Rabu, 04 Maret 2020

Lewat Tenun Ikat Ekuador Kerja Sama dengan NTT

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Ekuador, Amerika Selatan. Ini dalam hal pengembangan usaha tenun ikat.

"Kerja sama ini akan dilakukan dengan belajar bersama dan promosi bersama berbagai produk tenun ikat dari Ekuador dan NTT," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Jelamu di Kupang, Senin. Ia menjelaskan, rencana kerja sama itu telah dikemukakan Duta Besar (Dubes) RI untuk Ekuador Besar RI untuk Ekuador Diennaryati Tjokrosuprihatono saat kunjungan ke NTT beberapa hari lalu, seperti dilansir Antara, Senin (28/1/2019).

Ia mengatakan, Pemerintah Ekuador bersama Dubes akan berkunjung ke NTT dan menggelar seminar tentang pengembangan tenun ikat. Marius mengatakan, pemerintah provinsi setempat siap mendukung kerja sama ini dengan memfasilitasi para pelaku usaha tenun ikat kedua negara untuk mendiskusikan secara intens terkait pengembangan tenun ikat.

Selain itu, lanjutnya, akan digelar fashion show berbagai produk busana tenun ikat. Rencananya bertepatan dengan pelaksanaan festival tenun ikat di Pulau Sumba tahun 2019.

"Bapak Gubernur (Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, red) juga menyepakati ini. Mudah-mudahan awal Agustus nanti bisa diselenggarakan bersama di Sumba," katanya.

Lebih lanjut, Marius mengatakan, produk tenun ikat dari Ekuador sudah terkenal di berbagai belahan dunia, padahal sekitar 600 tahun silam mereka belajar di Indonesia. Saat ini, lanjutnya, beragam corak dan motif tenun ikat dari Ekuador sudah diakui dunia melalui UNESCO, organisasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

"Padahal ratusan tahun lalu mereka belajar dari Indonesia. Inilah kenapa kita juga perlu belajar dari mereka bagaimana pengembangannya lewat rencana kerja sama ini," katanya.

Denpasar Usul 4 Kebudayaan Warisan Agar Tak Diklaim Negara Lain

Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar melalui Dinas Kebudayaan kembali mengusulkan empat kebudayaan untuk dapat ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2019. Apa saja?

Adapun empat kebudayaan tersebut, yakni Tradisi Ngaro di Banjar Madura Intaran Sanur, Tari Janger Kedaton Sumerta dan Pegok, Tari Legong Binoh serta Sate Renteng. Seorang Tim Cagar Budaya Kota Denpasar Yudhu Wasudewa, dikonfirmasi seperti dilansir Antara, Senin (28/1/2019), menjelaskan bahwa Kota Denpasar terus berkomitmen untuk mendata dan melindungi kebudayaan yang ada di daerah itu.

Selain melaksanakan pendataan, pengusulan WBTB Indonesia juga penting sebagai salah satu bentuk inventarisasi kebudayaan. Yudhu mengatakan, bahwa sesuai dengan amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, maka pendaftaran ini juga merupakan tindak lanjut atas pendataan WBTB yang telah dilaksanakan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

Menurut dia, dalam penetapan sebagai WBTB Indonesia, beragam tahapan harus dilalui. Hal ini meliputi mengisi formulir pengusulan penetapan, kajian akademis, foto dan video visual juga pihaknya optimis empat kebudayaan Denpasar yang diusulkan dapat ditetapkan menjadi WBTB Indonesia 2019.

"Kita pada 2018 telah mendaftarkan empat kebudayaan. Keempatnya telah ditetapkan sebagai WBTB Indoesia 2018.Kita pada 2019 mendaftarkan empat lagi, semoga keempatnya dapat ditetapkan sebagaimana pada 2018," tandas Yudhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar