Korban meninggal akibat infeksi virus Corona masih terus bertambah, termasuk dari kalangan tenaga kesehatan. Dari data terakhir yang dihimpun, Rabu (16/12/2020), total sudah ada 202 dokter dan 15 dokter gigi, dan 142 perawat di Indonesia yang gugur karena COVID-19.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidi, SpOT mengatakan, kenaikan jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan merupakan salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita COVID-19 baik yang dirawat maupun yang OTG (Orang Tanpa Gejala). Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan COVID.
"Kami menghimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunan massa. Dan bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala," jelas Adib, seperti rilis yang diterima detikcom, Rabu (16/12/2020).
Detail 201 dokter di Indonesia yang wafat akibat terinfeksi COVID-19:
- 107 dokter umum (4 guru besar)
- 93 dokter spesialis (7 guru besar)
- 2 residen
Berikut rincian tenaga kesehatan yang meninggal akibat COVID-19 per 16 Desember 2020:
Jawa Timur
- 41 dokter
- 2 dokter gigi
- 40 perawat
DKI Jakarta
- 31 dokter
- 5 dokter gigi
- 21 perawat
Sumatera Utara
- 24 dokter
- 3 perawat
Jawa Barat
- 20 dokter
- 4 dokter gigi
- 19 perawat
Jawa Tengah
- 21 dokter
- 21 perawat
Sulawesi Selatan
- 7 dokter
- 3 perawat
Banten
- 7 dokter
- 2 perawat
Bali
- 6 dokter
DI Aceh
- 6 dokter
- 2 perawat
Kalimantan Timur
- 5 dokter
- 3 perawat
Riau
- 5 dokter
DI Yogyakarta
- 6 dokter
- 2 perawat
Kalimantan Selatan
- 4 dokter
- 1 dokter gigi
- 6 perawat
Sumatera Selatan
- 4 dokter
- 5 perawat
Kepulauan Riau
- 3 dokter
- 2 perawat
Sulawesi Utara
- 3 dokter
Nusa Tenggara Barat
- 2 dokter
- 1 perawat
Sumatera Barat
- 1 dokter
- 1 dokter
- 2 perawat
Kalimantan Tengah
- 1 dokter
- 2 perawat
Lampung
- 1 dokter
- 1 perawat
Maluku Utara
- 1 dokter
- 1 perawat
Bengkulu
- 1 dokter
Sulawesi Tenggara
- 1 dokter
- 2 dokter gigi
Papua Barat
- 1 dokter
Papua
- 2 perawat
Nusa Tenggara Timur
- 1 perawat
Kalimantan Barat
- 1 perawat
DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait
- 2 perawat
https://trimay98.com/movies/pretty-boy-3/
Pengantar Paket Curhat Kelelahan, Tak Lama Kemudian Ditemukan Meninggal
Setidaknya belasan kurir di Korea Selatan meninggal dunia karena kelelahan mengantar paket. Jam kerja yang terlalu panjang dan beban terlalu berat menjadikan pekerja kurir tumbang.
Dilaporkan oleh New York Times, setidaknya 15 pengantar kurir tewas karena bekerja dari subuh hingga malam hari. Serangkaian kematian di antara para kurir tahun ini telah menyebabkan keributan nasional, menarik perhatian pada perlindungan pekerja yang tidak merata di Korea Selatan.
Pandemi virus corona membuat banyak orang menghindari belanja secara langsung. Sebagai alternatif, mereka akan memesan kebutuhan secara online dan ini membuat kurir kewalahan dan kolaps.
Salah satu pengantar paket, Nyonya Choi, 43, merasa beruntung karena tetap memiliki pekerjaan di masa pandemi. Tapi ia juga harus membayar harganya.
"Beban kerja menjadi terlalu banyak. Sejak virus corona datang, pulang lebih awal untuk makan malam bersama anak-anak saya telah menjadi mimpi," kata Nyonya Choi.
Seorang kurir di Seoul, Kim Dong-hee, kembali ke rumah pada pukul 2 pagi pada 7 Oktober. Kemudian pada hari itu, ia kembali ke gudang untuk mengambil 420 paket.
Dia masih harus melakukan banyak pengiriman ketika dia mengirim pesan kepada rekannya pada pukul 4:28 pagi keesokan harinya. Dia bilang dia akan pulang jam 5 pagi tapi hampir tidak punya waktu untuk makan dan mandi sebelum keluar lagi.
"Saya terlalu lelah," tulisnya.
Empat hari kemudian, dia tidak masuk kerja. Ketika rekan-rekannya memeriksa rumahnya, mereka menemukannya tewas; polisi memutuskan bahwa gagal jantung adalah penyebabnya. Rekan kerja mengatakan dia tewas karena terlalu banyak bekerja.
Pada hari Tuan Kim mengirim pesannya, pria lain di Seoul, Kim Won-jong, pingsan dalam perjalanan pengirimannya, mengeluh nyeri dada dan kesulitan bernapas sebelum meninggal.
Penyebab kematian mereka adalah kwarosa, istilah yang dipakai di Korsel untuk menyebut kematian mendadak karena kerja terlalu keras. Biasanya, orang yang mengalami kwarosa mengalami serangan jantung atau stroke.
Salah satu alasan para kurir tetap melakukan pekerjaannya meski kelelahan adalah mereka dipaksa mengantar paket tepat waktu dan estimasi pengiriman barang bukan lagi menjadi harian, tapi dalam hitungan jam. Jika kurir terlambat, mereka harus membayar denda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar