Sabtu, 14 Maret 2020

Ternyata, Membuat Barong Bali Ada Pantangannya

Tidak sembarangan cara membuat barong untuk upacara di Bali. Ada pantangan yang tidak boleh dilanggar lho. Begini ceritanya.

Membuat barong yang menjadi bagian dari ritual upacara keagamaan di Bali rupanya tak bisa sembarangan dan ada sejumlah pantangan. Perlu ada upacara untuk memulai membuat bahkan menyelesaikan barong tersebut.

"Pertama harus disucikan cari hari yang baik. Mulainya ada sajen paling kecil canang pejati, baru mulai kerja. Terakhir pasupati untuk menyucikan itu," kata salah satu pengrajin barong di Banjar Puaya, Desa Batuan, Sukawati, Gianyar I Made Puji ketika ditemui di rumahnya, Jumat (11/1/2019).

Made mengatakan dalam setahun dia bisa menerima 3 pesanan barong. Tak hanya itu dia juga menerima servis untuk barong-barong yang ada di pura. Ada pengalaman tak biasa yang dia alami ketika bekerja.

"Kalau servis saya biasa minta pemilik untuk 'mengosongkan' dulu. Soalnya pernah ada orang bawa topeng yang pernah disakralkan mau diservis. Saya tanya sudah dikosongkan apa belum bilangnya sudah. Cuma pesan jangan ditaruh di bawah. Pas nglembur saya lupa sampai jam 23.30 WITA sudah ngantuk saya taruh sembarangan langsung tidur. Di kamar antara setengah tidur saya kayak lihat dua orang tinggi besar, saya langsung ingat dan taruh topeng ke meja," tuturnya.

Antara percaya tak percaya, Made juga pernah kebingungan ketika mengukur kayu untuk servis barong di salah satu pura di Desa Sibang. Menurutnya ukurannya sudah presisi, namun saat dipasang ukuran kayu itu lebih panjang.

Biasanya kalau sudah menemukan hal seperti itu, Made mengaku langsung meminta petunjuk dari Pemangku setempat. Ternyata ada syarat-syarat yang terlupa atau belum minta izin kepada penjaga pura.

Made mengatakan biaya pembuatan barong yang sedang dia kerjakan senilai Rp 250 juta. Untuk mengerjakan barong tersebut dia dibantu 20 pegawai mulai dari membuat ornamen, mengecat hingga memasang ornamen-ornamen tersebut.

"Biasa kalau untuk pura itu juga pesan Rangda dan Rarung. Masa pengerjaannya satu macam bisa sampai tiga bulan, " ujarnya.

Ramai Bagasi Lion Air Tak Lagi Gratis, Ini Kata Menteri Pariwisata

Bagasi maskapai dari Lion Group yang berbayar jadi perbincangan termasuk dari wisatawan. Bagaimana tanggapan Menpar Arief Yahya?

Mulai tanggal 22 Januari, Lion Group memberlakukan bagasi berbayar alias bagasinya tidak lagi gratis. Ini sudah disetujui Kemenhub, aturan baru tersebut jadi perbincangan wisatawan.

Sebab, 2 maskapainya yakni Lion Air dan Wings Air menjadi salah satu pilihan penerbangan ke berbagai destinasi domestik. Apakah bagasi bertarif dari maskapai-maskapai tersebut mempengaruhi wisatawan untuk traveling?

"Kita lihat namanya elastisitas. Tarif naik dengan alasan apapun, volume (penumpang-red) akan turun," kata kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di sela-sela 'Rapat Koordinasi Pemulihan Sektor Pariwisata Selat Sunda Bangkit' di Marbella Hotel, Anyer pada hari ini, Jumat (11/1/2019) pada awak media.

Arief menjelaskan, Kementerian Pariwisata akan memberikan feedback kepada maskapai tersebut. Jika nantinya bakal jadi masalah berlarut-larut, dinilai bakal ada semacam kebijakan baru.

"Nanti akan muncul kesimbangan baru karena bisa jadi turun 20-30 persen SLF-nya (Seat Load Factor)," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar