Rabu, 15 Juli 2020

Antibodi Disebut Tak Bertahan Lama, Bisakah Terinfeksi Corona Dua Kali?

Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan kekebalan pasien virus Corona COVID-19 pasca sembuh tidak berlangsung lama. Para ilmuwan di King's College London mempelajari bagaimana tubuh secara alami melawan virus Corona dengan membuat antibodi dan berapa lama antibodi ini bertahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah dinyatakan pulih dari Corona.
Dikutip dari BBC, hampir semua dari 96 orang dalam penelitian King's College London memiliki antibodi yang dapat melawan virus Corona COVID-19. Namun, antibodi disebut mulai berkurang selama tiga bulan sesudah dinyatakan sembuh dari Corona.

Adakah orang yang dinyatakan terinfeksi virus Corona dua kali?
Ada laporan awal tentang orang yang tampaknya dinyatakan beberapa kali infeksi Corona dalam waktu singkat. Namun, secara ilmiah hal ini dicurigai karena adanya masalah saat melakukan tes Corona di mana mungkin pasien Corona sebenarnya belum bebas dari COVID-19.

Jika saya dinyatakan memiliki antibodi, apakah artinya kebal?
Jawabannya adalah belum tentu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menilai tes antibodi tidak bisa menjadi satu-satunya cara untuk memastikan seseorang aman dari Corona atau tidak.

Tes antibodi juga dinilai tidak membuat seseorang aman saat bepergian di luar rumah. Bisa jadi seseorang yang lolos tes antibodi ini menyebarkan virus Corona COVID-19 ke banyak orang. Beberapa waktu lalu studi pada 175 pasien Corona sembuh di China bahkan 30 persen di antaranya memiliki antibodi yang sangat rendah.

Berapa lama kekebalan atau antibodi Corona bertahan?
Belum ada yang bisa memastikan berapa lama seseorang memiliki antibodi atau kekebalan pada virus Corona COVID-19. Namun, pakar meyakini antibodi atau kekebalan terhadap virus Corona COVID-19 tidak bisa bertahan seumur hidup.

"Ini hampir pasti tidak akan berlangsung seumur hidup," kata Paul Hunter, seorang profesor kedokteran di University of East Anglia.

"Berdasarkan studi antibodi SARS, kekebalan mungkin hanya akan bertahan sekitar satu hingga dua tahun, meskipun ini belum diketahui secara pasti," lanjut Paul.

Gejala Ringan Corona Disebut Berisiko Alami Komplikasi Serius, Ini Alasannya

Infeksi virus Corona COVID-19 yang parah sebelumnya diketahui terjadi pada pasien Corona yang memiliki risiko komplikasi neurologis. Namun, baru-baru ini studi dari University College London menunjukkan masalah serius dapat terjadi pada kasus Corona dengan gejala ringan.
Tim melihat gejala neurologis dari 43 pasien di rumah sakit yang dikonfirmasi atau dicurigai virus Corona COVID-19. Ada sepuluh di antaranya mengalami kasus disfungsi otak sementara, 12 kasus peradangan otak, delapan lainnya mengidap stroke dan delapan kasus lain mengalami kerusakan saraf.

Sebagian besar pasien didiagnosis ensefalomielitis diseminata akut (ADEM), suatu kondisi autoimun langka yang biasanya terlihat pada anak-anak setelah terinfeksi virus. "Kami mengidentifikasi jumlah orang yang lebih tinggi dari yang diperkirakan dengan kondisi neurologis seperti peradangan otak, yang tidak selalu berkorelasi dengan keparahan gejala pernapasan," kata Michael Zandi, dari Queen Square Institute of Neurology dan University College London Hospitals NHS Foundation Trust.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Brain, menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang didiagnosis dengan masalah neurologis memiliki COVID-19 dalam cairan serebrospinal mereka. Artinya, meski virus Corona berkaitan dengan komplikasi di otak, hal ini menunjukkan bahwa virus Corona tidak secara langsung menyerang otak mereka.

"Mengingat bahwa penyakit ini baru ada selama beberapa bulan, kita mungkin belum tahu apa kerusakan jangka panjang yang bisa disebabkan COVID-19," kata Ross Paterson dari Queen Square Institute of Neurology di UCL.
https://cinemamovie28.com/shokugeki-no-souma-season-4-episode-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar