Jumat, 27 Maret 2020

INACA: Maskapai Nasional Sudah Mulai Rumahkan Karyawan

 Industri penerbangan kian memasuki masa yang sangat sulit karena pandemi Corona. Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiratmadja menjelaskan bahwa untuk mengurangi kerugian yang diderita, beberapa waktu belakangan ini, sejumlah maskapai penerbangan telah melakukan langkah antisipasi.
Sejumlah langkah diambil, terutama untuk memilih memilih opsi tutup operasi. Selain itu, maskapai nasional juga mulai merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya baik bagi pilot, awak kabin, teknisi dan karyawan pendukung lainnya. Dia mencatat, sejak awal bulan Maret 2020 ini terjadi penurunan jumlah penumpang yang sangat drastis.

Alhasil, semua maskapai penerbangan sudah mengurangi jumlah penerbangan baik rute dan frekuensinya sampai dengan 50% atau lebih.

"Diramalkan apabila penuntasan pandemi Covid-19 semakin tidak pasti hal ini akan membuat industri penerbangan semakin terpuruk bahkan sebagiannya akan tidak beroperasi karena bangkrut," kata Denon dalam siaran persnya seperti dikutip dari detikFinance, Jakarta, Kamis (26/3/20).

Insentif
Untuk menyelamatkan industri penerbangan agar tetap eksis, baik saat ini maupun saat recovery nanti apabila pandemi Covid-19 sudah tuntas, maka INACA saat ini sudah dan akan meminta sejumlah keringanan maupun insentif kepada pemerintah.

"Yang kami harapkan adalah penundaan pembayaran PPh, penangguhan bea masuk impor suku cadang, penangguhan biaya bandara dan navigasi yang dikelola BUMN, pemberlakuan diskon biaya bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan, dan perpanjangan jangka waktu berlakunya pelatihan simulator maupun pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat," katanya.

Ia sangat menyadari bahwa wabah covid-19 ini melumpuhkan hampir semua aktivitas perekonomian. Namun menurut Denon industri penerbangan nasional sangat terpuruk.

Jika tidak ada respons positif dari pemerintah yang cepat maka dipastikan akan PHK besar-besaran akan berlanjut. Namun untuk PHK ini dia tak merinci sudah sejauh apa jumlah yang dilakukan maskapai nasional.

"Dampaknya bukan hanya di industri penerbangan itu sendiri tapi juga untuk industri pendukungnya baik hilir maupun hulu seperti bengkel pesawat, ground handling, dan agen perjalanan yang terlibat. Untuk ini, INACA sangat mengharapkan respon positif dari Pemerintah yang cepat untuk menghindari gelombang perumahan dan PHK yang tidak bisa dihindari tersebut," urainya.

Qantas Catat Sejarah Penerbangan Langsung Australia-London

Di tengah pandemi Corona, maskapai Qantas justru mencatat sejarah baru dengan menerbangkan Airbus A380 langsung dari Australia ke London.
Qantas yang merupakan maskapai asal Australia itu akan menangguhkan seluruh penerbangan rute internasionalnya pada akhir Maret. Penerbangan langsung dari Australia ke London adalah penerbangan terakhir mereka.

Dilansir dari CNN, Kamis (26/3/2020), penerbangan yang disebut sebagai QF1 'Kangaroo Route' itu akan berangkat dari Sydney hari ini. Umumnya, penerbangan Australia ke London itu akan transit di Singapura namun Bandara Changi telah menetapkan aturan bagi penumpang untuk tak melakukan transit mulai 24 Maret.

Kebijakan ini akhirnya memaksa Qantas untuk melakukan penerbangan non-stop. Agar perjalanan dapat berjalan lancar, Qantas akan melakukan pengisian bahan bakar selama 90 menit di Darwin, sebelum terbang ke London dalam waktu 16 jam. Momen ini pun menjadi kali pertama Darwin dan London dihubungkan melalui penerbangan langsung.

Selain itu, Qantas juga akan menghadapi pertarungan terakhir pada penerbangan QF2 yang kembali dari London ke Sydney melalui Darwin. Pesawat akan diberangkatkan pada 27 Maret mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar