Minggu, 12 April 2020

Jika Tak Ada Virus Corona, Ini Paspor Terkuat Sedunia

Virus Corona membuat sejumlah negara menutup diri, meski negara itu merupakan pemegang paspor terkuat. Berikut daftar paspor terkuat jika tak ada pandemi Corona.

Virus Corona sudah dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Banyaknya korban dari virus ini membuat sejumlah negara mengambil kebijakan ekstra.

Kebijakan yang kini banyak dilakukan adalah penyetopan untuk merilis visa hingga batas waktu yang belum ditentukan. Karantina dan isolasi negara juga dilakukan karena kontak langsung menjadi jalur penularan utama dari virus Corona.

Mungkin penyetopan visa bikin pusing beberapa negara yang sudah jauh-jauh hari merencanakan perjalan, seperti Indonesia. Itu dikarenakan kekuatan paspor Indonesia yang tak seberapa.

Mengesampingkan adanya virus Corona, Indonesia tak sendirian menjadi negara yang warganya harus repot banget mengurus visa, yang artinya harus merogoh kocek ekstra, untuk melancong ke negara lain. Indonesia masuk daftar negara global south yang paspornya lemah.

Sebaliknya, negara-negara global north merupakan pemegang paspor yang kuat dunia.

Apa sih, global north dan global south?

Istilah ini digunakan oleh World Bank untuk mengklasifikasikan pemasukan negara-negara di dunia. Global North adalah negara-negara dengan pemasukan tinggi, sebut saja negara maju. Sedangkan Global South diberikan untuk negara-negara berkembang ke bawah.

Dirangkum detikcom dari Passport Index, ada 90 peringkat negara yang diberikan untuk menempatkan paspor-paspor terkuat dunia tahun 2020. Indonesia masih berada di urutan ke 53 bersama Botswana.

Di tahun 2020 ini, pemegang paspor Indonesia bisa masuk ke 39 negara tanpa visa, 45 negara menggunakan Visa on Arrival (VOA) dan 114 negara dengan visa.

Ya, tiap rangking diisi satu negara atau lebih. Untuk ranking pertama hanya diisi oleh satu negara, yaitu Uni Emirat Arab (UEA).

UEA menjadi pemegang paspor terkuat karena kendalinya untuk masuk ke 118 tanpa visa, 60 negara lain menggunakan VOA dan sisa 20 negara untuk permintaan visa.

Di ranking dua ada Jerman, Finlandia, Luxembourg dan Spanyol. Negara-negara ini terdaftar sebagai Global North. Sementara di rangking 3 ada Denmark, Belanda, Austria, Portugal, Switzerland, Irlandia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Tetangga Indonesia, Singapura, masuk ke dalam peringkat 4 bersama dengan Jepang. Sisanya adalah negara-negara di Eropa.

Virus Corona yang sekarang melanda dunia mungkin akan membuat pemilik paspor-paspor terkuat ini akan susah traveling ke negara-negara yang ingin dikunjunginya. Kalau traveler punya paspor yang paling kuat di dunia, mau ke mana?

Kafe di Prancis Tak Takut Perang, tapi Keok oleh Corona

 Cafe de Flore dan Brasserie Lipp, kafe dan restoran legendaris, tetap melayani pelanggan saat Perang Dunia II. Tapi, cafe dan resto itu tutup saat virus Corona melanda. Prancis juga tengah melawan virus Corona saat ini. Sebanyak 91 orang dari 4.500 penduduk yang terinfeksi di negara itu meninggal dunia setelah terinfeksi coronavirus.
Makanya, pemerintah penutup tempat-tempat berkumpulnya masyarakat. Termasuk, cafe, restoran, bioskop, dan sebagian besar pasar.

Cafe de Flore, Cafe yang ada di Boulevard Saint-Germain dan dibangun di pada 1880 dan menjadi tempat kongkow sastrawan sohor di Paris, termasuk Simone de Beauvoir and Jean-Paul Sartre, dan Brasserie Lipp, yang juga ada di Boulevard saint-Germain juga tutup. Pengelola menyebut menghadapi virus Corona lebih rumit.

"Setidaknya, selama Perang Dunia II kami tahu apa yang kami hadapi. Sekarang, kami kami tak tahu siapa lawan kami," ujar salah satu pegawai di restoran khas Prancis Brasserie Lipp, Sophie Chardonnet, yang sudah mendengarkan kisah-kisah dari mulut ke mulut yang sudah berusia 140 tahun, seperti dikutip Reuters, Senin (16/3/2020)

Di seberang Boulevard Saint-Germain yang dipenuhi deretan butik, seorang karyawan di Cafe de Flore memarkir sepeda motor dan tak lama keluar kemudian meninggalkan cafe itu. Dia seolah hanya mengambil barang seperlunya untuk menjalani libur selama dua minggu.

Pemandangan serupa tampak pada kafe-kafe di area itu. Jalanan sepi dan toko-toko di Paris itu kosong setelah Perdana Menteri Edouard Philippe mengumumkan pembatasan terhadap aktivitas publik di Prancis.

"Sedih sih melihat cafe ini tutup, ayo kita berharap agar ini tak berlangsung lama. Saya nggak akan mengeluh, apapun, ini buat kebaikan kita," kata Chardonnet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar