Jumat, 13 Maret 2020

Mengenal Sejarah dan Tiga Tanaman Kopi di Indonesia

Bagi masyarakat urban, mungkin tidak lengkap mengawali hari tanpa minum kopi. Beragam olahan makanan dan minuman berbahan kopi bukan lagi hal yang asing. Saking akrabnya, Indonesia kini punya Hari Kopi Nasional tiap 11 Maret.
Sejarah kopi diawali pada zaman Belanda yang membawa tanaman dengan biji beraroma khas ini ke Indonesia. Lebih jauh lagi, bangsa Ethiopia tercatat sebagai yang pertama menemukan kopi sebagai minuman yang bermanfaat. Seiring waktu, tanaman dan biji kopi menyebar ke seluruh dunia hingga dibudidayakan demi memenuhi kebutuhan manusia.

Proses memperbanyak kopi secara vegetatif dan generatif, kini bisa diperoleh melalui berbagai makalah budidaya tanaman kopi. Kopi yang makin populer dan akrab dengan kehidupan sehari-hari, ternyata berdampak juga pada wisata agro kebun kopi yang diminati masyarakat. Misalnya kebun kopi milik PTPN IX dengan wisata agro Kampoeng Kopi Banaran yang bersuhu sejuk dan nyaman.

Dikutip dari situs Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, tanaman kopi termasuk kelompok semak belukar dengan genius Coffea. Kopi termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamily lxoroideae, dan suku Coffeae. Genus Coffea terbagi menjadi 2 subgenus, yakni Coffe dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies sementara Baracoffea memiliki tujuh spesies.

Tanaman kopi terdiri dari akar, batang dan percabangan, daun, bunga, dan buah. Untuk percabangan terdiri atas primer dan cabang sekunder, reproduksi, balik, serta kipas. Keberhasilan tanaman kopi berbunga hingga menjadi buah dipengaruhi iklim lingkungan sekitar. Tanaman kopi termasuk bisa melakukan penyerbukan sendiri, yang umumnya terjadi setelah musim hujan.

Tanaman kopi di perkebunan umumnya tidak terlalu tinggi dan sudah mendapat perlakuan budidaya supaya mudah dipanen. Namun di habitat aslinya, tinggi pohon kopi bisa mencapai 12 meter dengan pertumbuhan yang tegak dan bercabang. Saat ini ada tiga jenis tanaman kopi yang tumbuh di Indonesia.

Berikut penjelasan jenis kopi di Indonesia
1. Kopi Arabika
Pohon kopi Arabika tumbuh sangat baik di ketinggian 1.000-2.100 meter di atas permukaan laut (dpl). Bentuk biji kopi Arabika agak memanjang dengan bidang cembung yang tidak terlalu tinggi. Semakin tinggi lokasi perkebunan maka cita rasa biji kopi yang dihasilkan makin baik.

2. Kopi Robusta
Untuk pohon kopi Robusta, daya adaptasinya lebih baik dibandingkan Arabika. Areal kebun kopi Robusta lebih luas dibandingkan Arabika di Indonesia dengan ketinggian yang lebih rendah. Biji kopi robusta yang jenis aslinya sudah hampir hilang ini berbentuk agak bulat.

3. Kopi Liberika
Jenis kopi Liberika adalah pengembangan dari Arabika, sehingga karakter biji kopi keduanya hampir sama. Budidaya kopi Liberika kini ditinggalkan perkebunan dan petani, karena berat biji kering yang sangat rendah dibanding dalam kondisi basah.

Di Prambanan, Raja dan Ratu Belanda Nonton Pentas Sendratari Ramayana

 Raja dan Ratu Belanda mengakhiri kunjungan di Yogyakarta dengan berkunjung ke Prambanan. Di sana mereka menonton Pentas Sendratari Ramayan.

Raja Belanda, Willem Alexander dan Ratu Maxima menutup kunjungannya di Daerah Istimewa Yogakarta (DIY) dengan disuguhi pertunjukan sendratari Ramayana di panggung tertutup Ramayana Balet, Prambanan. Sendratari itu mengangkat salah satu fragmen cerita saat Sinta diculik oleh Rahwana.

Pantauan detikcom, Rabu (11/3/2020) Raja Willem bersama Ratu Maxima tiba di panggung tertutup sekitar pukul 17.40 WIB. Selama sekitar 30 menit, raja dan ratu duduk menonton pertunjukan.

Sesekali Raja Willem berdecak kagum dengan sendratari yang disajikan. Bahkan pada adegan pasukan kera hendak keluar panggung dan salah satu tokoh kera melakukan salto, Raja Willem tersenyum puas.

Di akhir pertunjukan Raja Willem dan Ratu Maxima memberikan tepuk tangan yang meriah. Keduanya lantas menghampiri para penari untuk memberi selamat.

Usai pertunjukan sendratari Ramayana dilanjutksn dengan pertunjukan musik etnik kontemporer dari salah satu band indie Rubah Di Selatan. Band tersebut membawakan satu repertoar lagu. Raja dan ratu pun turut memberikan selamat.

Usai menonton pertunjukan, sekitar pukul 18.41 WIB Raja Willem beserta rombongan lantas melanjutkan perjalanan ke bandara untuk meneruskan perjalanan.

Sementara itu, Endra Wijaya (29), salah seorang penari mengatakan usai pertunjukan, Raja Willem dan Ratu Maxima memberikan apresiasi terhadap pertunjukan yang disajikan.

"Kalau yang saya ingat tentang, raja dan ratu sangat mengapresiasi pertunjukan dan senang bisa melihat pertunjukan Ramayana. Mereka bilang pertunjukannya spektakuler," kata pemuda asal Kalasan yang berperan sebagai Hanuman itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar