Senin, 27 Juli 2020

Benarkah Indonesia Jadi 'Kelinci Percobaan' Vaksin Corona China?

 Vaksin Corona COVID-19 dari Sinovac, China, akan memasuki uji klinis tahap III. Indonesia jadi salah satu negara yang ikut berpartisipasi karena vaksin akan diberikan pada sekitar 1.620 warga di bawah pengawasan Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Terkait hal tersebut, ada sebagian orang yang menganggap masyarakat Indonesia dijadikan 'kelinci percobaan' untuk vaksin China.

"Enak aja, nyawa manusia jadi percobaan. Silahkan vaksin anak cucu kamu sendiri," kata seorang pengguna media sosial Facebook.

"Nanti kalau pribumi disuntikin, kan bisa jadi lemah fisik, lemah akal. Akhirnya mereka leluasa mengambil alih negeri ini," ungkap pengguna Twitter.

Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, MsC, SpPD, menjelaskan bahwa vaksin Corona itu sebetulnya sudah lebih dulu menjalani uji klinis di China. Memang sudah menjadi standar operasional pembuatan vaksin bahwa tahap uji klinis III dilakukan pada populasi yang lebih luas.

Oleh sebab itu negara seperti Brasil dan Bangladesh juga ikut berpartisipasi.

"Tidak betul kalau dianggap sebagai kelinci percobaan. Itu sudah jadi prosedur standar. Namanya kita mau menggunakan vaksin baru, tentu perlu diuji coba dulu. Dari mana pun datangnya vaksin itu kita perlu coba dulu di orang Indonesia," kata dr Dirga saat dihubungi detikcom, Senin (27/7/2020).

Lebih lanjut dr Dirga menjelaskan bahwa relawan yang akan ikut uji klinis juga sudah disaring agar memenuhi kriteria tertentu. Tujuannya untuk memastikan bahwa vaksin benar-benar aman digunakan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.

"Itu semua sudah ada protokolnya yang berlaku di seluruh dunia. Jadi enggak sembarangan orang diambil. Enggak. Orangnya harus sehat, usianya harus sekian, tidak ada penyakit tertentu, dan ini dipantau secara ketat," kata dr Dirga yang menambahkan bahwa penelitian uji klinis ini sifatnya suka rela.

Perlu Tahu, Ini Efek Samping Vaksin Corona Sinovac yang Diuji di Bandung

Uji klinis fase tiga Vaksin Corona buatan Sinovac, China akan segera dilaksanakan pada awal Agustus mendatang di enam lokasi di Bandung. Sama seperti vaksin lainnya, vaksin ini memiliki efek samping pada kondisi tubuh manusia.
Tim Peneliti Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, dalam pemberian vaksin kemungkinan terdapat dua efek samping di antaranya efek lokal dan sistemik.

"Efek sampingnya dua, reaksi lokal dan sistemik. Reaksi lokal di tempat suntikan ada merah, bengkak, nyeri dalam 48 jam sudah hilang lagi," kata Kusnandi di Balai Kota Bandung, Senin (27/7/2020).

Lebih lanjut, efek samping lokal ini biasanya terjadi sebanyak 30 persen dari jumlah subjek penelitian (relawan). Dia mengatakan, efek samping lainnya yaitu sistemik di mana kondisi relawan mengalami demam di 30 menit pertama pemberian vaksin.

Jika dalam 30 menit pertama ditemukan relawan atau subjek yang mengalami efek samping maka akan dilakukan tindakan penanganan oleh pengawas dan dokter terkait. Dia mengatakan, reaksi tersebut akan terjadi jika relawan memiliki alergi tertentu.

"Penting 30 menit pertama kita lihat ada tidak yang lemas, itu yang harus dijaga pertama, orang itu tidak boleh pulang dan dijaga betul oleh dokter. Nah kita belum tau ada yang reaksi alergi atau tidak. Tapi apapun reaksi suntikan vaksin akan begitu alergi ada, juga yang tidak," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar