Kamis, 17 September 2020

Mana yang Lebih Baik, Sarapan Dulu atau Olahraga Dulu?

 Olahraga di pagi hari bisa membuat tubuh makin bugar. Sarapan juga penting karena bisa menjaga fungsi metabolisme. Nah, mana dulu nih yang harus dilakukan?

Tidak ada kesimpulan yang pasti untuk pertanyaan tersebut. Masing-masing punya plus minus, tergantung tujuan yang ingin dicapai.


Kepala departemen nutrisi di University of Massachusetts, Dr Nancy Cohen, mengatakan bahwa seseorang butuh asupan nutrisi dan sumber energi sebelum olahraga. Artinya, sarapan dulu akan lebih menguntungkan bagi yang olahraganya butuh banyak energi.


"Seperti karbohidrat sangat dibutuhkan saat kamu melakukan olahraga seperti yoga, gym, dan jogging," jelas Dr Cohen, dikutip dari Time.


Namun beberapa orang mengalami perut kram jika olahraga setelah makan. Perut yang masih penuh oleh makanan dipaksa untuk bergerak dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada perut dan bisa menyebabkan muntah-muntah.


Para pakar seperti dikutip dari YourtotalHealth menyarankan untuk memberi jeda waktu 30 menit hingga 2 jam sebelum berolahraga jika memang mau sarapan dulu. Jika mengkonsumsi asupan yang lebih berat, akan membutuhkan waktu yang lebih lama.


"Secara umum, seseorang pasti ingin makan makanan tinggi karbohidrat, protein, dan rendah lemak. Kira-kira butuh waktu tiga sampai empat jam sebelum berolahraga," kata Dr Cohen.


Bagaimana jika ingin menurunkan berat badan? Cobalah mengkonsumsi asupan seperti kacang, biji-bijian, dan sayuran yang direbus. Selama tidak berlebihan, tidak ada bukti sarapan sebelum olahraga bisa menggagalkan diet.

https://nonton08.com/kota-tua-jakarta/


Pilu Kisah Dokter 'Kehilangan' Pasien COVID-19 karena Rujukan Penuh Semua


Pandemi virus Corona COVID-19 membuat para tenaga kesehatan kewalahan dalam menangani pasien, terlebih saat pasien COVID-19 semakin membludak. Salah satu kisahnya dibagikan oleh seorang dokter, Disa Eldralyn, melalui akun Twitter miliknya @edralynnn yang kemudian viral.

Ia menceritakan pasien yang baru ia tangani selama tiga hari awalnya mengeluhkan gejala demam dan batuk. Setelah diperiksa, pasien tersebut dinyatakan positif COVID-19.


Kondisi pasien tersebut semakin memburuk dengan terus-menerus mengalami sesak napas. Dalam utasnya, Disa menjelaskan bahwa kadar oksigen darahnya sampai di taraf 50-60 persen dengan 50 kali napas dalam semenit. Normalnya tingkat saturasi oksigen darah pada manusia adalah 95-100 persen.


"Pasien ini memerlukan perawatan ICU untuk distabilkan. Makanya rumah sakit kami membantu mencari rumah sakit rujukan, tapi keadaannya semua rumah sakit full di Jakarta. Begitupun rumah sakit di sekitar Jakarta seperti Tangerang," jelas Disa saat dihubungi detikcom, Rabu (16/9/2020).


Ia menceritakan bahwa keluarga pasien juga turut mencarikan rumah sakit sampai akhirnya satu rumah sakit merespons. Sayangnya, kondisi pasien tidak memungkinkan untuk melakukan perpindahan karena kondisi pasien mengalami pemburukan dengan cepat.


Di akhir, pasien tidak dapat diselamatkan. Keterbatasan fasilitas terutama ICU menjadi salah satu persoalan utama menurutnya yang harus diperbaiki. Disa sebagai salah satu penyintas COVID-19 menjelaskan bahwa tidak semua orang dapat melakukan isolasi mandiri karena ada beberapa aspek yang harus diperhatikan sebelum melakukan isolasi mandisi. Aspek tersebut misalnya keadaan rumah, dukungan keluarga dan dukungan tenaga profesional.


"Dalam hal aspek tersebut tidak dapat terpenuhi, rumah sakit menjadi penting," tutupnya.

https://nonton08.com/insidious-the-last-key/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar