Senin, 07 September 2020

Efek Jangka Panjang, Pasien Alami Kerusakan Paru Usai Sembuh dari COVID-19

Para peneliti menemukan bahwa pasien yang sudah pulih dari COVID-19 dan dipulangkan ternyata mengalami kerusakan paru-paru. Selain itu, para pasien tersebut juga mengalami sesak napas dan batuk setelah beberapa minggu pulang dari rumah sakit.
Efek berkepanjangan akibat virus Corona ini semakin memprihatinkan dan menyerang para pasien dengan infeksi yang ringan. Mereka melaporkan mengalami gejala lanjut selama berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan pasca sembuh dari infeksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti di Austria, menunjukkan enam minggu setelah keluar dari rumah sakit, pasien yang masih menunjukkan adanya tanda kerusakan pada paru-paru sebanyak 88 persen. Sementara 47 persen pasien lainnya mengalami sesak napas.

"Pasien COVID-19 mengalami kerusakan pada paru-paru beberapa minggu setelah pulih dari penyakit itu," kata Dr Sabine Sahanic dari University Clinic di Innsbruck, salah satu bagian dari penelitian tersebut yang dikutip dari The Guardian, Senin (7/9/2020).

Penemuan itu menunjukkan pasien COVID-19 sepertinya butuh waktu yang panjang untuk pulih, meski tidak memicu peningkatan parut di paru-paru. Penelitian tersebut meliputi beberapa tes yang harus dijalani pasien.

Tes yang dilakukan yaitu scan, pengukuran fungsi paru, dan pemeriksaan klinis yang dilakukan sebanyak dua kali atau enam minggu setelah keluar dari rumah sakit. Dari hasil tes ini, tim menemukan bahwa masalah kesehatan ini dialami oleh pasien dengan perawatan intensif maupun tidak.

Selain itu, volume paru-paru yang tersedia untuk bernapas kurang dari 80 persen. Ini dialami 24 pasien yang dirawat selama enam minggu dan 16 pasien yang dirawat 12 minggu. Tim peneliti juga menemukan adanya tanda-tanda kerusakan pada jantung dalam beberapa kasus, meski membaik seiring waktu.

Melihat hal ini, para peneliti tidak bisa mengesampingkan adanya kemungkinan bahwa masalah paru-paru itu sudah dimiliki pasien sebelumnya. Tetapi dari hasil scannya mengatakan masalah paru-paru ini disebabkan COVID-19, dan bisa membaik dari waktu ke waktu.

"(Dari mereka yang selamat) 30 persen pasien menunjukkan adanya kelainan struktural paru-paru yang bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi," ujar Sahanic.

"Ada banyak bukti bagi para penderita COVID-19, terdapat konsekuensi jangka panjang bagi kesehatan mereka... Ini mungkin lebih umum terjadi pada pasien yang mengalami infeksi parah dan menggunakan ventilator," jelas profesor dan konsultan kedokteran pernapasan di University of Southampton, Tom Wilkinson.

Seperempat Warga Brasil Tak Akan Pakai Vaksin Corona, Ini Alasannya

Sebuah survei menunjukkan 5 persen warga Brasil menolak untuk memakai vaksin Corona. Sementara 20 persen lainnya disebut besar kemungkinan tidak akan memakai vaksin Corona COVID-19.
Dikutip dari Reuters, survei ini diterbitkan pada surat kabar O Estado de S Paulo, Minggu kemarin. Alasan dari mereka yang tidak ingin menerima vaksin Corona cukup beragam.

Seperti berhati-hati dalam menerima vaksin termasuk, keraguan atas keamanan dan keefektifannya. Muncul keyakinan teori konspirasi yang tidak berdasar, seperti ketakutan atas manipulasi genetik, memiliki chip yang ditanamkan pada saat menyuntikkan vaksin, hingga keyakinan vaksin yang dibuat dari janin yang diaborsi.

"Jajak pendapat Ibope, organisasi non-pemerintah Avaaz mensurvei 1.000 orang di seluruh negeri," kata surat kabar itu.

Dari mereka yang menolak menerima vaksin, 34 persen berada dalam rentang usia 25-34 tahun. Namun, jajak pendapat menunjukkan bahwa 75 persen orang Brasil akan menerima vaksin Corona jika sudah tersedia.

Dikutip dari worldometers, Brasil berada di peringkat ketiga tertinggi di dunia per hari ini. Mencatat kasus sebanyak 4.137.606 kasus dengan total kematian 126.686 kasus.
https://cinemamovie28.com/housewife-in-a-tatami-room-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar