh wisatawan dunia secara online.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Jumat (20/3/2020), setidaknya ada 6 museum dunia yang menyajikan tur secara virtual di dunia maya. Berikut di antaranya:

1. Le Musee du Louvre, Prancis
Museum Louvree Paris yang menyimpan koleksi seni terbesar dan barang sejarah dunia merupakan salah satu yang telah menutup diri akibat virus corona. Namun, kini museum itu dapat diakses secara virtual.

Lewat louvre.fr/en/visites-en-ligne, traveler bisa menjelajahi Museum Louvree dan melihat aneka koleksi dari zaman Mesir hingga Galerie d'Apollon secara virtual.

2. British Museum, Inggris
Museum Inggris atau British Museum di London diketahui telah bekerjasama dengan Google Arts & Culture bersama dengan 2.000 institusi lain untuk menawarkan tur interaktif.

Caranya, cukup dengan masuk ke britishmuseum.withgoogle.com dan mengklik aneka pilihan artefak di situsnya untuk mendapat informasi detil terkait objek tersebut. Informasi pun bisa diberikan via panduan audio.

3. Rijkmuseum, Belanda
Rijkmuseum Amsterdam di Belanda merupakan salah satu museum dunia yang bisa diakses secara online. Lewat artsandculture.google.com/partner/rijksmuseum, traveler bisa melihat sejarah Belanda dan lainnya.

Seperti diketahui, Rijkmuseum juga menyimpan banyak sekali artefak dari Indonesia. Traveler pun bisa melihat 11 pameran berbeda dan melihat aneka koleksi di sana secara virtual.

4. Musee d'Orsay, Prancis
Kembali ke Prancis, Musee d'Orsay merupakan salah satu museum yang ikut membawa koleksinya ke dunia maya. Yakni lewat pranala artsandculture.google.com/partner/musee-dorsay-paris.

Lewat tur virtual, traveler bisa mengenal sejarah bangunan museum yang merupakan bekas stasiun kereta api hingga sejarah museum dari tahun 1848. Ada juga koleksi lukisan Van Gogh dan lainnya.

5. Guggenheim, AS
Galeri ikonik Guggenheim di New York, AS, juga menawarkan tur Google street view di mana traveler bisa melihat keseluruhan museum dan koleksinya secata virtual. Bisa dilihat lewat artsandculture.google.com/streetview/solomon-r-guggenheim-museum-interior-streetview.

6. Uffizi Gallery, Italia
Terakhir, ada Uffizi Gallery di Florence, Italia. Secara online, traveler bisa mengagumi koleksi keluarga de'Medicis di dalam museum dari abad ke-16. Diketahui, ada 4 pameran yang bisa dilihat.

Traveler pun bisa mengagumi karya seni Andromeda freed by Perseus karya Piero de Cosimo dan lainnya. Dapat diakses lewat artsandculture.google.com/partner/uffizi-gallery.

Lama Berkemah, Para Petualang Kaget Saat Tahu Corona Jadi Pandemi

 Sekelompok petualang berkemah selama 25 hari di Grand Canyon saat virus Corona belum mewabah di Amerika. Mereka kebingungan saat kembali ke kota.

Seperti dilansir dari Insider, belasan petualang berkemah di Sungai Colorado, Taman Nasional Grand Canyon, Amerika Serikat. Mereka berangkat pada 19 Februari 2020, saat keadaan Amerika masih baik-baik saja. Selama perjalanan, mereka juga mematikan handphone sehingga tak ada informasi yang diterima.

Lalu, ketika para petualang ini kembali pada 14 Maret 2020, mereka bertemu dengan salah satu karyawan perusahaan arung jeram di Flagstaff, Arizona. Dia memberikan kabar bahwa kini virus Corona telah menjadi pandemi, rak-rak supermarket kosong, liga olahraga telah ditangguhkan, pasar saham anjlok dan orang-orang disarankan untuk tinggal di rumah.

Sekelompok petualang ini langsung menghidupkan handphone mereka. Setelah melihat berbagai informasi, mereka kebingungan.

"Mengapa virus pernapasan menyebabkan orang membeli semua kertas toilet? bagaimana bisa lepas kendali seperti ini," kata salah satu anggota bernama Thomas.

Saat berkemah, lokasi mereka jauh dari masyarakat. Hingga saat pulang mereka bingung jika harus mempraktikkan jaga jarak sosial.

"Sangat sulit untuk tidak dapat melihat orang-orang yang saya rindukan, jika saya bisa melakukannya, saya tidak dapat memeluk mereka," kata Thomas.

Teman Thomas, Zach Edler mengatakan kepada The New York Times kalau dia tidak menyesal karena melakukan perjalanan ini, apalagi saat minggu-minggu terakhir. Saat mereka melewati hari-hari bahagia tanpa tahu kenyataan mengerikan di luar sana.

"Kami bersenang-senang. Kami hidup saat ini. Kami adalah satu-satunya orang di dunia yang tidak tahu (virus Corona telah menjadi pandemi). Saya menyukainya," kata Edler.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar