Jumat, 18 Desember 2020

Penyakit Ain dalam Islam: Penyebab dan Cara Mengobatinya

 Penyakit ain adalah penyakit yang ditimbulkan oleh pandangan dari seseorang, baik itu pandangan hasad, dengki, maupun takjub. Namun, dalam medis penyakit ain tidak dapat terdeteksi.

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda mengenai keberadaan penyakit ain dalam Islam. Bahkan, penyakit ini bisa mendahului sebuah takdir.


Arab: العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين


Artinya: Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ain itu yang bisa.


Selain itu, dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:


Arab: مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين


Artinya: ain dari kata 'aana - ya'iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).


Sederhananya, penyakit ain terjadi karena tatapan mata yang dibarengi dengan perasaan kagum sekaligus dengki atau iri. Akibatnya, setan memanfaatkan kondisi ini dengan mengirim panah hasad kepada orang yang dikagumi atau dibenci sehingga menyebabkan penyakit ain.


Tak hanya pada orang dewasa, penyakit ain bisa terjadi pada anak, ibu hamil, hingga bayi. Betapa berbahayanya penyakit ini bila menimpa dan mengganggu kehidupan kita karena bisa menyebabkan penyakit, kerusakan, hingga kematian.


Lantas, bagaimana cara mengobati penyakit ain dan mencegahnya? SELANJUTNYA BACA DI SINI.

https://cinemamovie28.com/movies/suzanna/


Uji Klinis Vaksin COVID-19 di Bandung, Sudah Sampai Mana Sekarang?


Penantian panjang vaksin COVID-19 sudah semakin menampakkan titik terang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memastikan vaksin tersebut akan disediakan gratis untuk semua.

Namun hingga saat ini, belum ada satupun produk vaksin yang mendapatkan izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Termasuk vaksin Sinovac yang uji klinisnya dilakukan di Bandung, Jawa Barat.


Untuk bisa memberikan Emergency Use Authorization (EUA), BPOM membutuhkan data interim uji klinis fase 3, yakni data pengamatan selama 3 bulan setelah penyuntikan.


"Untuk hasil uji klinik di Indonesia, saat ini data tersebut sedang dalam proses penyiapan laporan oleh peneliti di Unpad dan Bio Farma sebagai sponsor uji klinik," tulis BPOM dalam keterangan persnya, seperti dikutip Kamis (17/12/2020).


"Setelah laporan diserahkan ke Badan POM, maka akan dilakukan evaluasi terhadap laporan hasil uji klinik untuk melihat hasil yang dapat membuktikan khasiat dan keamanan vaksin dengan membandingkan manfaat dan risiko sebagai dasar pemberian EUA," lanjut keterangan tersebut.


Meski EUA sudah dikeluarkan, aspek keamanan, khasiat, dan mutu vaksin tetap harus dipenuhi berdasarkan data-data dukung yang memadahi. Karenanya, pengamatan akan diteruskan untuk pengamatan efek samping dan efikasi jangka panjang.

https://cinemamovie28.com/movies/insya-allah-sah-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar