Jumat, 13 Maret 2020

Kunjungi UGM, Ratu Maxima Silangkan Anggrek Asli Yogya

 Yogyakarta menjadi salah satu daerah kunjungan dari Raja dan Ratu Belanda. Selain Keraton dan Prambanan, mereka juga berkunjung ke UGM.

Raja Belanda, Willem-Alexander dan Ratu Maxima mengunjungi UGM. Di sela-sela kunjungan itu, Ratu Maxima diberi kesempatan pihak UGM untuk menyilangkan anggrek. Nantinya, anggrek hasil persilangan itu bernama Vanda Tricolor Lindley 'Queen Maxima'.

Dosen Fakultas Biologi, Endang Semiarti mengatakan, penyilangan itu untuk menghasilkan biji bunga baru dari anggrek Vanda Tricolor Lindley. Anggrek tersebut ia pilih karena merupakan ciri khas Indonesia dan berasal dari pegunungan Merapi.

"Jadi mempersilangkan ya, yang alat kelamin jantan dimasukkan ke alat kelamin betina, kemudian nanti dipertemukan jadi buah, jadi selfing 1 jenis," katanya saat ditemui wartawan di Balai Senat UGM, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Rabu (11/3/2020).

"Karena anggrek itu kan alat kelamin jantan dan betinanya itu menjadi satu kesatuan yang disebut kolumna," lanjut Endang.

Lanjut Endang, hasil persilangan Vanda Tricolor Lindley ini nanti akan dibubuhi nama Ratu Maxima. Namun nama tersebut dalam tanda petik.

"Kemudian Queen Maxima, ada tanda petik Queen Maxima, artinya orang yang menyilangkan," katanya.

Lebih lanjut, alasan penyematan nama Ratu Maxima sebagai bentuk penghargaan UGM karena sudah mau hadir ke UGM. Selain itu, dengan persilangan anggrek itu diharap dapat membuka pintu kerjasama antara UGM dan Universitas di Belanda.

"Ini sebagai penghargaan untuk beliau (Ratu Maxima) ya, karena beliau datang ke sini dan ini untuk menginisiasi kerjasama antara UGM dan universitas-universitas di Belanda," ucapnya.

"Ini (biji hasil persilangan) tadi sudah dipesan oleh orang-orang botanical garden dari Netherlands. Mereka ingin sebagian dikirim ke sana untuk dibesarkan di sana, untuk kerjasama, karena belum ada kerjasama dengan Belanda (di bidang biodiversitas)," ucapnya.

Peneliti anggrek di Fakultas Biologi UGM ini melanjutkan, jika persilangan berhasil, dalam 2 hari tangkai bunga akan berwarna hijau. Kemudian akan menggelembung dan terbentuk biji-bijian.

"Satu buah itu isinya 5 juta biji (bunga anggrek) dan 7 bulan ke depan sudah dapat biji-biji yang bisa ditanam di media tumbuh," ucapnya.

Sementara itu, Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, kolaborasi antara UGM dan Belanda sendiri, terangnya, telah berlangsung lama dan telah menunjukkan berbagai hasil yang memuaskan. Pada kesempatan ini, beberapa peneliti dari UGM berkesempatan untuk mempresentasikan penelitian yang tengah mereka kerjakan dalam bidang-bidang strategis seperti kesehatan, biodiversitas, dan hukum.

Dalam presentasinya, dosen Fakultas Biologi UGM Endang Semiarti mengundang Ratu Maxima untuk mengawinkan spesies anggrek Indonesia yang kemudian diberi nama Vanda Tricolor Lindley 'Queen Maxima' untuk menandai peran serta dukungan Belanda terhadap pelestarian biodiversitas di Indonesia.

Di samping itu, Raja Willem dan Ratu Maxima juga menyaksikan pameran inovasi civitas akademika UGM di Balairung yang merupakan program dari Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM.

"Kami menunjukkan beberapa inovasi dari mahasiswa dan dosen kami. Kami percaya inovasi ini menjadi titik masuk yang baik bagi kolaborasi kita di masa mendatang," katanya.

Kunjungan ini menandai babak baru kerja sama antara UGM dan institusi di Belanda di masa mendatang. Perwakilan dari Dutch Universities Association Wim van den Doel, memaparkan tiga rencana kolaborasi, salah satunya program Week for Indonesian-Netherlands Education and Research (WINNER) 2020 kerja sama antara institusi tersebut dengan LIPI.

"Saya mengundang kalian semua untuk bisa mengikuti program ini. Ini adalah kegiatan yang baik sekali," jelas van den Doel.

Di samping itu, ia juga mengumumkan pembentukan Boscha Medal yang merupakan penghargaan terhadap ilmuwan Indonesia dan Belanda yang memberikan kontribusi berarti pada perkembangan ilmu pengetahuan dan relasi antara Indonesia dan Belanda. Ia meminta UGM untuk dapat menominasikan kandidat yang layak untuk menerima penghargaan tersebut melalui Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia.

Untuk mendorong kerja sama ilmiah antara Indonesia dan Belanda, pemerintah kedua negara juga meluncurkan program hibah penelitian senilai 3 juta Euro. Hibah ini memberi kesempatan kepada peneliti Indonesia dan Belanda untuk bekerja sama dalam penelitian dengan dana bersama dari kedua negara.

"Pendaftaran hibah ini sudah dimulai minggu depan, jadi silakan mulai mempersiapkan proposal. Kami mengharapkan proposal penelitian yang interdisipliner, dan ini menjadi upaya Bersama untuk menciptakan langkah-langkah di masa depan," ungkap Dr. Sebastiaan den Bak dari Netherlands Organisation for Scientific Research.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar