Selasa, 14 Juli 2020

'Robot' Bakal Gantikan 30% Pekerjaan di Dunia, Manusia Bisa Apa?

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengungkapkan bahwa 30% pekerjaan di dunia akan digantikan oleh 'robot' alias mesin-mesin canggih. Hal ini seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan masuknya dunia ke era industri 4.0.
"Dengan adanya industri 4.0 ini akan berakibat pada 60% pekerjaan di dunia akan menggunakan otomasi, dan dari 60 persen ini, 30 persennya pekerjaan di dunia akan digantikan oleh mesin-mesin canggih," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Kabarenbang) Kemnaker Tri Retno Isnaningsih dalam Webinar yang disiarkan di saluran YouTube Kementerian Ketenagakerjaan, Selasa (14/7/2020).

Namun di sisi lain akan muncul peluang 26 juta pekerjaan baru yang tercipta dengan bangkitnya perdagangan elektronik (online commerce) pada 2022.

Untuk menangkap peluang kerja tersebut, ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan, meliputi soft skill dan hard skill.

"Kita harus paham di sini ada dua hal penting yang diperlukan oleh SDM, yaitu SDM yang skill-nya mempunyai kapasitas di bidang pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, manajemen SDM, kemampuan berkoordinasi, kemampuan emosional, pengambilan keputusan, berorientasi pelayanan, negosiasi, berpikir cepat dan adaptif," jelas dia.

Lalu untuk hard skill yang harus dimiliki adalah kompetensi di bidang teknologi informasi dan matematika, arsitek, insinyur, dokter.

Peluang kerja di masa depan yang dapat ditangkap dengan kemampuan di atas adalah yang berorientasi pada teknologi informasi, kesehatan, profesional, kreatif atau seni, pengajar, konstruksi, dan manajer.

"Ini semua juga pastinya memerlukan pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kompetensinya, di mana ini menjadi tanggung jawab kita bersama, baik dari pemerintah maupun dari swasta, dan dari masyarakat untuk meningkatkan kompetensi dalam menghadapi industri 4.0," tambahnya.

Ngeri! Ini 3 Bukti Virus Corona Hajar Habis Industri Pariwisata RI

Pandemi virus Corona (COVID-19) tak bisa dipungkiri telah memukul banyak sektor perekonomian, terutama pariwisata. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan dampak COVID-19 terhadap sektor tersebut.
Dampak COVID-19 benar-benar memukul industri pariwisata dari hulu ke hilir. Tutupnya restoran dan hotel membuat banyak orang harus dirumahkan bahkan terkena PHK.

Berikut 3 potret terpukulnya industri pariwisata oleh Corona

1. 2.000 Hotel dan 8.000 Restoran Tutup

Setidaknya sebanyak 10.000 ribu hotel dan restoran terpaksa tutup selama pandemi dan baru operasional kembali pada pertengahan Juni 2020 lalu.

"Untuk hotel yang dapat kami laporkan itu lebih dari 2.000 hotel yang menyatakan tutup operasionalnya dan sekarang ini mereka mulai buka dari pertengahan Juni, mudah-mudahan ini bisa bertahap buka lagi dan ada 8.000 restoran yang tutup," ungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani, Selasa (14/7/2020).

2. Kerugian Capai Rp 85,4 Triliun

Kerugian yang diterima kedua sektor ini bila ditotal bisa mencapai Rp 70 triliun. Bila ditambah dengan maskapai penerbangan dan operator tur mencapai Rp 85,4 triliun.

"Kerugiannya untuk sektor hotel itu adalah Rp 30 triliun, dan restoran itu Rp 40 triliun sampai dengan April yang lalu. Lalu, kerugian untuk maskapai penerbangan US$ 812 juta (setara Rp 11,4 triliun) dan untuk tour operator itu adalah Rp 4 triliun," sambungnya.

Kerugian ini didapat karena telah terjadi penurunan wisatawan secara drastis sejak adanya COVID-19 baik wisawatan global maupun domestik. Penurunan jumlah wisatawan sendiri sudah mulai dirasakan sejak 2019 dan tahun ini diperkirakan penurunannya bakal lebih dalam lagi.

"Di kuartal pertama itu sekitar 2,6 juta orang ya total wisatawan mancanegara, domestik adalah sekitar 16,1 juta, dan ini kemungkinan tidak akan bergerak lebih dari angka itu, karena sampai sekarang belum dibuka lagi untuk wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia. Nah ini untuk perjalanan domestik juga demikian, kita sempat di 2018 303 juta orang domestic traveller, tapi di 2019 turun menjadi 275 juta orang karena kendala harga tiketnya mahal pada waktu itu, dan kemungkinan skala ini akan jauh drop lagi karena adanya pandemi dan juga kesulitan dari regulasi apabila kita naik pesawat udara," tambahnya.
https://nonton08.com/the-boy-next-door/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar