Rabu, 15 Juli 2020

Sensitivitas Rapid Test Corona Buatan Indonesia Diklaim Bisa di Atas 90 Persen

Alat rapid test biasa digunakan untuk melakukan pemeriksaan awal kasus potensial virus Corona COVID-19. Di masa awal pandemi, tidak banyak produsen di dunia yang membuat alat ini sehingga banyak negara terpaksa mengimpornya, termasuk Indonesia.
Namun, kini Indonesia dilaporkan sudah bisa membuat sendiri alat rapid test COVID-19 berbasis antibodi. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Hammam Riza, mengatakan sekitar 100 ribu alat akan diproduksi seminggu ini. Kapasitas produksinya akan terus ditingkatkan bisa sampai satu juta alat per bulan.

"Akurasinya sesuai dengan uji validasi. Kita uji validasi ke hampir 10 ribu pasien atau orang-orang yang memerlukan rapid test ini. Dari 10 ribu itu kita mendapatkan sensitivitasnya 98,4 persen untuk IgG, untuk IgM 74 persen," kata Hammam Riza dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Rabu (15/7/2020).

"Sudah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan. Jadi kami bangga dengan produk ini karena diuji validasi langsung dengan virus strain Indonesia," lanjutnya.

Masyarakat disebut sudah bisa mengakses alat rapid test ini lewat Pusat Pelayanan Teknologi BPPT. Harganya dipatok Rp 75.000 per unit.

IgM atau immunoglobulin M adalah antibodi yang biasanya dihasilkan tubuh saat seseorang pertama kali terinfeksi sebagai bentuk pertahanan pertama. Setelah hari ketujuh atau 15 infeksi, tubuh akan mulai memproduksi IgG atau immunoglobulin G sampai infeksi penyakit hancur atau musnah.

Menurut spesialis patologi klinik dr Muhammad Irhamsyah, SpPK, MKes, dari Primaya Hospital Bekasi Timur, hasil rapid test dengan nilai IgM yang tinggi bisa dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang aktif.

Heboh Hana Hanifah, Kenapa Jasa Seks Laku Meski Tarifnya Puluhan Juta?

Artis FTV Hana Hanifah terseret kasus dugaan prostitusi. Kapolrestabes Medan Kombes Riko Sunarko menyebut Hana diduga telah menerima Rp 20 juta dari pria berinisial A sebelum ke Medan. A merupakan pria yang diduga memesan Hana ke muncikari J.
Hana kemudian disebut datang ke Medan dan dijemput R. Polisi menyebut R mendapat fee Rp 4 juta dari jasa 'pengurusan' Hana selama di Medan.

"Dijanjikan diberikan imbalan dari Saudara J yang ada di Jakarta. Sekitar Rp 4 juta," ucap Riko.

Disebut-sebut sebagai bisnis yang tidak akan pernah mati, prostitusi memang selalu punya pasarnya sendiri. Mengapa ada orang yang rela mengeluarkan uang puluhan juta untuk mendapatkan kepuasan sesaat?

Nuzulia Rahma Tristinarum, psikolog klinis dari Pro Help Center dan penulis buku, menyebut ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan pria mau menggunakan jasa prostitusi. Salah satunya adalah pria yang tdak memiliki arah hidup yang jelas.

"Banyak laki laki yg mau keluar uang untuk kebutuhan syahwat bisa terjadi karena beberapa hal seperti tidak memiliki arah hidup yang jelas sehingga mudah tergoda kesenangan sesaat," ungkap Rahma saat dihubungi detikcom Rabu (15/7/2020).

Selain itu Rahma menyebut adanya gangguan dalam kemampuan mengatur perilaku yang benar. "Kemampuan regulasi diri yang kurang, yaitu kemampuan dalam me-manage perasaan, pikiran dan perilaku secara benar," lanjut Rahma.

"Mencari pelarian dari ketidakpuasan dalam rumah tangganya atau hubungannya dengan istri," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar