Rabu, 21 Oktober 2020

BPOM Tegaskan Belum Ada Produk yang Disetujui sebagai Obat COVID-19

  Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Penny K Lukito menegaskan sampai saat ini belum ada produk yang disetujui secara global, yang diindikasi sebagai obat untuk mengatasi COVID-19.

"Namun, sampai saat ini belum ada produk yang disetujui secara global, dengan indikasi sebagai obat COVID-19" kata Penny dalam temu media daring, Rabu (21/10/2020).


Meski begitu, Penny mengatakan sampai saat ini BPOM terus meningkatkan pengembangan produk alam atau herbal yang bisa berpotensi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, guna mencegah terjadinya penularan virus Corona.


Selain itu, produk herbal tersebut juga bisa digunakan untuk mengurangi dan mengatasi gejala COVID-19 yang sudah muncul pada seseorang.


"Keanekaragaman hayati yang kita miliki tentunya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka, untuk memelihara daya tahan tubuh, imunomodulator, anti-inflamasi. Atau sebagai produk herbal untuk memperbaiki gejala klinis COVID-19, misalnya mengurangi batuk, demam, dan sakit tenggorokan," jelasnya.


Adapun beberapa bahan alam atau herbal asli Indonesia yang sudah digunakan sejak turun temurun. Misalnya seperti temulawak dan juga jahe merah.


Sampai saat ini, jumlah obat herbal terstandar yang sudah terdaftar di BPOM masih terbatas jumlahnya. Baru ada 71 produk Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 24 produk fitofarmaka.

https://nonton08.com/the-great-illusionist/


Perlu Tahu! 4 Temuan Terbaru Virus Corona COVID-19


 Virus Corona COVID-19 tak henti-hentinya memberikan kejutan dalam dunia medis. Sejumlah temuan baru pun ditemukan oleh para ilmuwan di berbagai negara saat meneliti virus penyebab pandemi tersebut.

Berbagai penelitian ini bertujuan untuk mencari cara terbaik dalam pencegahan dan penanggulangan penyebaran COVID-19. Terlebih adanya kemungkinan karakteristik virus yang berubah-ubah karena bermutasi.


Dirangkum detikcom, berikut 4 studi terbaru seputar virus Corona COVID-19 yang diungkap oleh para ilmuwan.


1. Bertahan 9 jam di kulit

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine, Jepang, menemukan bahwa virus Corona mampu bertahan selama lebih dari sembilan jam di permukaan kulit.


Meski begitu, studi menunjukkan, virus Corona akan benar-benar mati dalam waktu 15 detik saat diberi hand sanitizer yang mengandung alkohol 80 persen.


"Penemuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting untuk pencegahan penyebaran SARS-CoV-2," tulis para peneliti.


Studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Disease.


2. Bertahan 28 hari di uang kertas dan layar ponsel

Laporan penelitian yang dilakukan oleh Australian Centre for Disease Preparedness (ACDP) menunjukkan, virus Corona bisa bertahan selama 28 hari pada uang kertas, layar ponsel, dan permukaan halus lainnya di suhu 20 derajat celsius.


Studi yang dipublikasikan dalam Virology Journal itu juga menemukan, ketahanan virus Corona disebut lebih kuat dibandingkan virus flu pada umumnya, yakni 17 hari.


Meski begitu, para peneliti mengatakan, kelangsungan hidup virus Corona bisa menurun jadi kurang dari sehari pada permukaan jika berada di suhu 40 derajat celsius.


"Hasil kami menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat tetap menular dari permukaan dalam jangka waktu yang lama. Maka dari itu, perlu praktik yang baik dalam mencuci tangan dan membersihkan permukaan secara teratur," kata Wakil Direktur Pusat ACDP, Debbie Eagles.

https://nonton08.com/dirty-girl/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar