Sabtu, 14 Maret 2020

Travel Advice yang Bikin Menteri Pariwisata Sedih

Menteri Pariwisata Arief Yahya curhat. Khususnya satu hal yang bisa bikin sedih, soal travel advice. Ada apa?

"Satu hal yang tidak saya sukai dan bikin sedih adalah Travel Advice," katanya pada 'Rapat Koordinasi Pemulihan Sektor Pariwisata Selat Sunda Bangkit' di Marbella Hotel, Anyer, Jumat (11/1/2019) kemarin.

Arief memberikan kisah tentang erupsi Gunung Agung di tahun 2017. Ketika itu, Gunung Agung erupsi secara terus menerus dari Agustus sampai November. Sehingga, tak sedikit negara mengeluarkan Travel Advice.

Travel Advice merupakan imbauan yang dikeluarkan negara kepada warganya saat mau traveling ke suatu negara. Bentuknya masih imbauan, belum berupa larangan (Travel Advice). Meski begitu, bisa juga turis tidak benar-benar pergi ke negara tujuan jika ada suatu Travel Advice.

"Saat erupsi Gunung Agung di Bali kala itu, China mengeluarkan Travel Advice. Bayangkan, turis China datang ke Bali sebanyak 200 ribu sebulan. Saat itu, nol alias tidak ada karena turis China mematuhi Travel Advice yang dikeluarkan negaranya. Stress saya," papar Arief.

Cara mengantisipasinya, adalah dengan memberikan image yang baik. Pemantauan bencananya pun terus dilakukan dan memberikan informasi terkini. Sehingga, membuat turis tahu bagaimana perkembangannya dan perlahan Travel Advice bisa dicabut.

"Kita harus hati-hati menetapkan status bencana di suatu daerah. Ada yang pariwisatanya terkena dampak, ada yang tidak," terang Arief.

Peran pemerintah pun juga dinilai penting. Masih soal Bali saat erupsi Gunung Agung di 2017, bulan Desember saat mulai aman, Presiden Jokowi pun berkunjung ke Bali demi membuktikan Bali aman dikunjungi.

"Sekali lagi image, kita harus memberikan image yang baik, dalam contoh Bali, Pak Presiden sudah turun langsung membuktikan Bali aman," ujar Arief.

Tentu, tahap pemulihan juga harus cepat dan tepat. Kementerian Pariwisata pun mempunyai Tim Tourism Crisis Center (TCC) yang siaga memberi pelayanan informasi dan membantu turis saat terjadi suatu bencana.

Mimpi Lampung Menjadi Maldives

 Lampung punya banyak pulau kecil yang cantik. Ada sebuah mimpi, untuk menjadikannya seperti Maldives.

Hal itu dijabarkan Gubernur Lampung M Ridho Ficardo di sela-sela 'Rapat Koordinasi Pemulihan Sektor Pariwisata Selat Sunda Bangkit' di Marbella Hotel, Anyer, Jumat (11/1/2019) kemarin pada awak media. Menurutnya secara geografis, Lampung punya 100 lebih pulau-pulau kecil.

"Wisata kepulauan paling terkenal di dunia itu Maldives, mengapa Lampung tidak seperti itu?" katanya.

Ridho pun bakal mencontoh bagaimana Maldives mengelola pulau-pulaunya. Salah satunya, memberi keleluasaan pihak swasta untuk mengelola pariwisatanya.

"Itu adalah terobosan tetapi masih terhalang kebijakan. Mungkin nanti bisa 10-20 persen diserahkan ke swasta," ujarnya.

"Kita tidak usah khawatir karena akan tetap dikendalikan oleh pemerintah, tapi diberikan kesempatan pada swasta. Kalau mereka benar-benar menjaganya alamnya, pasti wisatanya juga terjaga," tambah Ridho.

Menurut Ridho, harus ada terobosan dalam pengelolaan pulau-pulau. Sebab jangan sampai, alamnya yang indah jadi sia-sia.

"Kalau Maldives saja bisa mengapa kita tidak," tutupnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar