Jumat, 17 Juli 2020

Anggota Partai Komunis China Mau Dilarang Masuk AS

 Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan pelarangan bagi seluruh anggota Partai Komunis China untuk bepergian ke Negeri Paman Sam. Larangan itu juga rencananya diberlakukan untuk keluarga dari anggota-anggota Partai Komunis China, termasuk anak-anaknya yang berkuliah atau hendak kuliah di AS.
Para pejabat Pemerintah yang menyusun pelarangan ini telah mengedarkan rancangan Peraturan Presiden. Tetapi, berkas rancangan regulasi itu masih dalam tahap diskusi dan belum diajukan langsung kepada Presiden Donald Trump.

Kebijakan ini pun dipertanyakan. Jika nantinya AS menolak visa dari puluhan juta orang China, maka hubungan dengan Beijing akan semakin tegang. Tindakan ini pun dinilai sebagai perang dingin baru antara AS-China.

Dilansir dari Reuters, Jumat (17/7/2020), larangan itu akan langsung menghantam para petinggi Partai Komunis yang diprediksi hampir pasti menyiapkan balasan serupa, yakni melarang perjalanan warga AS ke China. Tak hanya diplomat, tapi eksekutif bisnis juga akan terimbas, dan ujungnya merugikan kedua negara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pun sudah merespons kabar tersebut. Ia menilai, penerapan larangan itu adalah kebijakan yang sangat menyedihkan bagi AS.

Namun, Sekretariat Negara AS Mike Pompeo enggan mengkonfirmasi secara detail terkait rencana tersebut.

"Kami sedang mengerjakan suatu hal di bawah bimbingan Presiden tentang bagaimana langkah kami untuk mendorong kembali melawan Partai Komunis China," kata Mike Pompeo.

Hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu telah merosot ke titik terendah dalam beberapa dasawarsa. Sejumlah faktor terus berdatangan yang semakin menegangkan hubungan AS-China mulai dari benturan atas penanganan China terhadap wabah virus Corona, cengkeramannya yang semakin ketat terhadap Hong Kong, klaim China atas Laut Cina Selatan, perdagangan dan tuduhan kejahatan HAM Xinjiang.

Pelarangan ini pun disebutkan melihat kebijakan Trump yang pernah dilakukan pada tahun 2017 seperti melarang penerbitan visa bagi sekelompok negara yang mayoritas penduduknya muslim.

Bill Gates Wanti-wanti Vaksin Corona Dijual Mahal

 Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan saat ini ada 21 kandidat vaksin virus Corona (COVID-19) yang sudah memasuki tahap uji klinis pada sukarelawan manusia. Proses pengujian ini sudah masuk tahap ketiga dari keseluruhan percobaan.
Perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS) Moderna, perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca, dan perusahaan bioteknologi asal China Sinovac telah menunjukkan kemajuan besar dalam pengembangan vaksin Corona.

Melihat perkembangan ini, pendiri Microsoft Bill Gates mewanti-wanti penjualan vaksin diberikan pada penawar tertinggi yang otomatis menciptakan harga yang sangat tinggi atau mahal. Ia pun meminta jika nantinya vaksin sudah ditemukan dan dipatenkan, maka diprioritaskan untuk orang-orang yang sangat membutuhkan.

"Jika kita membiarkan obat-obatan dan vaksin dijual ke penawar tertinggi bukan ke orang-orang dan tempat-tempat yang paling membutuhkan, kita akan memiliki pandemi yang lebih lama, dan lebih tidak adil," kata Bill Gates seperti yang dilansir dari CNBC, Jumat (17/7/2020).

Bill Gates mewanti-wanti adanya perlombaan membawa vaksin ke pasar, serta kekhawatiran akan dominasi negara-negara kaya dalam memperebutkan vaksin dibandingkan negara-negara berkembang. Ia menegaskan, vaksin Corona harus diperlakukan sebagai kepentingan publik, bukan untuk memperoleh keuntungan.

"Kita membutuhkan pemimpin yang membuat keputusan tegas untuk mendistribusikan vaksin atas dasar ekuitas, bukan karena keinginan pasar," tegas Bill Gates.

Melihat pertempuran melawan penyakit menular HIV/AIDS dua dekade lalu, menurutnya yang paling penting ialah menciptakan sistem distribusi global yang adil sehingga obatnya dapat terjangkau bagi semua orang. Menurut konglomerat kelas dunia itu, krisis AIDS seharusnya dijadikan contoh dalam proses pemerataan vaksin Corona nantinya.

"Kerja sama global untuk mendistribusikan vaksin ke mereka yang paling membutuhkan sangatlah penting. Ketika kita memegang hal itu, baik negara, lembaga, dan seluruhnya bekerja sama, kita akan melihat dampak yang luar biasa," tutupnya.
https://nonton08.com/merem-melek-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar