Rabu, 21 Oktober 2020

Kisah Pria Meninggal Dunia Usai Alami Efek Jangka Panjang COVID-19

  - Seorang pria asal Inggris meninggal dunia setelah mengalami efek jangka panjang akibat COVID-19. Ia meninggal dua bulan setelah keluar dari rumah sakit.

Pria bernama Roehl Ribaya dirawat lebih dari sebulan di Rumah Sakit Victoria Blackpool, akibat infeksi virus Corona. Ia mendapat perawatan yang intensif dan ventilator untuk membantunya bernapas.


Setelah dirawat, pria berusia 47 tahun ini dinyatakan sembuh dari virus Corona dan dipindahkan ke bangsal perawatan. Hingga pada akhirnya, 14 Agustus 2020 lalu, Ribaya diperbolehkan pulang.


Namun, setelah kembali ke rumah kondisi Ribaya tidak kunjung pulih. Istrinya, Stella Ricio Ribaya mengatakan suaminya terus mengalami sesak napas.


"Dia tidak pernah sembuh. Dia merasakan sangat sesak sepanjang waktu," ungkapnya yang dikutip dari New York Post, Rabu (21/10/2020).


Ribaya terus merasakan masalah pada pernapasannya, bahkan sulit saat menaiki tangga. Sampai pada 13 Oktober, ia kembali dibawa ke rumah sakit dan koma selama dua hari karena serangan jantung hingga akhirnya meninggal.


Istrinya mengatakan bahwa Ribaya meninggal akibat serangan jantung dan fibrosis pada paru-parunya pasca terinfeksi virus Corona. Ini membuat kondisi jaringan paru-parunya rusak dan sulit untuk bernapas.


"Itu (efek jangka panjang) COVID-19 yang lama, sehingga ia meninggal begitu cepat," kata istrinya.

https://nonton08.com/good-girl/


Tak Percaya COVID-19, Wanita Ini Kena Batunya Dirawat di RS 22 Hari


Meski virus Corona COVID-19 telah menewaskan lebih dari 1 juta orang, masih ada saja yang menganggap COVID-19 tidak nyata. Seperti yang diyakini ibu tiga anak satu ini.

Pasalnya, wanita berusia 43 tahun ini biasa memberi tahu orang sekitar kalau COVID-19 tidak benar-benar ada. Akibatnya, ia kini dinyatakan positif COVID-19 dan harus menjalani hari-harinya di rumah sakit.


Wanita bernama Samantha Williamson, harus menjalani 22 hari di rumah sakit berjuang melawan COVID-19. Ia dilaporkan mengalami sesak napas.


"Saya tidak percaya pada COVID-19," kata ibu tunggal Samantha kepada News 9 dari ranjang rumah sakitnya di Oklahoma, AS, dikutip dari Mirror UK.


"Saya adalah salah satu dari orang-orang yang memberi tahu semua orang bahwa itu tidak nyata, tetapi (kini COVID-19) itu nyata. Saya adalah buktinya," sesalnya.


Akibat gejala berat COVID-19 yang dialaminya, ia bahkan mengira akan meninggal pada titik terburuk pertempurannya. Samantha kini terus mengingatkan orang di sekitarnya untuk tak lupa memakai masker.


"Saya benar-benar berpikir saya akan mati dan kehilangan anak-anak saya dan tidak akan pernah bisa melihat mereka lagi tetapi duduk di sini membuat kami menyadari bahwa kami menerima segalanya begitu saja," curhat Samantha.


Samantha mulanya mengidap pneumonia, lalu setelah dites, hasil tes menunjukkan dirinya positif COVID-19.


Gejala COVID-19 yang dialami Samantha termasuk berat, ia menjadi sulit bernapas ketika dia batuk, rasanya seperti ada gajah yang duduk di dadanya. Bahkan beberapa hari setelahnya Samantha merasakan gejala yang lebih buruk.


Namun, belakangan kondisi Samantha disebut sudah lebih baik dari sebelumnya.

https://nonton08.com/housewife-unforgivable-love/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar