Rabu, 02 September 2020

Menristek: Vaksin Merah Putih Eijkman Sudah 40 Persen, Siap Uji ke Hewan

Menteri Riset dan Teknologi Prof Bambang Brodjonegoro menyampaikan progres pengembangan vaksin Corona Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Vaksin Corona Merah Putih yang dikembangkan LBME Eijkman membuat vaksin dengan platform subunit rekombinan, baik yang berbasis sel mamalia atau sel ragi. Selain itu peneliti juga mengembangkan inactivated virus atau virus yang dilemahkan.

"Jadi ada 3 platform yang akan dikembangkan lembaga Eijkman," kata Bambang dalam siaran pers di Youtube BNPB, Rabu (2/9/2020).

Berikut progres vaksin Corona Merah Putih LBME Eijkman:

1. Sudah 40 persen
Eijkman tengah mengembangkan vaksin Merah Putih berbasis virus yang bersirkuilasi di Indonesia dengan menggunakan platform protein rekombinan yang menargetkan Protein S dan Protein N.

Sejauh ini gen tersebut sudah diperbanyak dan saat ini sedang dimasukkan ke dalam sel mamalia untuk mendapatkan protein rekombinan.

"Untuk vaksin yang dikembangkan Eijkman tahapannya 40 persen, sedang disiapkan sel mamalianya," kata Bambang.

2. Uji coba pada hewan di akhir tahun 2020
Bambang menuturkan untuk mendapatkan vaksin Corona yang efektif dan efisien, sederet uji coba harus dilakukan salah satunya uji coba pada hewan. Target uji coba vaksin Corona Merah Putih Eijkman adalah di akhir tahun 2020.

"Harapannya akhir tahun bisa selesai uji coba pada hewan sehingga di awal tahun depan Eijkman bisa menyerahkan bibit vaksinhnya ke bio farma untuk di scale up," ujarnya.

3. Bibit vaksin diserahkan di awal tahun 2021
Bambang mengungkap kebutuhan vaksinasi Corona di Indonesia adalah sekitar 300-400 juta dosis atau ampoule. Untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi, LBME Eijkman diharapkan mampu menyerahkan bibit vaksin Corona ke Bio Farma pada awal tahun 2021 untuk keperluan uji klinis tahap 1, 2, dan 3

"Kita harapkan di triwulan 3 2021 kita bisa memproduksi tahapan awal vaksin Merah Putih untuk kepentingan publik," ungkapnya.

Menristek Tegaskan Mutasi Corona D614G Tak Lebih Ganas dan Menular

Heboh mutasi virus Corona D614G yang disebut 10 kali lebih menular. Prof Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi ikut menanggapi mutasi D614G yang tengah heboh diperbincangkan. Ia mengaku sudah berbicara kepada presiden GISAID, bank yang mengumpulkan data-data whole genome sequencing (WGS).
Mutasi virus Corona ini disebut-sebut 10 kali lebih menular dan menjadi dominan yang ditemukan di dunia. Namun, Prof Bambang menegaskan tidak ada bukti bahwa mutasi ini bisa memperparah penyakit COVID-19 maupun membuatnya lebih menular.

"Kami baru saja melakukan komunikasi dengan presiden GISAID yang melakukan analsis ini. Tidak ada bukti, belum ada bukti yang menyatakan bahwa mutasi D614G ini lebih ganas atau lebih berbahaya," tegasnya dalam siaran pers BNPB Rabu (2/8/2020).

Prof Bambang menjelaskan mutasi virus Corona D614G ini telah ditemukan sejak Januari. Mutasi virus Corona ini awalnya ditemukan di Jerman dan China.

"Perlu kami sampaikan bahwa mutasi ini, SARS-CoV-2 dalam bentuk D614G pertama kali ditemukan Januari 2020 di Jerman dan China,
dan saat ini kalau melihat seluruh whole genome sequencing yang sudah ada di GISAID pada dasarnya sudah sekitar 78 persen yang punya mutasi ini," bebernya.

Menurut Prof Bambang mutasi ini artinya sudah mendominasi virus sendiri. Prof Bambang juga menekankan perubahan mutasi tidak mengganggu pengembangan vaksin.

"Mutasi ini tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi pada protein blinding domain sehingga tidak mengganggu pengembangan vaksin," sebutnya.
https://cinemamovie28.com/my-hero-academia-heroes-rising/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar