Jumat, 31 Juli 2020

Gilang Bungkus Viral Gara-gara Kain Jarik, Tepatkah Disebut Fetish?

 Fetish dan nama 'Gilang' menjadi trending di media sosial karena sebuah thread di akun Twitter @m_fikris berjudul Predator 'Fetish Kain Jarik' Berkedok Riset dari salah satu universitas di Surabaya.
Dalam thread tersebut, seorang pria yang mengaku berasal dari salah satu universitas di Surabaya tengah melakukan riset. Riset ini disebut berkaitan dengan 'bungkus-membungkus' yang dikaitkan dengan 'Fetish Kain Jarik'.

Sang korban mengaku dirinya merasa dilecehkan setelah sadar saat mengobrol bersama temannya. Temannya menyebut hal ini bisa disebut fetish. Namun apakah pelaku bisa dikatakan fetish?

Psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, dari perusahaan konsultan Magna Cita Marlin, mengatakan untuk kasus tersebut belum tentu bisa dikatakan fetish karena tidak ada sentuhan terhadap benda tersebut.

"Sepengetahuan saya soal fetish itu bukan seperti itu, jadi dia nggak ngebungkus orang lain harusnya. Harusnya dia ngebungkus diri sendiri dan dia masturbasi," jelas Rosdiana kepada detikcom, Kamis (30/7/2020).

"Biasanya fetish itu kita yang melakukan hubungan seksual dengan barang itu, jadi bukan kita nyuruh orang lain," tambah Rosdiana.

Selain itu, Rosdiana memberikan contoh jika seseorang fetish terhadap suatu benda mati maka mereka akan melakukan hubungan seks dengan benda tersebut.

"Jadi misalnya, saya pernah melihat sebuah film dalam rangka pembelajaran, orang itu dia fetish terhadap mobil. Itu dia melakukan hubungan seks dengan mobil tersebut. Jadi dia masuk masuk ke bawah kap mobil," kata Rosdiana.

"Terus misalnya dia senang dengan baju perempuan, maka dia akan pakai baju itu dan dia masturbasi," pungkasnya.

WHO: Strategi Herd Immunity Corona Bisa Korbankan Banyak Orang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan strategi herd immunity, membiarkan sekelompok orang terinfeksi Corona untuk menciptakan kekebalan atau antibodi Corona di masyarakat tidak efektif. Menurut WHO, jika itu dibiarkan, akan ada banyak orang yang meninggal dan fasilitas kesehatan seperti di rumah sakit kewalahan.
Dikutip dari CNBC International, sebagian besar ilmuwan berpikir setidaknya butuh 60 hingga 80 persen populasi terinfeksi Corona agar bisa menciptakan 'kekebalan Corona' di masyarakat. Namun, WHO bersikeras menekankan strategi herd immunity ini sangat berbahaya dan berisiko.

"Apa pun angka itu, kami tidak dekat dengan itu, yang berarti virus ini memiliki jalan panjang. Hanya menunggu 'herd immunity' terjadi dengan membiarkan virus menyebar itu berbahaya," kata Mike Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan WHO.

"Gagasan bahwa kita akan memiliki 'herd immunity' sebagai tujuan, dalam beberapa hal, itu bertentangan dengan pengendalian penyakit karena jika Anda mengatakan kita perlu memiliki kekebalan kawanan atau herd immunity 70 persen dan kita harus membiarkan virus menyebar sampai 70 persen orang terinfeksi, kami telah melihat apa yang terjadi," kata Mike.

"Rumah sakit menjadi kewalahan. Banyak orang mati," lanjutnya.

WHO menegaskan virus Corona COVID-19 ini merupakan penyakit multi-organ yang sangat berbahaya. Ryan mewanti-wanti agar masyarakat tidak menganggap Corona remeh dengan mengingatkan kembali dampaknya jika terinfeksi.

"Siapa pun yang melihat pasien yang mengidap COVID-19 menyadari bahwa ini adalah penyakit multi-organ yang sangat parah, berdampak pada banyak sistem dalam tubuh, sistem kardiovaskular, sistem neurologis. Dan kita harus mengasumsikan dalam kasus yang lebih ringan proses serupa terjadi pada tingkat yang lebih ringan," lanjut Ryan.

"Mereka tidak bisa lari. Mereka tidak bisa berolahraga, kehabisan napas, batuk-batuk," katanya.

"Siapa yang mau (terinfeksi Corona)?" tegas Ryan.
https://kamumovie28.com/ani-ni-tsukeru-kusuri-wa-nai-episode-1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar