Jumat, 18 Desember 2020

5 Makanan yang Sebaiknya Dihindari Saat Terinfeksi Corona

 Selama masa pemulihan, pasien yang terinfeksi virus Corona harus menjaga pola makan agar imunitas tetap terjaga. Selain itu, pasien COVID-19 juga harus menghindari makanan tertentu yang dapat memperlambat proses penyembuhan.

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan ketika terkena COVID-19, pasien harus mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C, vitamin D, mineral, dan zinc. Makan makanan dengan nutrisi tersebut bisa membantu memulihkan COVID-19 lebih cepat, sebaliknya daftar makanan berikut harus dihindari karena bisa menyebabkan peradangan dan mengganggu proses penyembuhan.


Dikutip dari Eat This, ini lima makanan yang sebaiknya dihindari pasien COVID-19.


1. Makanan dalam kemasan

Makanan dalam kemasan mengandung natrium, pengawet, aditif, dan tambahan gula yang dapat menyebabkan peradangan.


"Makanan olahan dengan kadar gula tinggi, asam lemak omega-6, natrium, dan aditif bermutu rendah dapat memicu peradangan," ujar ahli diet Sydney Greene.


Greene menjelaskan saat tubuh mengalami peradangan, sistem kekebalan akan terbebani sehingga membuatnya lebih rentan terhadap penyakit. Hindari makan dalam kemasan yang memiliki natrium dan zat aditif tinggi, seperti keripik kentang maupun makanan kemasan lainnya.


2. Terlalu banyak daging merah

Meskipun tidak terinfeksi virus Corona, konsumsi daging merah sebaiknya dibatasi karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi. Kandungan tersebut dapat meningkatkan peradangan.


Saat dalam masa penyembuhan COVID-19, penting untuk mengonsumsi makanan yang mengurangi peradangan. Ganti asupan lemak dari daging dengan mengonsumsi lemak nabati seperti alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan, dan salmon.


3. Makanan yang digoreng

Makanan yang digoreng termasuk makanan cepat saji mengandung banyak lemak. Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang digoreng dapat merusak sistem kekebalan tubuh.


Selain itu, makanan yang digoreng juga dapat meningkatkan kolesterol jahat (LDL), yang terkait dengan penyakit kardiovaskular.


"Saat digoreng, makanan menjadi lebih padat secara kalori, karena bagian luar makanan kehilangan air dan menyerap lemak (atau) minyak," kata ahli diet Ashley Kitchens. Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan yang digoreng saat kamu berada dalam masa pemulihan COVID-19.


4. Minuman manis

Gula tambahan dalam minuman dapat menyebabkan peradangan pada tubuh. Soda dan minuman manis lainnya harus dihindari saat mengikuti diet antiinflamasi. Jika kamu ingin cepat pulih, maka hindari meminum minuman manis.

5. Makanan pedas

Hindari makanan pedas karena bumbu dapat mengiritasi tenggorokan atau memperparah batuk. Jika mengalami hidung tersumbat cobalah untuk mengonsumsi minuman hangat maupun sup untuk meringankan gejalanya.

https://cinemamovie28.com/movies/petualangan-menangkap-petir/


Fakta-fakta Delirium, Gejala Baru COVID-19 yang Menyerang Fungsi Otak


 Delirium disebut-sebut menjadi salah satu gejala baru virus Corona atau COVID-19. Penyakit ini diklaim banyak ditemukan pada pasien virus Corona di usia lanjut atau lansia.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah mada (RSA UGM), dr. Fajar Maskuri, Sp.S., M.Sc., mengatakan delirium merupakan gangguan sistem saraf pusat yang berupa gangguan kognitif dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien virus Corona.


Ia menyampaikan terdapat sejumlah gejala deilirium. Salah satunya adalah kebingungan pada pasien COVID-19. Lalu, disorientasi, bicara menggigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.


"Gejala-gejala itu munculnya fluktuatif dan biasanya berkembang cepat dalam beberapa jam atau beberapa hari," jelasnya dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM kepada wartawan, Kamis (17/12).


Apa penyebab delirium pada COVID-19?

Adapun penyebab delirium pada pasien COVID-19, kata Fajar karena multifaktor. Salah satunya kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia.


Berikutnya, adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), dan infeksi virus Corona langsung ke saraf. Lalu, mekanisme autoimun pasca infeksi dan endoteliitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien namun dengan intensitas lebih jarang dibandingkan mekanisme yang lain.

https://cinemamovie28.com/movies/partikelir/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar