Senin, 13 Juli 2020

Kamar Kos Penuh Sampah Viral di Medsos, Apa Itu Hoarding Disorder?

Sebuah foto kamar kos yang dipenuhi sampah viral di media sosial. Banyak netizen menduga penghuni kos alami gangguan psikis, bahkan disebut-sebut hoarding disorder.
Foto yang beredar di akun Twitter milik @ksiezy26, mengundang sejumlah respons netizen. Foto yang diunggah pada Minggu (12/7/2020) ini menunjukkan sebuah ruang kamar yang dipenuhi dengan sampah dan barang berserakan pada seisi ruangan. Hal tersebut menimbulkan persepsi bagi masyarakat Twitter bahwa penghuni kamar kost memiliki gangguan hoarding disorder.

"Ini kelainan nder. Dlm dunia medis disebut hoaders, sebuah penyakit dmn penderitanya menimbun semua barang & sampah dlm ruangannya. Penderita akan marah/panik kl salah satu barang yg dia timbun hilang/dibersihkan. Mereka merasa terlalu sayang pd barang-barang yg dikumpulkan," cuit salah satu netizen menanggapi foto viralnya kamar kos yang penuh sampah.

Terkait kasus tersebut, psikolog dari Pro Help Center dan juga penulis buku, Nuzulia Rahma menjelaskan tidak bisa langsung menilai apakah seseorang mengalami hoarding disorder. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, seperti depresi, stres hingga tidak ada waktu untuk bersih-bersih.

"Nggak tahu karena sebenarnya kita nggak bisa membuat diagnosa tanpa ketemu orangnya dulu, kita nggak bisa bilang sekarang karena bisa juga dia jorok, bisa karena depresi jadi nggak mau bersih-bersih," jelas Rahma saat dihubungi detikcom, Senin (13/7/2020).

Menurut Rahma, seseorang yang memiliki ciri-ciri mengidap hoarding disorder biasanya senang mengumpulkan barang apapun seperti koran, kardus bekas, ataupun plastik.

"Hoarding disorder itu nggak berdiri sendiri. Penyebab diagnosanya seperti depresi, expresive komplusif, jadi agak susah buat kita memberikan diagnosa dengan gambar. Itu namanya labelling," jelasnya.

Senada dengan Rahma, Veronica Adesla psikolog klinis dari Personal Growth Clinic menjelaskan seseorang tidak bisa memberikan penilaian bahwa penghuni kamar kos tersebut mengidap hoarding disorder. Ada banyak kemungkinan di balik sebuah foto viral.

"Bisa jadi karena orang itu gak punya waktu untuk beres-beres. Atau memang ada aspek lain, seperti menunda-nunda membersihkan kamar, jadinya sampah itu menumpuk yang akhirnya membuat dia benar-benar malas untuk merapihkannya," jelas Vero.

Informasi bahwa kamar kos tersebut telah ditinggal lama juga memperkecil kemungkinan terkait hoarding disorder. Vero mengatakan, pengidap hoarding disorder umumnya memiliki ikatan emosional dengan barang-barang yang disimpannya.

"Lagipula, seseorang yang mengidap hoarding disorder pun, akan marah jika barang-barangnya dibersihkan orang lain karena memiliki keterikatan emosional. Apalagi harus berpisah dengan barang-barang itu, bahkan selama dua bulan," tegas Veronica.

Soal Tarif Rp 150 Ribu, Perhimpunan RS Jelaskan Komponen Harga Rapid Test

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) merespons upaya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menciptakan standar harga pelayanan rapid test COVID-19. Dalam Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI nomor HK.02.02/I/2875/2020 disebut bahwa tarif maksimal rapid test mandiri adalah Rp 150 ribu.
Sekretaris Jenderal PERSI, Lia G. Partakusuma, menjelaskan pihaknya sudah mengimbau rumah sakit (RS) mulai menerapkan aturan harga maksimal tersebut. Namun, ia mengakui masih ada beberapa RS yang kesulitan.

"Waktu awal COVID ini datang kita tidak banyak punya pilihan untuk diagnosa deteksi ini. Sehingga yang menawarkan jenis pemeriksaan ini sangat terbatas. Sementara permintaan begitu banyak, tetapi yang ada terbatas. Sehingga itulah yang menyebabkan mungkin harga itu tidak terkontrol," kata Lia dalam konferensi yang disiarkan BNPB, Senin (13/7/2020).

"Banyak RS yang meminta kepada PERSI apakah mungkin ada masa transisi. Karena pembelian yang dulu itu sedikit sekali yang harganya di bawah 100 ribu," lanjutnya.

Lia menjelaskan bahwa dalam pelayanan rapid test ada beberapa komponen yang perlu dihitung, mulai dari:

1. Alat rapid test, termasuk reagennya
2. Alat kesehatan lain, seperti jarum suntik atau kapas alkohol
3. Alat pelindung diri (APD)
4. Jasa tenaga medis

"Jadi tarif ini terdiri dari berbagai macam komponen, termasuk jasa pelayanan. Jadi buat rumah sakit, kalaulah ada patokan mengenai berapa sih sebetulnya reagen itu yang layak dibeli oleh kami, tentu buat kami juga jadi lebih aman... Intinya komponen dari pemeriksaan ini bisa dikendalikan, tentu otomatis rumah sakit akan bersedia mengikuti itu," pungkas Lia.
https://nonton08.com/star/stefan-michaels/feed/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar