Minggu, 19 Juli 2020

Inpres Jokowi Dinilai Tepat untuk Bikin Jera Pelanggar Protokol COVID-19

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menerbitkan instruksi presiden (Inpres) yang memuat sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Sanksi denda berupa uang diprediksi mampu membuat pelanggar protokol kesehatan jera.
"Ini momentum yang tepat untuk mulai menegakkan sanksi bagi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan," kata pakar kebijakan publik, Erwan Agus Purwanto, kepada detikcom, Minggu (19/7/2020).

Profesor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menilai kebaikan bagi seluruh masyarakat (common good) perlu dijunjung tinggi. Common good itu berupa kesehatan masyarakat, bebas dari COVID-19. Bila ada yang mencoba melanggar common good, perlu ada sanksi supaya pelanggaran tidak diulangi.

Sanksi denda berupa uang sudah terbukti efektif. Buktinya, pengguna lalu lintas relatif tertib mengenakan helm. Strategi denda untuk menimbulkan efek jera ini bisa diterapkan untuk mendisiplinkan masyarakat supaya mematuhi protokol pencegahan COVID-19, yakni mengenakan masker, jaga jarak, hingga menghindari kerumunan.

"Dimulai dari imbauan, sosialisasi, fasilitasi penyediaan masker gratis di tempat-tempat strategis, kemudian sanksi dengan denda," kata Erwan.

Namun, pemerintah juga perlu menyediakan masker gratis supaya masyarakat bisa memakai masker. Pengenaan denda bagi pelanggar protokol kesehatan pencegahan COVID-19 perlu diterapkan secara bertahap, tidak boleh mendadak.

"Sosialisasi dan fasilitasi digencarkan, baru setelah itu dilakukan denda bagi yang melanggar. Artinya, yang melanggar ini dianggap benar-benar tidak mengindahkan common good," kata dia.

Besaran denda bisa disesuaikan dengan kasus yang dihadapi di lapangan. "Intinya, efek jera perlu karena ini terkait dengan keselamatan publik," tandas Erwan.

Soal Inpres ini, Jokowi sudah mengumpulkan para gubernur di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7) lalu. Berdasarkan keterangan kepala daerah yang ikut rapat, Jokowi memberikan arahan soal sanksi bagi protokol kesehatan. Jokowi sedang menyiapkan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

Pada kesempatan sebelumnya, Jokowi mengatakan sanksi yang diberikan untuk pelanggar protokol kesehatan bisa berupa denda maupun pidana ringan. Rencana pemberian sanksi ini didasari masih adanya masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Jadi kita siapkan baru pada posisi regulasi yang bisa memberikan sanksi. Masih kita bicarakan, dalam bentuk denda, mungkin dalam bentuk kerja sosial atau dalam bentuk tipiring. Masih dalam pembahasan saya kira itu akan berbeda," ujar Jokowi kepada wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7).

Heboh Hana Hanifah dan Alasan Prostitusi Tetap Laku Meski Tarif Puluhan Juta

Beberapa waktu lalu, artis FTV Hana Hanifah terseret kasus dugaan prostitusi dan saat ini berstatus sebagai saksi. Kapolrestabes Medan Kombes Riko Sunarko, menduga kasus prostitusi yang melibatkan Hana ini karena adanya keuntungan besar yang menjanjikan.
"Alasannya tadi sudah saya sampaikan, menjanjikan keuntungan ekonomi yang sangat besar," kata Riko.

Prostitusi disebut sebagai bisnis yang tidak akan pernah mati karena punya target pasarnya sendiri. Terlebih bisnis tersebut melibatkan orang-orang yang berasal dari kalangan terkenal, tak terkecuali artis. Berikut 3 fakta psikologis terkait bisnis esek-esek berbayar.

Kenapa prostitusi marak di kalangan artis?
Psikolog klinis dari Pro Help Center, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan bisnis ini menjanjikan keuntungan ekonomi yang besar. Hal ini bisa mendorong keinginan seseorang untuk bisa merasakan gaya hidup yang mewah dan mapan secara instan.

"Contoh keinginan hidup mapan adalah ingin beli baju, tas, handphone, dan barang-barang yang bermerek. Keinginan hidup gaya dan kaya tanpa kerja keras," jelas Rahma pada detikcom, beberapa waktu lalu.

Laris manis prostitusi puluhan juta
Bisnis prostitusi ini yang tidak pernah mati dan terus laris manis diminati, meskipun harus merogoh uang hingga puluhan juta. Menurut Rahma, hal ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya arah hidup yang tidak jelas.

"Banyak laki-laki yang mau keluar uang untuk kebutuhan syahwat, bisa jadi karena beberapa hal seperti tidak memiliki arah hidup yang jelas. Sehingga mudah tergoda kesenangan sesaat," katanya.

Selain itu, kurangnya kemampuan dalam mengatur perasaan, pikiran, dan perilaku juga bisa menjadi faktor yang membuat bisnis ini selalu laris diminati.

Alasan pria hidung belang jajan seks
Saat pria hidung belang berani mengeluarkan uang banyak untuk jajan seks, Rahma menjelaskan mungkin ada kelainan seksual. Namun, kecanduan itu sudah berada pada tahap yang cukup tinggi atau bahkan hypersexual.

"Bisa jadi (kepuasan tertentu) atau ada kelainan seksual. Misalnya kecanduan pornografi juga bisa jadi salah satu penyebab beli jasa seks. Sudah sampai tahap kecanduan atau addicted," terangnya.
https://nonton08.com/1-night-2-days-blind-date-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar