Minggu, 19 Juli 2020

Peneliti China Sebut Virus Corona Bukan Berasal dari Pasar Wuhan

 Setelah melakukan penelitian genetik, para peneliti di China mengatakan bahwa sumber virus corona bukan berasal dari pasar di Wuhan, seperti dugaan sebelumnya.
Dikutip dari NHK, Xishuangbanna Tropical Botanical Garden dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok telah menganalisis data genetik dari 93 sampel virus di 12 negara. Hasilnya, virus yang ditemukan di pasar Wuhan itu berasal dari tempat lain.

Setelah itu, virus tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh hewan dan manusia di pasar tersebut. Hal ini dibuktikan juga lewat waktu pasien yang berjatuhan.

Para peneliti menyimpulkan, virus COVID-19 menyebar dengan cepat dalam dua periode yaitu pada 8 Desember 2019 dan 6 Januari 2020. Sedangkan penularan antar manusia terjadi di awal Desember atau akhir November 2019 lalu.

Selain itu, peneliti juga menambahkan jika saja peringatan tentang penyebaran COVID-19 dilakukan lebih awal, infeksi penyakit ini akan mudah diatasi. Namun sayangnya, penyebarannya sudah meluas hingga ke beberapa negara di dunia.

Takut Dicuri, Presenter Berita di Hong Kong Simpan Masker di Brankas

Akibat dari wabah COVID-19 yang semakin meluas di beberapa negara membuat masyarakat semakin waspada dan mulai memasok perlengkapan kesehatan untuk mencegahnya tertular, salah satunya masker.
Bahkan, salah satu presenter berita di Hong Kong bernama Shannon Liu sampai menyimpan persediaan maskernya di dalam brankas. Hal ini dilakukannya untuk mencegah masker-masker tersebut dicuri.

Di mata Shannon, saat ini masker jauh lebih berharga dibandingkan emas. Presenter di Phoenix Television itu menuliskannya dalam akun Weibo pribadinya.

"Saya menyimpan masker saya yang tersisa di brankas sebelum meninggalkan rumah, karena saya khawatir itu akan dicuri orang lain," tulisnya dikutip dari The Straits Times.

"Bahkan bagi saya saat ini, masker jauh lebih berharga dibandingkan emas sekalipun," imbuhnya.

Pencurian masker di Hong Kong kian bertambah setelah virus penyebab COVID-19 mulai masuk dan menyebar. Sejak masuknya virus tersebut, sudah terjadi lebih dari dua kasus pencurian masker.

Sudah Diuji Coba pada Monyet, Remdesivir Segera Siap Diproduksi Massal

 - Ilmuwan di Amerika Serikat tengah berlomba untuk menyelesaikan vaksin bagi penyakit yang sedang mewabah sejak akhir Desember 2019 lalu, yaitu COVID-19. Belum lama ini, para ilmuwan sudah melakukan uji coba dengan menyuntikkan vaksin pada monyet yang sebelumnya telah disuntikkan virus MERS-CoV.
Para ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) di Rocky Mountain Laboratories NIAID di Hamilton, Montana, menyuntikkan sekelompok monyet dengan antivirus remdesivir. Setelah enam hari divaksinasi, monyet-monyet tersebut tidak menunjukkan adanya gejala-gejala dari virus.

Setelah keberhasilan itu, para ilmuwan berharap bisa menguji coba obat tersebut untuk jenis epidemi COVID-19 yang sedang mewabah di Wuhan. Hal ini dikarenakan jenis virus pada MERS-CoV dan COVID-19 memiliki gejala yang sama.

Dikutip dari The Sun, meskipun hasilnya menjanjikan, ilmuwan AS akan terus meneliti agar remdesivir bekerja dengan baik dan bisa diproduksi secara massal.

"Remdesivir sebelumnya melindungi hewan dari berbagai virus dalam percobaan laboratorium. Obat ini juga telah dibuktikan secara eksperimental dan efektif mengobati monyet yang terinfeksi virus Ebola dan Nipah," kata salah satu ilmuwan.

Para ilmuwan tersebut telah menunjukkan bahwa penelitian untuk vaksin tersebut cukup menjanjikan untuk menyembuhkan MERS-CoV dan COVID-19. Jika semua telah terbukti aman dan paten, akan segera diproduksi serta dipasarkan.
https://nonton08.com/confession-of-soft-fair-skin-provoking-it-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar