Rabu, 16 Desember 2020

CDC Beberkan Efek Samping Pasca Vaksinasi COVID-19 dan Cara Menanganinya

 Dimulainya vaksinasi COVID-19 di beberapa negara memunculkan kekhawatiran mengenai efek samping yang ditimbulkan pasca suntikan.

Beberapa ahli menyebut efek samping yang timbul setelah vaksinasi adalah hal normal dan bis ditoleransi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merilis panduan untuk mengelola kemungkinan efek samping setelah vaksinasi.


"Anda mungkin mengalami beberapa efek samping, yang merupakan tanda normal bahwa tubuh Anda sedang membangun perlindungan. Efek samping ini dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam beberapa hari," tulis CDC dalam laman resminya seperti yang dilihat detikcom, Rabu (16/12/2020).


Berikut efek samping umum yang bisa terjadi.

Di lengan tempat disuntiknya vaksin:

Kebas

Bengkak

Di seluruh tubuh:

Demam

Panas dingin

Kelelahan

Sakit kepala

Meskipun efek samping biasanya bersifat sementara dan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari, CDC menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang obat-obatan yang dijual bebas seperti ibuprofen atau asetaminofen untuk mengatasi rasa sakit atau ketidaknyamanan.


Langkah-langkah lain untuk mengurangi rasa sakit termasuk menempatkan kain lap basah yang dingin di atas lengan atau gerakkan tangan. Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat demam, disarankan untuk tetap terhidrasi.


"Efek sampingnya mungkin terasa seperti flu dan bahkan memengaruhi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam beberapa hari," lanjutnya.

https://trimay98.com/movies/pretty-boy/


10 Hari Pasca Keluar RS Jadi Waktu 'Berbahaya' Bagi Pasien COVID-19, Kenapa?


Sebuah studi baru yang terbit di JAMA oleh peneliti dari University of Michigan dan VA Ann Arbor Healthcare System menunjukkan 10 hari pertama setelah keluar dari rumah sakit bagi pasien COVID-19 adalah waktu yang paling berbahaya.

Dikutip dari laman Medical Xpress, menurut penelitian, dalam kurun waktu tersebut pasien COVID-19 memiliki risiko 40 persen hingga 60 persen lebih tinggi untuk kembali lagi ke rumah sakit atau, bahkan meninggal. Risiko ini akan menurun pada akhir hari ke-60.


Meski begitu, dalam dua bulan pertama, 9 persen pasien COVID-19 yang sudah tidak lagi dirawat inap telah meninggal dunia, dan hampir 20 persen kondisinya menurun sehingga harus kembali ke rumah sakit.


"Dengan membandingkan hasil jangka panjang pasien COVID-19 dengan pasien lain yang sakit parah, kami melihat pola risiko yang bahkan lebih besar dari biasanya dalam satu hingga dua minggu pertama," jelas John P. Donnelly, penulis pertama studi dan ahli epidemiologi di Department of Learning Health Sciences at Michigan Medicine.


Donnelly mengerjakan studi tersebut dengan Hallie Prescott, MD, dan Theodore Iwashyna, MD, dokter perawatan kritis Michigan Medicine dan VAAHS. Prescott merupakan penulis senior dari makalah terbaru lainnya yang menunjukkan masa pemulihan yang lambat pada pasien COVID-19. Ia melakukan studi di rumah sakit Michigan selama lonjakan musim semi di negara bagian tersebut.


"Ini adalah bukti lain bahwa COVID-19 bukanlah 'satu dan selesai'. Bagi banyak pasien, COVID-19 tampaknya memicu serangkaian masalah yang sama seriusnya dengan yang kita lihat pada penyakit lain," kata Iwashyna.


Namun, ia melanjutkan, terlalu sedikit respons perawatan kesehatan dan terlalu sedikit penelitian yang dirancang untuk membantu pasien benar-benar pulih dari COVID-19, bahkan setelah beberapa waktu.

https://trimay98.com/movies/pretty-boys/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar