Corona di Indonesia kembali pecah rekor per Kamis (8/10/2020). Ada 4.850 kasus baru dilaporkan, DKI Jakarta menyumbang kasus paling tinggi.
Sementara itu, kasus positif Corona sudah mencapai 82.392 kasus. Namun, kasus sembuh juga bertambah banyak hingga mencapai 82 persen yaitu 68.352 kasus.
Daftar RW zona rawan di DKI berkurang dari 40 RW menjadi 26 RW. Data yang diperbaharui corona.jakarta.go.id 30 September kemarin menunjukkan zona rawan RW di DKI terbanyak berada di Jakarta Pusat.
Berikut daftar 26 RW di DKI Jakarta yang masih masuk zona rawan, dikutipdetikcom Jumat (9/10/2020).
Kelurahan Baru, RW OO4
Kelurahan Bendungan Hilir RW 009
Kelurahan Cempaka Baru RW 009
Kelurahan Cempaka Putih Barat RW 007
Kelurahan Cipedak RW 001
Kelurahan Cipinang RW 006
Kelurahan Cipinang Cempedak RW 004
Kelurahan Grogol RW 009
Kelurahan Gunung Sahari Utara RW 003
Kelurahan Halim Perdana Kusumah RW 004
Kelurahan Johar Baru RW 006
Kelurahan Kampung Rawa RW 007
Kelurahan Karet Tengsin RW 007
Kelurahan Kayu Manis RW 009
Kelurahan Menteng Atas RW 005
Kelurahan Menteng Atas RW 013
Kelurahan Pasar Baru RW 004
Kelurahan Paseban RW 007
Kelurahan Pegangsaan Dua RW 003
Kelurahan Petukangan Selatan RW 001
Kelurahan Pondok Kopi RW 001
Kelurahan Rawasari RW 009
Kelurahan Slipi RW 002
Kelurahan Taman Sari RW 007
Kelurahan Tebet Timur RW 010
Kelurahan Utan Panjang RW 008
https://cinemamovie28.com/good-people/
Studi di Inggris Sebut 80 Persen Lebih Pasien COVID-19 Tak Bergejala
Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa lebih dari dua pertiga orang positif COVID-19, tidak menunjukkan gejala apapun di hari mereka menjalani tes Corona. Peneliti di University College London mempelajari data pengujian Corona dari badan statistik Inggris, Office for National Statistics.
Mereka meninjau dan mengamati 36.061 orang yang melakukan tes virus Corona dari survei infeksi antara 26 April dan 27 Juni 2020. Hasilnya, ditemukan bahwa 86,1 persen dari mereka yang dites positif dan tidak mengalami gejala COVID-19.
Dikutip dari CNBC International, dari 115 orang yang positif COVID-19, hanya ada 16 orang yang melaporkan mengalami gejala utama seperti batuk, demam, atau kehilangan indra penciuman dan perasa.
"Untuk mengurangi penularan SARS-CoV-2, penting untuk mengidentifikasi mereka yang tertular. Namun, hanya sedikit yang diketahui tentang berapa proporsi orang tanpa gejala atau asimtomatik yang bisa berpotensi menjadi silent spreaders," jelas peneliti Irene Petersen dan Andrew Phillips dalam jurnal Clinical Epidemiology.
Kedua peneliti tersebut juga menegaskan untuk lebih luas dalam melakukan pengujian COVID-19, agar 'silent spreaders' atau penularan ini bisa dicegah dan mengurangi wabah semakin meluas di masa depan.
China Kembangkan Vaksin Ganda Flu dan COVID-19, Siap Uji Coba ke Manusia
China membuat vaksin untuk influenza dan COVID-19 berbentuk semprotan hidung. Uji klinis pada manusia rencananya dimulai bulan depan.
Ahli penyakit menular di departemen mikrobiologi Universitas Hong Kong, Yuen Kwok Yung, mengatakan uji klinis tahap awal akan melibatkan 100 orang dewasa. Vaksin ini serupa dengan imunisasi flu yang sebelumnya sudah ada di pasaran, dirancang untuk membasmi virus di hidung.
"Ide kami adalah kami menginginkan perlindungan influenza dan COVID-19 pada saat bersamaan," kata Yuen dalam sebuah wawancara, dikutip dari laman Bloomberg.
Penelitian mengenai semprotan eksperimental ini menerima dana dari Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi di Norwegia dan pemerintah Hong Kong, dan akan bergabung dengan puluhan uji klinis di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengidentifikasi vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah COVID-19.
China memulai studi klinis awal bulan lalu tentang vaksin semprotan hidung untuk COVID-19 yang dikembangkan bersama para peneliti di Universitas Xiamen dan Universitas Hong Kong, serta oleh pembuat vaksin Beijing Wantai Biological Pharmacy Enterprise Co.
Pengembangannya adalah menggunakan rekayasa genetika untuk membasmi NS1 virus dan memasukkan pengikat reseptor dari spike protein virus SARS-CoV-2.
"Dan kemudian kami menunjukkan dengan sangat baik bahwa itu berhasil pada hewan," tambah Yuen.
Selain berpotensi melindungi dari dua virus sekaligus, pendekatan tersebut bertujuan untuk menstimulasi respons imun di lokasi selaput lendir di hidung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar