Senin, 13 Juli 2020

Tragis, Pria Ini Masuk UGD Gara-gara Alergi Hand Sanitizer

 Hand sanitizer bisa menimbulkan sejumlah reaksi alergi bagi penggunanya. Obat yang digunakan untuk mengatasi ketergantungan alkohol menjadi penyebabnya.
Kasus yang dilaporkan dalam jurnal Alcohol and Alcoholism yang terbit di bulan Juli ini mendapat cukup banyak perhatian dari para peneliti.

Dikutip dari Live Science, Seorang pria dilaporkan mengalami gejala alergi seperti kemerahan pada kulit, mual, dan rasa gelisah setelah mengoleskan hand sanitizer pada tangan.

Saat dilarikan ke unit gawat darurat (UGD), pria tersebut mengalami detak jantung yang cepat disertai kemerahan di bagian dada serta wajah.

Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah disulfiram. Nama terakhir merupakan obat untuk mengatasi penyalahgunaan alkohol. Pria berusia 43 tahun tersebut diketahui telah mengonsumsi disulfiram selama tiga tahun terakhir.

Konsumsi disulfiram umumnya dapat menyebabkan efek samping selama satu jam setelah diminum. Efek samping bekerja untuk mencegah orang kembali minum alkohol.

Beberapa efek samping konsumsi disulfiram di antaranya kemerahan pada kulit, sakit kepala, mual, muntah, dan detak jantung yang cepat. Orang yang mengonsumsi disulfiram juga akan merasa seperti sedang mabuk.

Paparan alkohol diketahui dapat memicu reaksi alergi. Oleh karena itu, orang yang mengonsumsi disulfiram dilarang untuk menggunakan produk yang mengandung alkohol, termasuk untuk pemakaian hand sanitizer yang mengandung 60-70 persen alkohol.

Tapi bagaimana alkohol dalam hand sanitizer masuk ke darah lalu memicu alergi? Sebuah riset di jurnal Alcohol and Alcoholism menunjukkan bahwa uap alkohol yang terhirup lebih mungkin memicu hal tersebut dibanding alkohol yang terserap melalui kulit.

Reaksi alergi itu kemudian meredam setelah satu jam perawatan di UGD. Dokter menyarankan agar pria tersebut berhenti mengonsumsi disulfiram atau menghindari penggunaan hand sanitizer.

"Setelah berkonsultasi, diputuskan bahwa pria tersebut harus berhenti mengonsumsi disulfiram," ujar salah seorang penulis laporan, Avinash De Sousa, psikiater yang menangani pria tersebut.

Pilihan untuk berhenti mengonsumsi disulfiram dihentikan dengan pertimbangan kebutuhan penggunaan hand sanitizer di masa pandemi virus Corona COVID-19.

Kamar Kos Penuh Sampah Viral di Medsos, Apa Itu Hoarding Disorder?

Sebuah foto kamar kos yang dipenuhi sampah viral di media sosial. Banyak netizen menduga penghuni kos alami gangguan psikis, bahkan disebut-sebut hoarding disorder.
Foto yang beredar di akun Twitter milik @ksiezy26, mengundang sejumlah respons netizen. Foto yang diunggah pada Minggu (12/7/2020) ini menunjukkan sebuah ruang kamar yang dipenuhi dengan sampah dan barang berserakan pada seisi ruangan. Hal tersebut menimbulkan persepsi bagi masyarakat Twitter bahwa penghuni kamar kost memiliki gangguan hoarding disorder.

"Ini kelainan nder. Dlm dunia medis disebut hoaders, sebuah penyakit dmn penderitanya menimbun semua barang & sampah dlm ruangannya. Penderita akan marah/panik kl salah satu barang yg dia timbun hilang/dibersihkan. Mereka merasa terlalu sayang pd barang-barang yg dikumpulkan," cuit salah satu netizen menanggapi foto viralnya kamar kos yang penuh sampah.

Terkait kasus tersebut, psikolog dari Pro Help Center dan juga penulis buku, Nuzulia Rahma menjelaskan tidak bisa langsung menilai apakah seseorang mengalami hoarding disorder. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, seperti depresi, stres hingga tidak ada waktu untuk bersih-bersih.

"Nggak tahu karena sebenarnya kita nggak bisa membuat diagnosa tanpa ketemu orangnya dulu, kita nggak bisa bilang sekarang karena bisa juga dia jorok, bisa karena depresi jadi nggak mau bersih-bersih," jelas Rahma saat dihubungi detikcom, Senin (13/7/2020).

Menurut Rahma, seseorang yang memiliki ciri-ciri mengidap hoarding disorder biasanya senang mengumpulkan barang apapun seperti koran, kardus bekas, ataupun plastik.

"Hoarding disorder itu nggak berdiri sendiri. Penyebab diagnosanya seperti depresi, expresive komplusif, jadi agak susah buat kita memberikan diagnosa dengan gambar. Itu namanya labelling," jelasnya.

Senada dengan Rahma, Veronica Adesla psikolog klinis dari Personal Growth Clinic menjelaskan seseorang tidak bisa memberikan penilaian bahwa penghuni kamar kos tersebut mengidap hoarding disorder. Ada banyak kemungkinan di balik sebuah foto viral.

"Bisa jadi karena orang itu gak punya waktu untuk beres-beres. Atau memang ada aspek lain, seperti menunda-nunda membersihkan kamar, jadinya sampah itu menumpuk yang akhirnya membuat dia benar-benar malas untuk merapihkannya," jelas Vero.

Informasi bahwa kamar kos tersebut telah ditinggal lama juga memperkecil kemungkinan terkait hoarding disorder. Vero mengatakan, pengidap hoarding disorder umumnya memiliki ikatan emosional dengan barang-barang yang disimpannya.
https://nonton08.com/star/ayu-ting-ting/feed/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar