Sabtu, 26 Desember 2020

Rapid Test Antigen Bikin Bingung: Positif Vs Reaktif, Bedanya Apa Sih?

 Ada banyak istilah seputar COVID-19 yang bikin bingung, termasuk soal hasil rapid test antigen. Di beberapa tempat, hasilnya dinyatakan sebagai 'positif' atau 'negatif' dan di tempat lain disebut 'reaktif' atau 'nonreaktif'.

Selama ini, hasil 'positif' atau 'negatif' didapatkan dari tes PCR (polymerase chain reaction) atau PCR swab. Sementara itu, hasil 'reaktif' atau 'nonreaktif' didapat dari rapid test, dalam hal ini adalah rapid test antibodi atau serologi.


Kalau rapid test antigen, positif atau reaktif? Negatif atau nonreaktif?

Rapid test antigen ini memang unik. Berbeda dengan rapid test pada umumnya yang mendeteksi antibodi atau jejak respons imun, jenis tes ini mendeteksi antigen yang merupakan protein yang disandi oleh genetik virusnya sendiri. Karenanya, hasilnya lebih mirip tes PCR. Pengambilan sampelnya pun mirip PCR, yakni menggunakan swab hidung atau tenggorokan.


"Tes antigen itu kan langsung virusnya yang dicari. Jadi lebih tepat positif atau negatif. Sama seperti PCR, kalau PCR kan deteksi materi genetik si virus jadi bukan bayangannya (antibodi)," jelas pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Kamis (24/12/2020).


Lalu kenapa disebut rapid test jika lebih mirip tes PCR dan cara kerjanya berbeda dengan rapid test antibodi? Rapid merujuk pada proses pemeriksaan yang lebih cepat dibanding tes PCR. Jika tes PCR membutuhkan proses berjam-jam, rapid test antigen hanya butuh 15 menit.


Di beberapa negara, istilah 'rapid' pada rapid test antigen mulai ditinggalkan untuk membedakannya dari rapid test antibodi. Bahkan, jenis tes ini diproyeksikan jadi standar tes untuk mendiagnosis COVID-19, seperti halnya tes PCR, meski sensitivitasnya diakui lebih rendah dari PCR.


Kalau istilah 'reaktif' dan 'nonreaktif' pada rapid test antibodi, artinya apa?

Pertama, harus dipahami dulu bahwa rapid test antibodi atau serologi tidak mendeteksi virusnya langsung melainkan respons sistem imun yakni antibodi. Hasil yang didapat tidak menunjukkan status infeksi secara langsung, melainkan riwayat pernah atau tidaknya seseorang terinfeksi.


"Jadi antibodi itu rekam jejak, ketika orang ini pernah terpapar atau pernah sembuh, itu dia mendeteksi rekam jejak, yaitu antibodi, makanya disebut bereaksi atau nggak bereaksi," jelas Ahmad.


Kesimpulannya, hasil rapid test antigen yang benar dinyatakan sebagai 'positif' atau 'negatif' dan bukan 'reaktif' atau 'nonreaktif'. Sudah tidak bingung lagi kan?

https://indomovie28.net/movies/casanova/


7 Gejala COVID-19 Ini Dikaitkan dengan Infeksi Varian Baru di Inggris


 Belakangan, varian baru Corona dari Inggris telah menyebar ke sejumlah negara. Yang terbaru, mutasi virus penyebab COVID-19 ini dilaporkan telah memasuki Singapura lewat seorang pelajar berusia 17 tahun, yang baru berpulang dari Inggris.

Varian baru Corona ini disebut memiliki kemampuan menular yang sangat cepat. Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memastikan bahwa virus Corona jenis baru tersebut tidak lebih berbahaya atau mematikan daripada jenis yang umum ditemukan.


Dikutip dari Times of India, National Health Service (NHS) pun menyoroti gejala COVID-19 yang dialami oleh pasien saat terinfeksi virus Corona jenis baru ini.


Dijelaskan, selain gejala umum COVID-19, seperti demam, batuk kering, dan hilangnya indra penciuman dan perasa, ada 7 gejala lain yang telah dikaitkan dengan varian baru Corona tersebut. Di antaranya sebagai berikut.


Kelelahan

Kehilangan selera makan

Sakit kepala

Diare

Kebingungan

Nyeri otot

Ruam kulit.

"Jika Anda mengalami gejala apa pun terkait COVID-19, jangan ambil risiko. Anda dan keluarga harus segera melakukan isolasi dan idealnya sesegera mungkin untuk melakukan tes," ucap peneliti dari King's College.

https://indomovie28.net/movies/blue-valentine/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar