Senin, 21 September 2020

CDC Kembali Perbarui Pedoman, Kini Sebut COVID-19 Bisa Menyebar Lewat Udara

 Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) memperbarui panduan di situs webnya dan menyatakan virus Corona COVID-19 dapat menyebar melalui droplet dan disebarkan melalui jalur transmisi udara atau aerosol, bahkan pada saat bernapas.

"Virus airborne, termasuk COVID-19, termasuk yang paling menular dan mudah menyebar," tulis situs tersebut seperti yang dilihat detikcom, Senin (21/9/2020).


Sebelumnya, laman CDC menuliskan COVID-19 diperkirakan menyebar antar-manusia melalui kontak dekat dari droplet yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Saat ini, laman CDC yang diperbarui pada Jumat (18/9) menuliskan COVID-19 dapat menyebar melalui droplet atau partikel aerosol.


"Ada kemungkinan COVID-19 dapat menyebar melalui droplet dan partikel di udara yang terbentuk ketika seseorang yang menderita COVID-19 batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas," tulis CDC.


CDC juga menuliskan ada bukti yang berkembang bahwa droplet dan partikel COVID-19 dapat tetap berada di udara dan terhirup oleh orang lain dalam jarak kurang dari 2 meter misal selama latihan paduan suara, di restoran, atau kelas kebugaran. Secara umum, area tanpa ventilasi atau sirkulasi udara yang baik meningkatkan risiko terpapar COVID-19.


Mereka juga mengimbau agar orang-orang tetap tinggal di rumah dan menyarankan penggunaan air purifier untuk membantu menyaring udara dari luar yang terbawa ke dalam ruangan.


Selama berbulan-bulan, para ilmuwan mencatat adanya kemungkinan penularan virus Corona melalui partikel virus di udara, dan mendorong semua pemangku kepentingan, dalam hal ini WHO, untuk mengakuinya.


"Meski penelitian spesifik (virus Corona) saat ini terbatas, hasil penelitian yang tersedia konsisten dengan aerosolisasi virus dari pernapasan normal," menurut surat yang ditulis oleh Dr. Harvey Fineberg, mantan dekan Harvard School of Public Health dikutip dari CNN International.


"Saat ini penelitian yang tersedia mendukung kemungkinan bahwa (COVID-19) dapat menyebar melalui bioaerosol yang dihasilkan langsung oleh pernapasan pasien," kata surat itu.

https://cinemamovie28.com/the-hidden-fortress/


Anosmia alias Kehilangan Indra Penciuman Jadi Gejala COVID-19 Paling Khas


Sebuah studi yang mempelajari pasien virus Corona COVID-19 di Italia menunjukkan anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa menjadi gejala virus Corona yang paling khas ditemukan. Penelitian yang dilakukan pada Mei 2020 ini dipublikasikan di jurnal JAMA.

Pada awal virus Corona COVID-19 menginfeksi, beberapa gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas menjadi pertanda yang perlu untuk diwaspadai. Meski demikian, tidak semua gejala tersebut mengarah pada infeksi virus Corona. Terlebih, saat musim pancaroba membuat kondisi tubuh menurun dan menimbulkan gejala yang serupa. Apalagi, gejala COVID-19 memiliki kemiripan dengan penyakit flu.


Dilansir dari laman Times of India, merujuk studi JAMA skala luas pada bulan Mei 2020 soal temuan anosmia sebagai gejala Corona yang paling khas, virus ini disebut menyerang indera penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.


Tidak hanya pasien yang memiliki gejala, anosmia juga kerap terjadi pada mereka yang asimptomatik atau tidak bergejala. Kehilangan penciuman juga dapat terjadi pada pasien yang memiliki gejala atipikal atau asimtomatik. Orang yang mengalami gangguan indra penciuman dapat bertindak sebagai pembawa virus tanpa gejala dan menularkan penyakit, yang bisa meningkatkan risiko infeksi.


Mulai kini, disarankan untuk tidak lagi menyepelekan anosmia. Bahkan pada kasus flu akut, gejala anosmia jarang terjadi. Namun pada COVID-19, anosmia bisa terjadi lebih parah tanpa ada hidung tersumbat.


Hal tersebut sejalan dengan studi skala kecil di Amerika Serikat (AS), oleh Arnold Monto, ahli epidemiologi di University of Michigan School of Public Health dan Carl Philpot, ahli THT (Telinga-Hidung-Tenggorok) di University of East Anglia studi ini meneliti perbedaan antara flu dan COVID-19.


Sebanyak 30 orang menjalani untuk tes rasa dan bau. Mereka dibagi atas tiga kelompok antara lain 10 orang telah didiagnosis COVID-19, 10 orang menderita flu parah, dan 10 orang sehat.


Keduanya menemukan, kelompok dengan COVID-19 rentan mengalami kehilangan kemampuan membau dan mengecap. Sedangkan pada kelompok dengan flu parah tercatat hanya 4 orang yang tidak bisa mengenali bau dan rasa.


Meski demikian studi ini memiliki kekurangan karena tidak ada alat deteksi anosmia yang diakui. Peneliti pun berkata mungkin anosmia bukan satu-satunya gejala yang mesti diwaspadai tetapi bisa dijadikan deteksi dini sederhana di rumah

https://cinemamovie28.com/classic-again/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar