Kamis, 17 Desember 2020

Melahirkan dengan Forceps, Aman atau Berbahaya?

 Pada saat proses melahirkan, ada kemungkinan bayi tidak bisa keluar melalui organ vital. Biasanya dokter akan mencari alternatif, seperti melakukan persalinan dengan menggunakan forceps atau besi berbentuk penjepit.

Pada tahun 2014 lalu, seorang bayi bernama Olivia Marie Coats dilahirkan dengan persalinan forceps. Sayangnya, Olivia meninggal dunia setelah lima hari dirawat karena tengkoraknya retak.


Dikutip dari HaiBunda, sebelum proses persalinan, ibu Olivia, Rachel Melancon, meminta dokter untuk melahirkan bayinya dengan proses operasi caesar karena ukuran janinnya besar. Namun, dokter mengatakan bahwa Melancon tidak perlu melakukan operasi caesar.


Sesaat sebelum melahirkan, Melancon sempat mengalami demam 39 derajat celcius. Saat persalinan, dia mulai lelah dan bayinya tidak juga berada di jalan lahir. Tak hanya itu, detak jantung bayi juga terus naik.


Dokter yang menangani Melancon mengatakan bahwa bayinya berada dalam posisi yang salah. Kemudian dokter mencoba memperbaiki posisi bayi dengan tangannya, namun tak berhasil.


"Ketika dia tidak berhasil melakukan itu, dia mengambil alat forceps untuk menarik bayi keluar. Ia terus melakukannya bahkan sampai meletakkan kaki di atas kasur untuk menariknya keluar," kata ibu mertua Melancon, Angie Coats.


"Dia berbalik dan memutar tapi bayi itu tak kunjung keluar. Dia lalu meletakkan forceps di sisi lain dan ketika menyentuh bagian atas dan samping tengkorak, kami mendengar suara seperti pot retak. Kami mendengar bahwa tengkoraknya hancur," sambungnya.


Akhirnya Olivia Marie Coats lahir melalui proses operasi caesar darurat. Namun, semua sudah terlambat karena nyawanya tidak bisa diselamatkan beberapa hari setelah dilahirkan. Tulang tengkorak Olivia dilaporkan mengalami retak.


Kisah kelahiran Olivia ini sempat mengejutkan publik. Teknik melahirkan forceps memang bisa dilakukan untuk mengeluarkan bayi saat dilahirkan.


Lalu seperti apa teknik persalinan forceps dan risiko yang bisa ditimbulkan pada ibu dan janin?


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA

https://maymovie98.com/movies/home-alone-2-lost-in-new-york/


Berencana Menikah? Ini Pemeriksaan Kesehatan yang Perlu Dilakukan


Bagi pasutri yang ingin melakukan program hamil, persiapan medis dapat dilakukan bahkan sebelum menikah. Hal ini juga dapat dilakukan supaya kelak memiliki anak-anak yang sehat.

"Salah satu persiapan medis yang terpenting adalah melakukan screening pra nikah," ungkap Konsultan Perinatologi Prof. Dr. dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), dikutip dari HaiBunda.


Beliau juga menambahkan, pemeriksaan kesehatan pra nikah atau yang disebut pre martial check up adalah tindakan pencegahan masalah kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan kita nanti. Namun, pre martial check up ini masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.


Pemeriksaan kesehatan pra nikah memiliki banyak manfaat, salah satunya mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi. Dari pemeriksaan ini akan diketahui beberapa masalah kesehatan seperti anemia, carrier thalassemia, kekurangan vitamin D, dan malnutrisi lainnya.


Perlu diketahui , anak yang terlahir dari ibu dengan malnutrisi, kekurangan vitamin D, dan mengidap anemia, berisiko terkena masalah kesehatan yang lebih besar. Jika orang tua memiliki penyakit carrier thalassemia, maka kemungkinan bayi bisa terkena carrier thalassemia juga.


Dokter Rinawati menjelaskan lima tahapan pre martial check up, yaitu:


1. Pemeriksaan fisis dan laboratorium sederhana

Sebelum menikah, ada baiknya calon pengantin melakukan pemeriksaan fisis secara lengkap. Biasanya, pemeriksaan yang dilakukan mengenai tekanan darah dan gula darah.


Apa tahapan pre martial check up berikutnya?


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA

https://maymovie98.com/movies/home-alone-the-holiday-heist/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar